"Gimana?" Tanya Doyoung langsung begitu gue keluar dari kamar mandinya Kane.
"Datang bulan."
"Terus kenapa tadi dia nangis?"
"Dia takut, ngiranya bakal..."
"Bakal apa?"
"Mmm... bakal mati..." gue ngomong gini sebenarnya agak gak enak. Karena, tau sendiri kan kedua orangtuanya Doyoung udah gak ada...
Tapi disisi lain, bibir Doyoung sedikit terangkat. Kayaknya Doyoung lagi membayangkan bagaimana ekspresi adiknya waktu ngomong apa yang gue bilang. Buktinya dia lagi senyum-senyum sendiri sekarang. Sesekali sambil menyisir rambutnya menggunakan jari-jarinya. Rambutnya terlihat jadi sedikit berantakan sekarang, tapi dengan tampang dia yang kayak gini menunjukan Doyoung yang lebih santai dibandingkan Doyoung yang tadi waktu pertama kali waktu gue datang.
Ceklek
Gue dan Doyoung sontak melihat ke arah pintu kamar mandi, dimana Kane menunjukan sosoknya. "Kak Siena, udah..." katanya sambil menghampiri gue.
"Udah di–" belum gue selesai ngomong, Kane menutup mulut gue menggunakan tangan kanannya.
"Jangan ngomong disini, ada Kak Doyoung." Sambil melihat ke arah Doyoung lalu melihat lagi ke gue. Kayaknya Kane malu, karena ada laki-laki disini. Tapi itu wajar, dulu gue juga malu banget kalau ngomongin menstruasi sama mama waktu ada papa.
Gue kasihan sebenarnya sama Kane, karena dengan sikap dia yang tadi nangis dan kaget, itu artinya belum pernah ada orang yang membekali dia dengan informasi mengenai menstruasi. Seperti apa itu menstruasi, apa yang harus dilakukan, ya pokoknya informasi dasar mengenai menstruasi. Gue mikirnya, mungkin karena orangtuanya udah gak ada, jadi Kane gak bisa memperoleh informasi tersebut. Kakak-kakaknya semua laki-laki, kayaknya mereka juga gak mengerti gimana harus menyampaikannya ke Kane.
Gue menyingkirkan tangan Kane dengan perlahan, "iya nggak deh."
"Kane gak apa-apa sekarang?" Doyoung berlutut di depan Kane dan menatap adiknya dengan rasa penuh ingin tau dan khawatir menjadi satu. Bukannya menjawab, Kane hanya mengangguk pelan.
"Yaudah, Kane lanjutin main the sims aja sana ya?" Kata Doyoung lagi.
Kane langsung menuruti perkataan Doyoung dan keluar dari kamarnya. Meninggalkan gue hanya berdua dengan Doyoung. Sementara Jeno udah nggak tau kemana, waktu gue keluar dari kamar mandinya Kane juga, Jeno udah gak ada.
"Hari ini Tante Yubi sama Om Arco ke Amerika kan?" Tanya Doyoung.
"Iya, tadi baru berangkat."
Doyoung mengangguk pelan, "makan malem dimana?"
"Dirumah kayak biasanya."
"Gue, Jeno, sama Kane mau makan diluar. Lo mau ikut?"
Sebenernya gue mau ikut-ikut aja, karena pasti dirumah gue makan sendiri– kadang ditemenin sama bibi dan mba gue tapi itu juga kalau bibi dan mba mau makan malem sama gue. Iya, kadang tawaran makan malem bareng gue suka ditolak sama bibi dan mba. Bilangnya gue duluan yang makan– masa karena mereka menolak secara halus, gue jadi mogok makan? Kan gak pantes banget.
"Dimana?"
"Gak tau dimana, gimana nanti aja. Lo mau ikut gak?"
"Mau dong hehe."
———————
Udah lama banget rasanya gue makan di meja makan yang ramai kayak gini– emang beberapa hari yang lalu gue makan bareng keluarganya Doyoung dan orangtua gue. Tapi keadaannya berbeda banget makan malam dengan mereka saat orangtua gue gak ada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adoring Doyoung | Kim Doyoung
Fanfic[COMPLETED] "What if we give meaning to the things that don't have meaning? We are so desperate looking for an answer until we decided to give meaning to this thing by ourselves." Start 14/04/2019 Finish 19/06/2019 #260 in ff 17/12/19 #269 in kimdoy...