Pastikan harapanmu tersimpan di raga yang tak salah, di raga yang tak membuat hatimu patah
Gavin memandang lekat-lekat selembar kertas putih dengan belasan kalimat bertinta hitam di atasnya. Dengan dipakaikan bingkai pigura, kertas itu semakin cantik menempel di dinding kamar bercat hitam milik Gavin.
Kedua sudut bibirnya terangkat ketika melihat nama yang berada dibarisan terakhir. Nama di pemilik puisi tersebut.
Ratu Andira.
*
"Kenapa Lo nggak mati aja sih?" Tanya Sinis Candra yang sedang sibuk mengamati Gavin membersihkan bercak darah di wajahnya.
"Perkataan kamu itu lho mas nggak baik" sahut Gavin dengan nada di buat-buat.
"Kelakuan Lo yang nggak baik. Sayang dong sama diri Lo sendiri! Kasihan badan lo jadi samsak orang lain terus."
Kalau Candra sudah berkata seperti itu. Diam adalah jalan satu-satunya yang akan Gavin pilih. Sembari merenungkan ucapan Candra yang barusaja terdengar di telinganya, Gavin menyelesaikan kegiatan membersihkan sedikit darah yang berada di sekitar wajahnya.
"Nggak ada niat untuk keluar?" Candra memecahkan keheningan dengan pertanyaannya itu.
Gavin paham sekali dengan apa yang Candra katakan. Ini mengenai kumpulan yang ia ikuti. Kumpulan tidak sehat, kumpulan penuh kekerasan. Gavin ingin keluar dari kumpulan itu tapi dia membutuhkan kumpulan itu. Meski resikonya sangat berat.
Efrina. Dialah gadis yamg secara langsung menarik Gavin kedalam perkumpulan itu. Singkat cerita dahulu Efrina selalu meminta pertolongan pada Gavin. Efrina mengaku jika dia selalu diperlukan tidak baik oleh pacarnya. Gavin yang saat itu tidak bisa berkelahi akhirnya bertemu dengan seseorang yang merupakan ketua dari perkumpulan itu.
Demi membantu Efrina, Gavin masuk perkumpulan itu. Sederhana saja peraturannya. Jika salah satu diantara anggotanya mempunyai musuh maka musuh itu akan menjadi musuh semua anggota. Dan saat itu Gavin meminta bantuan mereka untuk berkelahi dengan pacar Efrina itu.
Perkelahian itu sering terjadi karena salah satu anggota pasti ada yang meminta untuk berkelahi dan tidak ada penolakan. Untuk keluar dari sana sangatlah mudah. Yaitu berjanji tidak akan meminta bantuan untuk berkelahi kepada anggota perkumpulan itu. Candra telah melakukannya. Candra telah keluar sementara Gavin masih menjadi anggota disana. Karena Gavin tahu akan ada saatnya dia membutuhkan bantuan mereka meski bukan untuk melindungi Efrina.
"Gimana sama Jeni?" Tanya Gavin.
Candra menghembuskan nafasnya kasar. Ia tahu Gavin sedang tidak ingin membahas itu.
"Baik-baik aja. Gue nggak nyangka ya kalau benci adalah awal dari cinta itu ternyata bener" Kemudian Candra tersenyum.
Gavin menjelajahi ingatanya. Tepat ketika Candra memarahi Jeni yang selalu berlaku agresif pada Gavin. Candra merasa jijik melihat perilaku Jeni pada Gavin dulu.
"Lo nggak apa-apa kan?" Tanya Candra seolah tahu apa yang sedang Gavin pikirkan. Candra tahu jika Gavin tidak pernah menyimpan rasa kepada Jeni tapi dia hanya ingin meyakinkan saja jika ia tidak salah.
"Nggak ada alasan untuk apa-apa"
Suara menandakan pesan masuk terdengar dari handphone milik Gavin. Ia segera membuka pesan itu setelah mengambil handphonenya dari meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Kepo (Selesai)
Fiksi RemajaSemua itu bermula ketika Ratu kepo terhadap Gavin Raefal Ishara yaitu seorang Bad Boy. Gavin benar-benar membuat Ratu jera karena rasa keponya.