11

428K 7.3K 87
                                    

Sebuah ruang lebar kedap suara dan remang-temang di penuhi oleh orang-orang yang sedang menikmati pesta.

Musik upbeat yang di putar oleh seorang yang bersetelan hip hop dari arah depan mengisi penuh ruangan. Di tambah suara gaduh pengunjung yang meloncat bersenang-senang semakin memperamai acara.

Saddam dan Clarisa sedang berjalan mencari pemilik acara berisik nan menyenangkan ini. Lengan keduanya terpaksa harus bertaut akibat perbuatan Saddam. Pria itu kukuh menyuruh agar Clarisa memegang lengannya layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Tentu saja Clarisa menolak sampai Saddam ingin menciumnya barulah dengan kecepatan kilat Clarisa lari ke samping Saddam lalu melakukan apa yang di perintahkan oleh boss gilanya.

Ia tidak ingin di cap sebagai orang gila juga karena berciuman di tengah jalan apalagi saat mereka baru saja keluar dari mobil, berdiri di atas red carpet dimana sisi kiri-kanan terdapat banyak wartawan dan reporter yang sedang mencari santapan berita hangat terbaru.

Saddam memang bukan seorang selebriti namun ia termasuk jajaran pengusaha muda terkenal. Namanya terkenal di kalangan pembisnis. Apalagi ini adalah acara besar yang di adakan rekan bisnisnya untuk merayakan keberhasilan mereka. Pastilah akan menjadi perbincangan hangat di kalangan pengusaha. Dan tentu saja berita buruk bagi saingan perusahaan mereka.

"Kenapa kau tidak memberitahuku jika kita kemari?" protes Clarisa namun berusaha tersenyum pada tamu-tamu yang berpapasan padanya walaupun mereka tidak mengenali satu sama lain tapi mereka pastilah mengenal Saddam. Jika nanti Saddam mendengar berita buruk hanya karena wajah Clarisa yang ketus bisa habis hidup Clarisa di tangan pria itu. Bisa-bisa ia tidak di bolehkan keluar kamar walau hanya sedetikpun. Mengerikan. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Saddam. Apalagi mengingat bertapa pria itu kelebihan hormon sangat tidak perlu di ragukan lagi.

"Seorang istri harus menurut pada suaminya, nona." jawab Saddam santai juga melemparkan senyuman pada tamu-tamu yang lain.

"Aku bukan istrimu!"

"Calon."

Saddam mengedipkan sebelah matanya setelah mengatakan kata itu. Melihat wajah Clarisa yang memerah ia mulai menarik perempuan itu lebih cepat. Ia tahu perempuan itu memerah bukan karena merasa malu atau tersipu tapi karena marah. Bisa gawat urusannya jika perempuannya mengamuk. Bisa-bisa ia tidak dapat jatah lagi. Oh tidak. Itu sangat menyiksa. Hanya dapat melihat kemolekkan tubuh Clarisa tanpa bisa menyentuhnya sangat menyakitkan.

"Ahhh.. Itu pemilik acaranya. Rekan kerjaku. Ayo kita sapa dia."

Saddam menarik Clarisa. Mengalihkan topik pembicaraan. Clarisa hanya mengekor. Toh ia juga tidak mengenali siapa rekan kerja bossnya.

"Hey.. Lama tak berjumpa bung. Ku dengar kau pergi ke Eropa beberapa hari yang lalu. Apa kau bersenang-senang di sana?" ucap pria tinggi yang tak kalah tampan dengan Saddam.

Clarisa tidak pernah melihat orang itu sebelumnya. Bahkan selama ini ia selalu menemani boss mereka untuk bertemu rekan bisnisnya. Mungkin pria itu merupakan rekan kerja Saddam di perusahaan property nya.

"Tentu saja aku bersenang-senang. Apalagi saat di temani kekasihku." jawab Saddam semakin mempererat rangkulan tangannya pada pinggang Clarisa.

Pria di hadapan mereka terlihat bingung. Sepertinya ia tidak tahu banyak tentang urusan asmara Saddam bahkan setahunya Saddam tidak pernah serius dengan perempuan. Mungkin ia sudah berubah sekarang. Pria itu tersenyum membuat Clarisa mau tidak mau membalas dengan senyuman kaku.

"Baiklah. Kalau begitu nikmati pestanya. Aku akan menyambut tamu-tamu lainnya. Jangan sungkan. Lakukan saja apa yang ingin kalian lakukan. Aku pergi. Bye."

Pria tadi berlalu. Bercengkrama dengan tamu-tamu lainnya. Melakukan tugasnya sebagaimana tuan pemilik acara.

Saddam beralih menatap Clarisa yang masih terpaku pada pria tadi. Secara pelahan Saddam menarik dagu Clarisa agar menatap padanya.

"Kenapa?" tanya Clarisa dengan kening berkerut.

"Jangan lihat laki-laki lain selain diriku." perintah Saddam.

Clarisa mendecih. Siapa dirinya hingga bisa mengatur-ngatur orang lain. Dasar kurang kerjaan.

"Dengar perkataanku Baby girl. Atau kau tidak akan pulang malam ini." lanjut Saddam penuh penekanan dengan senyum miringnya.

Clarisa tidak berkedip setelah mendengar perkataan halus nan menusuk tajam itu. Saddam kembali tersenyum melihat wajah polos Clarisa.

"Ayo kita bersenang-senang."

Saddam mengambil dua buah gelas bening terisi minuman yang di bawa pelayan. Saddam membawa Clarisa mencari tempat duduk setelah dapat ia menyuruh Clarisa untuk duduk lalu memberikan satu gelas untuk Clarisa dan satu untuk dirinya. Lalu duduk di hadapan Clarisa.

"Ayo minum."

Saddam sudah meminum minuman miliknya tetapi Clarisa malah duduk layaknya batu tidak menyentuh minumannya.

"Aku tidak akan terjebak oleh umpanmu. Siapapun tahu jika minuman itu memabukan."

Clarisa menjawab ketus. Ia tidak ingin pulang dengan keadaan acak-acakan jika ibunya melihat bisa sulit urusannya. Dan lebih parahnya ia bahkan bisa saja tidak pulang seperti kejadian awal pertemuannya dengan Saddam. Clarisa menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin kejadian itu kembali terulang. Walaupun ia sudah beberapa kali melakukan hal gila itu dengan boss setengah-setengahnya.

"Baiklah. Jika itu maumu."

Saddam tampak tak memperdulikan Clarisa. Ia menenggak minumannya dalam satu tarikkan nafas. Membiarkan minuman keras itu mengalir ke kerongkongan sexy nya seperti gelombang air di laut. Menghentakkan keras gelasnya kembali menatap Clarisa yang melihatnya kebingungan.

"Kemarikan minumanmu."

Clarisa menyerahkan gelasnya. Saddam menyambut kembali meminum hampir setengah gelas. Di taruhnya gelas itu lalu berdiri. Menarik tengkuk Clarisa. Menyatukan bibir mereka. Clarisa yang kebingungan masih membuka mulutnya. Hingga tanpa ia sadari cairan keras yang berada pada mulut Saddam kini telah mengalir juga kedalam mulutnya. Saddam membagikan minuman itu. Menelan yang ada pada mulutnya dan menutup lalu mendongkakkan kepala Clarisa ke atas dengan maksud agar perempuan itu meminum minuman yang ia bagi dengan susah payah.

"Kau menyukainya Baby? Enak bukan? Aku bahkan bisa memberikan yang lebih nikmat lagi."

Saddam menunjukkan smirk andalannya. Yang membuatnya terlihat semakin tampan dan juga dalam waktu bersamaan terlihat sexy dan licik.

^Δ^

Hello.. My Pika's
Author udah up nih..

Buat kalian yang penasaran sama kelanjutannya gimana jangan lupa terus ikutin cerita ini..

Kachu jadi senang deh soalnya banyak yang minat dan dukung cerita ini buat terus jalan😁😁

Ngeliat kalian ngevote, komen, masukkin reading list. Kachu jadi gk bisa berkata-kata saking senangnya..

Votenya udah sampai 900 an..
Makasih banyak yaa Pika's ku..

Kachu jadi makin sayang deh 😁😁

Jangan lupa tinggalin jejak okay?

See you soon😘😘

Terima kasih sudah membaca💕💕

My Boss is Overhormone #MILER1 (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang