6. THROWBACK: ANEH

163 29 11
                                    

Pagi ini rumah Vio sangat sepi. Vandi Aurony--Ayah Vio sudah kembali bekerja dan berangkat ke Kanada minggu lalu setelah urusan perceraian dengan Aneu selesai. Aneu semalam tidak pulang, sekarang entah ada dimana. Di rumah ini hanya ada Vio, Mba Lilis, dan adiknya yang bernama Ravandio Aurony, atau sering dipanggil Dio.

Usia Dio kini baru 15 tahun, lebih tepatnya Dio masih menginjak bangku SMP kelas IX. Dulu kakak beradik itu sangat dekat, namun tidak dengan sekarang.

Hubungan Vio dengan Dio mulai hancur sejak 3 tahun lalu, sejak Aneu berselingkuh dari Vandi. Dio cukup dekat dan selalu bersikap baik pada selingkuhan Aneu. Sehingga Aneu pun sangat menyayangi Dio karena Dio mau menghargai dan menerima selingkuhannya tu.

Berbeda dengan Vio, Vio sangat benci dengan sikap Aneu. Sehingga Aneu selalu memperlakukan Vio dan Dio dengan perlakuan yang beda. Aneu sangat menyangi Dio, dan Vio benci hal itu. Vio merasa diperlakukan tidak adil, sampai-sampai Vio pun kini membenci Dio.

Sejak dulu orangtuanya selalu sibuk, Mamanya sibuk berselingkuh, dan Vandi terlalu sibuk mengurusi pekerjaannya di luar negri. Bahkan sampai lupa kalau ia masih memiliki keluarga.

Walaupun begitu Vandi masih bertanggung jawab, ia selalu rutin mengirimkan uang untuk Vio dan Dio. Namun bukan materi yang Vio butuhkan, kebersamaan mereka lah yang Vio inginkan.

"Non Vio, ayo sini makan dulu non." Ujar Mba Lilis yang melihat Vio baru turun dari tangga.

"Iya mba,"

Ia langsung menghampiri meja makan. Disana hanya ada Mba Lilis dan Dio, sudah biasa.

"Kak, Mba Lilis udah bikinin nasi goreng, enak banget loh kak." Ujar Dio berusaha ramah.

"Gak usah so baik lo." Jawab Vio sinis.

Dio tak bicara lagi, Dio tak ingin membuat mood kakaknya makin hancur.

Derrtt..

Handphone Vio bergetar, Vio pun merogoh saku untuk mengambilnya lalu membuka aplikasi BBM.

Rian
Vi aku udah di depan rumah.

Vio langsung memberhentikan aktivitas sarapannya dan memasukkan kembali handphonenya.

"Mba Lilis Vio berangkat dulu yaa," ujar Vio sambil mencium tangan Mba Lilis. Bagi Vio Mba Lilis sudah seperti ibunya sendiri.

Vio pun tergesa-gesa keluar dari rumahnya.

"Ati-ati ya non," Teriak Mba Lilis.

Sementara Dio hanya diam, makan pun ia jadi tidak nafsu. Dio tidak pernah tahu apa salahnya pada Vio sampai-sampai Vio begitu membencinya.

*****

Vio dan Rian lagi-lagi menjadi pusat perhatian di parkiran. Vio malas dijadikan bahan tontonan seperti itu, ia pun cepat-cepat turun dari motor Rian.

"E-eh tunggu Vi!" Teriak Rian memanggil Vio karena Vio berjalan begitu cepat meninggalkannya.

Rian pun sedikit berlari menyusulnya, "Vi kamu jangan gitu dong Vi, aku tau kamu lagi ada masalah keluarga tapi kamu jangan jadiin aku pelampiasan buat marah-marah dong Vi,"

Vio menghentikan langkahnya dan menoleh pada pacarnya itu, "Kok kamu tau masalah aku?" Tanya Vio kebingungan.

"Semalem Tante Aneu nelpon, ngasih tau kalo kamu pergi dari rumah dan pulang malem-malem sama cowok." Jelas Rian.

"Dia nelpon? Apaan banget sih tuh orang, pake nelpon-nelpon kamu segala. So perhatian, padahal dia cuma cari muka di depan kamu, Yan." Ujar Vio dengan kesal sambil kembali berjalan.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang