"Sayang bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja, Bu..." Jawab Taeyong saat mendengar ucapan sosok yang menelponnya.
Taeyong hanya bisa tersenyum miris saat menjawab pertanyaan Ibunya.
"Syukurlah, lalu bagaimana dengan suamimu? Hubungan kalian baik-baik saja kan, nak?" Tanya Nyonya Lee yang sukses membuat Taeyong meremas piyama yang ia kenakan.
"Iya, Jaehyun baik-baik saja. Tidak ada masalah apapun diantara kami. Jaehyun menjagaku dengan baik," Jawabnya lalu terkekeh pelan.
Taeyong berusaha terdengar baik-baik saja saat menjawab pertanyaan dari sang Ibu. Logikanya ingin sekali berkata bahwa ia dan Jaehyun tidak baik-baik saja. Namun, hatinya yang telah di dominasi oleh seorang Jung Jaehyun kembali berteriak bahwa ia akan baik-baik saja bersama pria itu.
"Kalau begitu aku tutup telponnya, Bu. Salam untuk Ayah."
Taeyong memutus sambungan telepon. Berbalik dan hendak meninggalkan ruang tamu tempat ia dan Nyonya Lee berbagi kerinduan melalui panggilan. Namun, langkahnya terhenti ketika mendapati Jaehyun tengah berdiri dihadapannya dengan tatapan dan senyuman meremehkan.
"Kau sangat ahli dalam bersandiwara ya, Lee Taeyong," Jaehyun tersenyum miring, masih menatap Taeyong yang kini menundukkan kepalanya.
"Apa kau begitu menyukaiku sampai-sampai kau rela berbohong pada orang tuamu? Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya agar kau segera terbebas dari neraka ini?" Kata Jaehyun sinis.
Taeyong mendongakkan kepalanya, menatap Jaehyun yang juga masih memandanginya.
"Benar, aku memang sangat menyukaimu. Ah tidak! Aku sangat mencintaimu hingga aku seperti orang gila yang rela bertahan dalam siksaan seperti ini."
Taeyong menghela napas, "Awalnya aku berharap agar kau juga mencintaiku. Namun aku tahu hal itu tidak akan pernah terjadi, Jaehyun. Aku tahu kau tak akan pernah membalas perasaanku sedikit pun."
Pria mungil itu mulai terisak, "Aku memang bodoh. Kenapa juga aku harus bertahan dan mencintaimu yang jelas-jelas setiap hari selalu menyiksaku dengan sikap kasarmu," sambungnya. "Kau juga menyakiti hatiku dengan membawa orang lain untuk tidur bersamamu."
"Tapi aku akan bertahan Jaehyun," Taeyong memejamkan matanya sejenak, "Bagiku sebuah pernikahan adalah hal yang sangat sakral. Aku hanya ingin menikah sekali dalam seumur hidupku. Aku akan setia menunggumu, sampai saat kau sadar bahwa aku tulus menyayangi dan mencintaimu."
Suara lelaki mungil bermata rusa itu mulai bergetar, "Aku tidak akan pernah lagi berharap sedikitpun agar kau membalas perasaanku, tapi kumohon hargai perasaanku yang benar-benar tulus menyayangimu. Aku tahu kau bukanlah orang jahat. Dibalik sifatmu yang kasar padaku aku dapat melihat sisi lembutmu yang tak pernah kau tampakkan padaku selama ini," Sambungnya.
Taeyong tidak dapat menahannya lagi, selama tujuh bulan bersama Jaehyun ia hanya membalas singkat pertanyaan maupun ucapan suaminya itu karena ia takut akan mendapat masalah jika banyak bicara.
Tapi kali ini, ia benar-benar jera, matanya memanas mendengar ucapan Jaehyun tadi sehingga membuatnya mengeluarkan kalimat yang cukup panjang dan sukses membuat Jaehyun menegang.
***
Jaehyun kini tengah memerhatikan Taeyong dari lantai atas. Dapat dilihatnya pria bersurai hitam itu tengah menangis pilu di ruang tamu tempat dimana satu jam yang lalu ia bisa mendengar kalimat panjang suami kecilnya yang sukses membuat ia diam membisu. Entah mengapa dada Jaehyun terasa sesak saat melihat air mata Taeyong tak henti-henti membanjiri pipi mulusnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven | Jaeyong ✓
Fanfic❝You are my heaven, Jung Taeyong❞ M/M | THREESHOT | ANGST | MAJOR CHARACTER DEATH | MATURE Taeyong hanya ingin menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya. Ia lantas menerima perjodohan dengan orang yang sama sekali tidak dikenalinya hingga rela...