1

9 1 0
                                    

Awan pekat melayang diatas Sana. Hujan itu turun lagi. Aku menatap butiran butiran air yang menempel di kaca bis umum yang ku naiki.
Setetes hujan kini juga menuruni pipiku, bukan karena rembesan hujan di luar sana. Tapi yang ini bersumber Dari rasa yang merambat ke mata.
Aku pasti merindukan Kota ini, Kota dengan seribu kenangan, Kota dengan seribu kemaksiatan yang ku lakukan, Kota dengan seribu ilmu pengetahuan yang telah ku dapatkan.

Aku telah mengazzam Kan diri untuk rela kehilangannya, ikhlas melepasnya. Tapi hatiku berontak ingkar, berusaha lepas dari azzam nya.

Sekeping kenangan kembali melukai pikiran dan perasaanku.
~
"Kamu janji gak akan ninggalin mas kan?" Aku menatap nya, menatap mata yang menarikku pada kubangan maksiat yang harusnya Tak kurasakan.
"Aku gak janji, tapi kalo suatu saat nanti kalo aku ninggalin mas gimana?"

"Kamu mau ninggalin mas?"

Aku menggeleng "Bukan itu"

"Gak ninggalin mas Kan?, Tetep mau jalan sama mas Kan?"
Aku mengangguk pelan. Perlakuannya yang seperti itu yang membuatku merasa sebagai perempuan jahat, merasa untuk selalu ingin bersamanya. Dan mirisnya aku tahu, hubungan seperti itu bukan yang disyariatkan.

"Jadi mau jalan sama mas Kan?"

~
Mataku mengerjap, melihat sekeliling, aku masih di posisi dan tempat yang sama.
Bis umum.

"Mbk nya tujuan Mana?" Seorang kondektur menghampiriku yang masih berusaha mengumpulkan kesadaran kembali.

"Sumenep Pak"

"80 ribu Mbk"

~
Aku melangkah memasuki rumah yang empat tahun ini Tak kutinggali. Rumah nenek.
Seorang tua Renta berbalut baju kurung Dan kerudung kuning menyambutku ketika ku memasuki ruang tamu.
"Cucu nenek akhirnya pulang" aku beranjak menyalimi beliau yang menggantikan peran orang tua bagiku.
"Nenek sehat?"
Aku menuntunnya untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Alhamdulillah nak, kamu lapar Kan Ayo makan"
"Nanti nek, aku mau ke kamar dulu ya, capek banget rasanya" aku mulai mengangkat tas bawaanku menuju kamar yang kurindukan.

"Jangan lupa makan"

~
Flashback on

Aku melangkah kaki di lobby gedung fakultas tempatku menempuh pendidikan. Bersama sahabatku Rika, setiap pagi kami akan menuju musholla untuk melaksanakan rutinan dhuha kami.
Aku Dan Rika berjalan sembari membincangkan banyak hal. Tabiat perempuan yang selalu berbicara ketika mereka bertemu.
Mataku Tak sengaja menangkap sosok lelaki duduk di bangku panjang depan loby dengan tongkat disebelahnya. Aku mengenalinya.
Kami melewati sosok itu dengan pandanganku yang berpura-pura Tak melihat nya.

"Hm pura-pura gak liat sekarang"
Suara pelan, hampir seperti gumaman tapi sengaja ditujukan kepadaku yang melangkah semakin menjauh.
Aku mendengarnya Dan aku Tau siapa yang mengucapkannya. Aku Tak merespon Dan tetap melanjutkan langkahku

"Siapa dia Na?"
"Senior ku satu organisasi"
"Kamu kenal?"

Kenal, bahkan lebih dari sekedar mengenal.
~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kepadanya dan kepada-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang