Kringgg !!!
Suara bel itu bukan menunjukkan waktu untuk siswa bebas dari sekolah tetapi menandakan bahwa bimbel khusus akan dimulai. Bimbel yang dilakukan di sekolah dan hanya dilakukan oleh anak-anak tertentu.
Disini sekolah dimana kesenjangan sosial dan pekerjaan orang tua menjadi sorotan utama karena hampir seluruh wali murid SMA ini bekerja di perusahaan besar. Persaingan dengan cara apapun menjadi hal yang wajar bagi seluruh siswa.
"Ah capek gue tiap hari bimbel mulu padahal gue tetep ga pinter-pinter. Rasanya kalo gue ikut bimbel itu kayak paling bodoh,"ucap Bryan.
"Emang Bry bukan kayak lagi, apalagi gue,"balas Yuta.
"Ga cuma kalian berdua, kita semua bodoh hahah. Lagian kita kan kalo bimbel itu sering tidur makanya ga pinter-pinter. Bener gak ni Dik?"tanya Devan.
"Bodo amat kalo gue mah."
Mereka akhirnya memutuskan untuk memasuki kelas bimbel dengan terlambat. Rupanya hanya mereka murid yang datang terlambat tanpa rasa bersalah sedikitpun. Tanpa banyak bicara seperti tadi mereka langsung duduk di bangku paling belakang kelas.
Bimbel dimulai dengan tenang hingga seseorang datang untuk bergabung yang membuat suasana berubah. Dia merupakan murid baru dalam bimbel padahal bimbel hanya diikuti oleh anak-anak yang diterima tanpa melalui beasiswa.
Murid itu hanya tersenyum pada guru yang mengajar lalu ia langsung duduk di tempat yang kosong tanpa perkenalan sedikitpun.
"Bentar deh Aurell kan murid beasiswa kok ikut bimbel sama kita,"bisik salah satu murid.
"Dari dulu dia emang aneh."
Devan juga mendengarkan beberapa percakapan siswa yang membicarakan keberadaan Aurell. Sebenarnya Devan juga merasakan ada yang aneh dengan Aurell, Aurell bahkan tidak pernah takut berhadapan dengan Teresia yang memiliki tingkat berbeda. Hal yang membuatnya menjadi lebih aneh adalah sifat guru-guru yang sepertinya takut dan terkesan ramah sekali pada Aurell.
Dari kejauhan Teresia melihat sinis Aurell yang mulai bergabung bimbel dengannya. Teresia selalu kesal ketika bertemu Aurell karena menurutnya Aurell yang menjadi penghalang rangkingnya untuk naik. Bahkan Aurell mendapat rangking tinggi tanpa bimbel dari sekolah.
"Kurang puas dia di ranking atas?"tanya Teresia pada temannya.
"Liat Ter dia kayak sok gitu, mau ngalahin lo deh kayaknya,"balas Irene.
"Kok dia bisa gabung? Kan dia anak beasiswa,"batin Teresia
"Kita biarin dia hari ini bebas, kita hari ini fokus sama bocah tengil yang dipojok kelas kemarin."
"Alana maksud lo?"tanya Irene.
"Menurut lo?"
Irene mengangguk paham lalu kembali fokus pada guru yang sedang mengajar.
Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Bimbel telah usai, saatnya semua murid bimbel kembali ke rumah masing-masing. Hanya Alana, Irene, dan Teresia yang masih berada di sekolah.
Alana tidak mengikuti bimbel tetapi ia selalu berada di perpustakaan sekolah untuk mempelajari beberapa bab sendiri. Teresia langsung memasuki perpustakaan dan menarik lengan Alana menuju kamar mandi.
Alana terdiam dengan kepala menunduk, tidak seperti dirinya tadi pagi. Sekarang tidak ada satupun orang yang berada di sekolah, itu yang membuat Alana takut.
"Dimana keberanian lo tadi?"tanya Teresia sambil berusaha memojokkan Alana.
Alana tetap diam.
"Tadi gue beli minum sama Irene, lo mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPREDECIBLE
Teen Fictionnot about me, but about we. Selamat datang dimana hal tidak terduga terjadi disini. "This is me," Hal yang terjadi antara kita bukanlah takdir tapi pilihan kita. Kita yang memulai dan kita yang berusaha menghancurkan. Entah dengan bullying, kekuasaa...