Rasa Bosan.

549 47 8
                                    

Gumpalan kapas langit siang itu cukup untuk menjadi payung bagi para tentara yang sedang makan siang saat jam istirahat pelatihan, diantara mereka ada yang bersenda gurau, saling berebut makanan, dan ada pula yang masih berbicara hal-hal serius tentang kemiliteran. Seperti para petinggi yang sedang mencoba beberapa senapan canggih yang baru mereka peroleh, kelihatannya benda itu mempunyai daya tembak cukup kuat tetapi belum dapat bekerja dengan cukup baik.

Disisi lain Steve Rogers yang merupakan asisten Dr. Ricard yang baru saja di terima untuk turun lapangan secara langsung itu sedang bersantai di bawah pohon sambil memandangi beberapa orang sibuk tersebut. Steve sebenarnya tidak terlalu tertarik akan apa yang mereka lakukan karena tugasnya disini hanyalah membantu jika ada yang terluka dan sakit. Melihat beberapa kali percobaan mereka gagal Steve mulai sedikit timbul rasa penasaran akhirnya dia menghampiri mereka.

"Ada masalah Sir?"

"Kau bisa menjadi dokter peralatan besi juga Steve?" Entah berniat meledek atau tidak suka dengan rasa penasaran Steve sang Jendral langsung menjawab pertanyaan Steve berselang beberapa detik saja.

"Ah tidak Sir. maaf mengganggu."

Dikenal sebagai sosok yang cukup sabar dan aneh selama masa percobaan ditempatnya bekerja Steve memang tidak pernah marah jika banyak perkataan-perkataan yang tidak enak di dengar, dia memilih untuk diam dan cukup memahami dengan matanya saja. Steve tidak cerdas tetapin dia mempunyai kemampuan untuk mencari jalan pemikiran lain untuk menyelesaikan masalah, seperti dia membuat rumus alternatif fisika dan kimia hanya berdasarkan feeling yang dia perkirakan, lalu siapa sangka jika sebagian feeling itu 89% akurat. Tetapi tetap beberapa orang mengatakan jika Steve berlaku curang karena sering kali melewati beberapa tahapan untuk sampai di tahapan selanjutnya berkat feelingnya yang kuat itu.

Setibanya di kamar Steve langsung membaringkan tubuhnya diranjang dan membaca beberapa buku tentang kesehatan, beginilah jika tidak ada pekerjaan. Steve hanya akan melihat para tentara berlatih, ikut serta beberapa latihan dasar, atau hanya membaca buku yang sama berulang-ulang hingga Steve mulai hafal bagian perlembarnya. Rasa bosan seringkali datang karena kegiatannya tidak terlalu padat.

"Selesai. Ini sudah ke 20 kalinya aku membaca buku merah yang satu ini. Lalu nanti buku yang mana ya?"

Saat sedang mencari-cari buku mana lagi yang akan dia baca untuk ke dua puluh kalinya lagi Steve melihat sebuah buku yang cukup berdebu seperti terasingkan dari buku-buku lainnya, anehnya Steve mendadak tertawa saat melihat halaman pertama pada buku itu.

"Ini kan buku coret-coretan ku saat masa pelatihan dulu haha... lucu juga."

Halaman perhalaman Steve membaca dan mengingat moment-moment lucunya beberapa tahun lalu, sebenarnya tidak ada hal lucu pada buku itu karena isinya hanyalah catatan kedokteran dengan beberapa gambar kecil pada bagian atas halaman. Steve memang suka menggambar jika dia sedang bosan atau mengisi waktu saat mendengarkan pembinanya menyampaikan pesan pada para doketer-dokter muda, ya seperti mengisi kekosongan saja. Gambar-gambar kecil itu yang membuat Steve tertawa jika di ingat dia juga selalu di marahi karena bukannya menghitung tetapi dia malah menggambar, atau malah menjelaskan jawaban yang dia dapat dengan sebuah gambar yang Steve sebut metode feelingnya.

Puas tertawa dan membaca buku itu akhirnya di simpan kembali oleh Steve dan akan menjadi salah satu buku yang akan menjadi buku ke duapuluh kalinya dia baca.

"Steve bisa bantu cek kondisi rekan ku? Aku rasa kakinya terkena pecahan kaca."

"Baik."

Steve memang tidak pernah mau untuk dipanggil dokter, pak, atau panggilan yang membedakan dia dengan para tentara lain yang sedang dilatih karena Steve pernah merasakan pelatihan dan memilih untuk menjadi teman ketimbang cuma jadi dokter untuk mereka.

MADE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang