Bonchap 2 || Hilang [END]

8.3K 1.1K 119
                                    

Play music;
Kemarin -Seventeen.

Hening.
Setiap pintu tertutup rapat. Tidak ada lagi kebisingan. Tidak ada lagi keributan.

Bahkan helaan nafas sendiri sangat terdengar, hari tanpa teman, ibarat kertas tanpa warna.

Tumpukan bingkai foto, baju dan beberapa mainan sudah terpisah. Kini semuanya terbungkus rapi berikut dengan kenangan.

Kemarin, masih bersama.
Membuat hidup berwarna, beramai-ramai melakukan kejahilan kecil yang mengundang tawa.

"Gua belum siap buat pergi, Jin." lirih Jeongin menatap tumpukan semua barang-barang.

Hyunjin hanya tersenyum tipis dan melanjutkan aktifitasnya yang sedang membereskan baju-bajunya.

"Kenapa pisahnya harus sesadis ini ya?" tanya Jeongin sambil menatap album foto.

"Takdir Ngin, kita harus pindah dari sini, rumah ini kan punya Seungmin, sama Woojin."

"Andai waktu bisa balik, Jin. Gua bakal jaga pertemanan kita, gua gak mau kita hancur-hancuran kaya gini..." Jeongin menunduk menahan air matanya.

"Kita ikhlasin aja apa yabg terjadi, ingat mereka pernah jadi teman atau sahabat kita, dan itu akan terus selamanya."

"Gua kesepian, Jin..."

"Ada gua, gua juga kakak lo kan? Jangan putus asa, Tuhan masih kasih jalan buat kita, Tuhan masih nyuruh kita buat jadi orang yang berguna untuk orang lain." Hyunjin mengusap kepala Jeongin layaknya kasih sayang untuk adiknya sendiri.

"Kenapa Tuhan gak nyuruh kita kesana juga? Gua mau bareng sama mereka aja."

"Heh! Lo tu masih panjang jalan Ngin, jangan ngomong asal." Hyunjin mencoba sabar.

"Enggak, gua mau solider bareng mereka, di sini gua udah gak punya siapa-siapa. Orang tua gua juga udah gak peduli sama gua, mereka juga ninggalin gua."

"Gua lo anggap apa ya bangsat?" Hyunjin gemas.

Jeongin menunduk dan memejamkan.
"Gak taulah, pusing."

"Mandi sana, nanti Somi kesini."

"Dia nganterin kita?" Hyunjin mengangguk santai sambil menarik kopernya.








"Udah sampe nanti, mengakhiri hidup jalan terbaik."













"Terus Jeongin tinggal sama lo?" Somi menyambar koper Hyunjin dan memasukkan kedalam bagasi mobilnya.

"Iya, dia mau tinggal sama siapa lagi emangnya? Lagi juga dia masih satu darah keturunan sama gua."

"Maaf ya," Somi menunduk.

Hyunjin mengerti, "Gapapa udah masalalu,"

"Lo bener-bener gak bakal balik lagi, Jin?" Somi menatap dengan mata berair.

"Enggak tau, gua ke sini buat ngejenguk mereka doang paling. Kenapa emang?"

Bruugh

"Makasih lo masih baik, meskipun gua pernah nolak—"

"Pssstt.. Itu dulu, oke?" sahut Hyunjin sambil membalas pelukan Somi.

Hyunjin membiarkan Somi menangis di pelikannya.
"Makasih lo mau jaga Lino, lo orang baik, Jin. Gua salah nilai lo sebagai cowok brengsek."

Hyunjin tersenyum miris, "Ayo berangkat."








Hyunjin menaruh beberapa barang di kamar, malam sudah benar-benar larut. Ia juga sudah merasa lelah.

"Ngin, lo dimana?"

Tidak ada sahutan, Hyunjin mengerenyit.
"Jeongin?"

Hyunjin membelalakan matanya ketika mengingat kata-kata Jeongin tadi pagi.
Ia berlari menari ke luar kamar Villa dan keluar.

"Jeongin!?" triaknya.

Hyunjin menggeretakkan giginya, rahangnha mengeras, jika Jeongin hilang ia gagal menjaga amanat Woojin dan yang lain.

"Jeongin!?"

"Gua di sini," sahut sang pemilik nama.

Hyunjin menghela nafas panjang, ia menggusar wajahnya kasar.
"Bikin panik lo anjing!"

Ia mendorong Jeongin namun menahannya, membuat Jeongin tercondong hampir tercebur.
"Sinting! Untung aja gua gak nyebur!"

"Heh, gua mau nanya, pas Somi nolak lu ada rasa kesel gak si lo sama Lino karena dia nikung lo?" tanyanya.

Hyunjin menggeleng santai, "Ngapain, kan Somi punya pilihan, wajarlah. Gua gak bisa maksain dia."

"Dulu gua sempet mikir lo diem-diem ngehianatin Lino, taunya enggak sama sekali." Jeongin membaringkan tubuhnya.

"Kurang kerjaan." sahut Hyunjin sambil tertawa renyah.

"Jin,"

Hyunjin membelalakan matanya melihat pisau yang sudah Jeongin putar-putar dengan santai.

"Buang anjing! Itu mau buat apaan!?"

"Bawa doang."

"Jangan maen-maen buang!"

Jeongin terkekeh, "Apa sih lo, parno amat ama piso."

Hyunjin memutar bola matanya malas, dan malas menyauti orang di sampingnya itu.
"Macem-macem gua habisin lo!"

"Kalo gua pergi dari dunia ini, ada gak ya yang nyariin gua?"

Hyunjin menggeretakkan giginya, "Mulut lo."

"Tidur di sini aja, Jin."

Hyunjin merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

"Kalo gua kesiangan bangunin."

"Kalo gua kebangun."










Terik mata hari menerpa wajah, cahaya menusuk mata membuat Hyunjin terbangun.

"Ngin, bangun."

Drrrttt.
Ponselnya bergetar melihat alarm yang berbunyi, tunggu.. Sejak kapan ia menyalakan alarm?

"Ngin, bangun!"

Hyunjin menarik tubuh Jeongin yang memunggunginya dan langsung berdiri tegap.

"Anjing bangun lo!"

Pisau yang sudah menancap di perut Jeongin dan ia pun sudah tidak sadarkan diri.

"KENAPA LO NINGGALIN GUA BANGSAT! BANGUN!"

Hyunjin memukul lengan Jeongin, ia mencengram kuat badannya.
"Kenapa lo ninggalin gua..."










Lagi-lagi Hyunjin menerima kepahitan yang ada, habis sudah rasa pertemanan terakhirnya.
Satu-satunya yang ia pertahankan kini meninggalkannya lagi.

[ENDING]


Tunggu part penjelasannya ya^^

Selamat malam kalian^
Apa kabar nii?
Gimana puasanya?
Lancarkaaan wkwk.

MAKASIH KALIAN MOODBOSTER AKU
AKU SUKA BANGET SPAM KOMEN KALIAN^
LOPYU

Dorm || Straykids [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang