Syahirah 2 || BAB 18

190 9 0
                                    

Seminggu berada dirumah sakit akhirnya Aldo sudah diperbolehkan pulang. Aldo dan keluarga sangat berterimakasih ke pak Kiyai, Ustadz dan istrinya juga anak perempuannya yang sudah menolong sekaligus merawat Aldo selama ini.

"Jangan lupa main ke pondok ya? Tidak jauh kok, dari rumah sakit," kata pak Kiyai. Aldo memgangguk sambil tersenyum. Ia menyalimi punggung tangan mereka kecuali ke Hanna. Aldo mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya, memberi salam. Hanna juga melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Aldo.

Bara dan Santi menjabat tangan kedua orang tua Hanna, dan menyalimi punggung tangan pak Kiyai. Karena beliau lebih tua dari keduanya. Hanna menyalimi punggung tangan kedua orang tua Aldo. Aldo yang melihat itu menarik kedua sudut bibirnya. Aldo tersenyum.

Selesai berpamitan, mereka bertiga masuk ke dalam mobil. Aldo duduk dibagian belakang penumpang. Bara duduk di depan bagian pengemudi, sedangkan Santi duduk di dekat suaminya. Di samping bangku pengemudi. Aldo membuka kaca mobilnya dan melambaikan tangannya kearah pak Kiyai, Hanna dan kedua orang tuanya.

Bara dan Santi belum menceritakan tentang Aldo yang lupa ingatan ke Syahirah. Mereka berdua tidak berani dan tidak sanggup melihat wajah Syahirah yang bersedih. Masalahnya Aldo lupa ingatannya terhadap Syahirah saja. Selain tentang Syahirah, Aldo ingat semuanya. Kata dokter, sebagian ingatan Aldo hilang. Ingatan tentang seseorang yang dulunya sangat berharga bagi Aldo, hingga laki-laki itu sedia berjuang untuk terus menunggu, akhirnya hilang begitu saja dibagian otak kecilnya.

Syahirah sudah menunggu selama satu jam di bangku teras rumah kedua orang tuanya Aldo. Bara dan Santi tidak tahu kalau Syahirah datang ke rumahnya karena perempuan itu sengaja tidak memberitahu.

Syahirah juga sudah tahu kalau mertuanya sedang pergi keluar. Satpamnya yang memberitahu Syahirah. Tapi, satpamnya tidak memberitahu jelas ke mana mertuanya pergi.

Syahirah melihat pintu gerbang terbuka. Menampakan sebuah mobil masuk ke dalam halaman. Mobil itu berhenti. Terparkir di halaman rumah yang cukup luas. Syahirah berdiri saat melihat mertuanya keluar dari mobil. Kini fokusnya beralih menatap pintu mobil yang terbuka dibagian penumpang. Aldo--suami yang selama ini ia rindukan--keluar dari dalam mobil dan mereka berjalan kearahnya.

Bara dan Santi terkejut melihat kedatangan Syahirah. Mereka tidak menduga di saat yang menurut mereka tidak tepat malah terjadi begitu saja.

Tanpa sadar air mata Syahirah turun begitu saja. Ia sangat merindukan suaminya. Aldo menatap Syahirah dengan tatapan bingung. Lalu, Aldo menatap kedua orang tuanya bergantian untuk meminta jawaban atas pertanyaan yang ada dibenaknya. Syahirah berlari kearah Aldo dan langsung memeluk laki-laki itu. Aldo mematung.

Syahirah memeluk Aldo sangat erat. Di dalam peluknya, ia melepaskan semua rasa rindu pada laki-laki itu. Seperkian detik mematung, Aldo menjauhkan Syahirah darinya, tidak membalas pelukan Syahirah.

"Maaf, bukan mahramnya." Satu kata keluar dari mulut Aldo yang langsung membuat Syahirah terdiam. Kini giliran Syahirah yang mematung. Mencerna perkataan yang keluar dari mulut suaminya.

Bara dan Santi hanya menyaksikan. Mereka berdua tidak bisa berkata apa-apa. Mereka tidak sanggup menatap Syahirah yang kini sudah berlinangan air mata.

"Bukan mahram?" Syahirah mengulang perkataan Aldo. "Ini aku mas, Syahirah. Istri sah mas Aldo, mas ingat?" kata Syahirah. Ia berharap kalau sekarang Aldo sedang bercanda. Syahirah meyakinkan dirinya kalau suaminya hanya sedang menjahilinya. Seperti biasanya.

"Istri? Saya tidak ingat kalau saya punya istri. Saya juga tidak ingat siapa kamu. Kali ini adalah pertama kalinya saya bertemu kamu," kata Aldo. "Maaf, tapi saya harus banyak istirahat, jadi saya masuk ke dalam dulu." Aldo melangkahkan kakinya. Baru saja melangkahkan kaki dua kangkah, Syahirah menahannya dengan mengenggam tangannya.

Aldo melihat kearah genggaman tangan Syahirah. Aldo menepisnya, "Saya bilang bukan mahram. Kamu mengerti?" Syahirah belum pernah melihat Aldo yang marah. Ini baru pertama kalinya bagi Syahirah nelihat Aldo yang menatapnya tidak suka, nada bicaranya yang dingin terhadapnya. "Dan tolong jaga pandanganmu terhadap seorang laki-laki yang bukan mahram kamu. Nanti bisa jadi zinah mata," Setelah mengatakan itu Aldo kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Syahirah jatuh berlutut setelah Aldo benar-benar masuk ke dalam. Syahirah menangis terisak. Bagaimana bisa suaminya berubah dalam waktu secepat itu?

"Apa mas Aldo marah sama aku, ma, pa? Kalau mas Aldo marah sama aku, seenggaknya jangan seperti itu. Aku enggak percaya mas Aldo akan mengatakan hal itu. Bagaimana bisa mas Aldo lupa dengan aku? Bagaimana bisa mas Aldo berubah secepat itu? Ada apa dengan mas Aldo, ma, pa?" Syahirah meracau. Bara dan Santi ikut berlutut. Santi membawa Syahirah ke dalam pelukan. Bara dan Santi merasa tidak tega melihat menantu kesayangannya nenangis seperti itu. Hati Syahirah sangat terluka.

"Nak, kamu harus sabar, ya? Allah sedang menguji kalian berdua. Allah ingin tau seberapa besar cinta kalian berdua satu sama lain terhadap-Nya. Jadi kamu harus banyak bersabar, lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Memohon kepada-Nya. Mama sama papa yakin kamu bisa menghadapi semua cobaan ini," kata Santi sambil mengusap kepala Syahirah yang tertutupi kerudung.

Tangisan Syahirah semakin kencang di dalam pelukan Santi. Membuat keduanya ikut menangis. Merasakan sakit yang dirasakan Syahirah. Pasti sangat menyakitkan dan memilukan.

***

Syahirah membantu Santi menyiapkan makanan malam. Mulai hari ini Syahirah tinggal bersama Santi.

Aldo mendatangi mamanya yang ada di dapur. Laki-laki itu terdiam saat melihat ada seorang perempuan yang tengah membantu mamanya. Aldo belum tahu mengenai Syahirah yang akan tinggal bersama dirumahnya.

Bara datang setelah beberapa menit Aldo ke dapur. Bara menyenggol lengan anaknya. Aldo tersadar dari lamunannya kini menatap ayahnya. Bara menaikan satu alisnya, "Lagi liatin apa?" Bara bertanya. Aldo menggeleng, "Enggak," katanya sambil berjalan kearah meja makan dan duduk dibangkunya. Bara menyusul anaknya.

Syahirah dan Santi sudah selesai memasak. Mereka berdua menyajikan masakan yang sudah ditaruh di piring ke atas meja makan.

Santi menyendok nasi ke dalam piring Bara. Syahirah meminta piring Aldo dengan sopan. Ia ingin menyendokan nasi ke dalam piring suaminya, seperti apa yang ia lakukan sehari-hari.

"Mas Aldo mau lauk apa?" Syahirah bertanya dengan masih memegangi piring Aldo. Laki-laki itu menggeleng. "Enggak usah. Biar gue aja," kata Aldo sambil mengambil alih piringnya dari tangan perempuan itu.

"Ma, perempuan ini akan menginap di sini?" tanya Aldo yang membuat semua orang yang ada di meja makan menjadi bingung.

"Perempuan ini?" Bara mengulang perkataan anaknya.

"Iya, yang kumaksud dia," Aldo mengarahkan telunjuknya kearah Syahirah.

"Do, perempuan yang kamu maksud itu adalah is ...."

"Nama saya Syahirah, mas. Saya sahabat dari sepupu mas Aldo," Syahirah memotong perkataan Bara.

"Mulai sekarang Syahirah akan tinggal di sini bersama kita," cetus Santi.

"Tapi kan Syahirah cuma sahabat Alea, ma. Kenapa harus tinggal bareng kita?" protes Aldo.

"Aldo," Bara memperingatkan anaknya untuk diam dan menerima saja tanpa bertanya ataupun berbicara yang lain-lain.

Sebenarnya Syahirah merasa kecewa dengan sikap Aldo yang berubah drastis. Tetapi, ia akan mencoba untuk memaklumi dan mengikhlaskannya. Ayah dan ibu mertuanya sudah menjelaskan tentang kondisi Aldo ke dirinya. Jadi Syahirah harus sabar menunggu ingatan Aldo kembali, meskipun Syahirah tidak tahu kapan waktu itu akan terjadi. Syahirah berharap ingatan Aldo segera kembali dengan secepatnya.

Syahirah 2: Aldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang