Nomor (3)
Heri menatap Ciko dengan tatapan penuh derita. Dia berulang kali menanyakan nomor Ogi, namun temannya yang gila belajar itu menyuruhnya untuk minta langsung ke orangnya. Tapi Heri juga tahu, akan sia-sia memintanya langsung pada Ogi, karena dia akan diabaikan dan Ogi akan mengisolasi dirinya di dalam kamar. Heri tahu itu, karena dia telah mencobanya berkali-kali.
Namun, bukan Heri namanya kalau akan menyerah begitu saja tanpa hasil. Dia telah berusaha membujuk Ciko dengan segala macam ekspresi yang dia punya. Tapi, memang pada dasarnya saja Ciko pendirian kuat, tidak goyah sedikit pun.
Ciko menatap lelah Heri yang terus saja menghantuinya, dia menghela napas panjang. "Bukannya gue gak mau, hanya saja gue gak bisa." Ucapnya yang membuat Heri menundukan kepalanya sedih.
"Kenapa lu gak bisa?" Tanya Heri dengan penuh rasa kekecewaan. Membuat secercah rasa kasihan timbul di hati Ciko, untung saja dia sudah lama mengenal Heri. Jadi dia tahu itu hanya drama yang diperankan Heri.
"Karna yang minta lu. Lagian yang lu minta nomor Ogi, ya cari sama Ogi. Jangan sama gue!"
Heri langsung menoleh ke Ogi, "Hehe, Ogi, minta nomor lu dong."
"..." Abaikan! Abaikan dia! Teriak batin Ogi.
"Tuh liat Cik, gue terabaikan. Akit ati nih, huhuhu."
Ciko berharap bel masuk cepat berbunyi, dia benar-benar ingin makhluk yang tidak pernah menyerah sebelum berhasil ini tidak mengganggunya lagi.
"Cik, mau tau gak cara agar Heri gak berisik lagi?" Tanya Yudan sambil mengunyah permen karet.
"Emang ada caranya?" Tanya Ciko dengan ragu.
Yudan menganggukan kepalanya penuh kepastian, "Ada."
"Apa?"
"Menyerah."
"..." Seharusnya dia tidak berharap lebih pada Yudan!
Mata Heri langsung bercahaya, "Hehe, walau sangat bego, kadang lu hanya bego juga ya, Yud. Menyerah saja Cik!"
"Gue gak bego!" Elak Yudan dengan kesal.
"Hehe, iya iya percaya kok."
Doni menatap Heri dengan remeh, "Payah lu Her, masa nomor Ogi gak dapat-dapat bahkan setelah beberapa chapter terlewati. Nomor cowok aja gak bisa-bisa, gimana nomor cewek."
"Hehe, yakin dan percaya, gak ada yang gak bisa Herianto dapatkan." Tekad Heri dengan penuh kebanggaan.
"Cih, hanya orang paling goblok yang percaya dengan orang goblok." Sindir Jala sambil memainkan ponsel pintarnya.
"Gue dengar Jal. Hehe, nanti gue buktikan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys
Teen FictionWarning* *Cerita ringan yang beberapa chapter hanya berisi satu atau dua kalimat doang. *Terdapat kata-kata kasar/umpatan. *Tidak ada prolog/sinopsis, langsung baca aja. Cerita sepaket : Titik Bukan koma (TBK) > MangaToon/Noveltoon