Tuanku sedang bersedih, entah kenapa.
Mungkin karena tadi malam dia bertemu wanita di depan teras, mungkin kekasihnya? Aku bingung padahal seharusnya tuanku senang karena kekasihnya datang, kan?
Malam itu tuanku duduk di kanan dekat dengan jendela, sementara wanita itu duduk di sebelahnya, terlihat agak canggung sepertinya. Mereka mulai berbicara, entah apa yang dibicarakan-aku memang tidak terlalu suka bahasa manusia, terlalu banyak kiasan. Seperti biasa aku mencoba mendekati tamu tuanku, aku selalu suka bertemu dengan orang baru. Wanita itu menggendongku dan mengelus kepalaku. Tangannya sangat lembut, pantas tuanku menyukai wanita itu.
Mata tuanku mengkilap sepanjang malam itu, seperti ikan yang aku curi dari kolam sebelah tadi siang. Sepanjang malam aku hanya duduk di antara mereka, mendengarkan kata-kata menjemukan dari dua manusia itu, hingga malam sudah hampir habis, dan kekasihnya pamit pulang. Tuanku berdiri dan menawarkan jabat tangan, kekasihnya menyambut tangan kurus tuanku dengan senyum kecil,
lalu ia pergi.
Tuanku sedang bersedih, entah kenapa.
Mungkin karena sudah beberapa hari ini kekasihnya tidak menemuinya. Aku mencoba untuk menghiburnya, tuanku selalu senang kalau aku mengendus-endus tangannya. Ia menaruhku di pangkuannya sambil menggaruk leherku, dia tahu kalau aku suka bagian itu. Aku menatap wajah tuanku, kulihat ia tersenyum namun matanya masih sendu.
"Tuan, kapan wanita bertangan lembut itu berkunjung ke sini lagi? "
