Mata pelajaran Matematika nggak pernah enak buat Seongwoo. Udah susah, gurunya galak pula. Hadeuh, makin males deh.
Mana si bu guru itu masih muda, terus kabar-kabarnya dia naksir sama mas Daniel-nya.
Emang mas Daniel itu ganteng, yang naksir juga banyak. Apalagi dari kalangan siswa. Tapi kebanyakan udah tahu diri dan sadar diri kalo Daniel itu bucin dan bacin setengah hidupnya Seongwoo. Nggak bisa diganggu gugat. Mau digodain pake melon gede yang gondal gandul juga gabakal noleh kalo bukan Seongwoo.
Tapi bu guru Matematika ini suka genit, bikin Daniel kesel kadang-kadang. Mana kalo ngajar di kelas Seongwoo, orangnya suka resek.
"Seongwoo, kerjakan soal nomor satu sampai sepuluh!" tuh kan, resek. Siswa lain mah, disuruhnya ngerjain satu nomor doang. Dia aja yang disuruh ngerjain seabrek-abrek gitu.
Yaudah karena Uwu ini anaknya penurut dan tidak suka membangkang, dia akhirnya maju dan ngerjain soal di papan tulis. Untung dia udah ngerjain soal ini, diajarin sama mas Daniel-nya.
Tahu kan, soal Matematika itu nggak sekadar nulis jawabannya doang. Jalan menuju jawaban yang benar itu lumayan panjang kaya jalan menuju Roma. Makanya sepuluh nomor rasanya lama banget.
"Duh, lama banget, sih? Nulis apa ngebatik?!" bu guru Matematika nyindir Seongwoo. Tapi Seongwoo cuek. Dia ngerjain nomor tujuh sekarang.
Karena jarak Seongwoo sama bu guru Matematika nggak terlalu jauh, Seongwoo bisa denger kalo si bu guru Matematika lagi mencibir dia. Ngomongin hubungan dia sama Daniel yang enggak-engak. Hih, guru kok rumpi di depan siswanya! Nggak boleh, dong! Menurunkan martabat guru!
Seongwoo masih sabar. Dia nggak sesepele itu buat marah-marah cuma gara-gara hubungannya dihina-hina sama orang lain. Udah biasa Seongwoo mah.
Eh, si bu guru Matematika ngelunjak, dong! Tadi udah bener ngomongnya pelan-pelan doang, siswa yang lain nggak denger. Tapi kayanya emang si bu guru Matematika ini orangnya agak caper ya, makanya karena nggak digubris sama Seongwoo, beliau langsung nyentak.
"Jujur sama saya, Ong Seongwoo. Siapa yang ngerjain soal yang kamu tulis di papan tulis ini? Karena setahu saya kamu nggak terlalu pinter di Matematika." dengan wajah yang songong-songong minta digoreng si ibu nanya ke Seongwoo.
"Ya saya, bu. Mana ada yang mau ngerjain tugas saya." jawab Seongwoo dengan santai.
"Nggak mungkin. Pasti kamu minta sama pacarmu untuk ngerjain tugasmu, kan? Kamu tuh, bisanya manfaatin pak Daniel doang." si ibu mulai ngomel.
Lah, apa urusannya sama si ibu, coba?
"Saya diajarin aja, bu. Karena saya tahu saya nggak pinter di mapel ini, makanya saya belajar. Memangnya salah kalo saya minta diajarkan sama pak Daniel? Dia kan guru juga." jawab Seongwoo masih kalem-kalem kelub.
"Seongwoo kamu ini nggak sadar, ya? Kamu itu cowok, pacarannya harusnya sama cewek. Bukan sama sesama cowok. Apalagi pak Daniel yang harusnya masa depannya cerah punya keluarga yang utuh, dan punya keturunan yang baik. Kalo sama kamu, jadi apa pak Daniel nanti. Nggak punya pen-"
Tiba-tiba pintu kelas dibuka. Menampakkan wajah garang pak kepsek yang biasanya aja udah keliatan serem. Tapi ini lebih serem lagi karena beliau denger nama anak dan calon mantunya disebut dan dijelek-jelekkan.
Ibu guru Matematika cuma bisa ternganga kaget. Ketakutan. Takut dipecat dan nggak bisa ngegodain pak Daniel lagi.
"Ibu XXXXXXX, saya dengar barusan ibu membicarakan tentang anak dan calon menantu saya? Ada apa? Ada masalah apa?" pak kepsek masuk ke dalam kelas mendekati si ibu guru Matematika.
"A-anu, p-pak..." si ibu gemetar kaya mau nangis.
"Ibu, tolong Anda bersikap profesional. Ibu sedang mengajar, dan bukan tempatnya untuk mengatakan hal-hal tidak pantas seperti tadi. Apalagi kepada anak dan calon menantu saya. Bukannya saya KKN atau apa. Tetapi karena ibu sudah menyinggung keluarga saya juga. Silakan ikut saya ke kantor sekarang juga, kita bicarakan disana."
Akhirnya pak kepsek dengan segenap kesabarannya, memilih buat mengajak si ibu guru Matematika buat membicarakan perkara ini di kantor beliau. Nggak ingin menambah tontonan buat siswa-siswanya. Dan nggak ingin membuat Seongwoo, calon mantunya nggak nyaman sama situasi ini.
Selama ini pak kepsek nggak pernah pilih kasih dalam membantu siswa-siswanya mencapai kenyamanan dalam menerima haknya di sekolah ini. Beliau selalu bijak dalam menangani tiap masalah yang terjadi di sekolah ini.
Dan soal masalah Seongwoo, sebelum-sebelumnya dia sudah tahu semua yang menimpa Seongwoo. Tetapi beliau tahu Seongwoo bisa mengatasinya sendiri. Karena masalahnya hanya dengan sesama siswa yang lain.
Tetapi kayanya kali ini sudah keterlaluan. Mungkin beliau nggak akan tahu masalah ini kalau beliau tadi nggak sengaja lewat depan kelasnya Seongwoo dan mendengar sendiri ucapan bu guru Matematika itu tadi. Beliau memutuskan untuk mengambil peran di masalah ini, karena yang menjadi lawan Seongwoo adalah seorang guru. Yang mana sebenarnya tidak pantas, apalagi membawa permasalahan tersebut di dalam kelas.
Seongwoo senang sekaligus malu. Senang karena dibela dan dibilang calon menantu sama pak kepsek, tapi malu juga karena abisnya itu Seongwoo langsung diledekin abis-abisan sama temen-temen sekelasnya.
Huhu, Seongwoo maluuuuu! Mas Danyeeeeel....
Omg jerapah update :(
Maafkan semuanya, jerapah lg ribet ngurusin acara di kampung huehehehe jd sok sibuk deh akhirnya :( kangen bgt nulis tp tiap buka wp gaada ide samsek ._.
Akhirnya diberi wangsit sama ibu peri, dan bisa nulis selancar ini heuheue
Biarpun nggak memuaskan gini huhu maafkan yaaaaa
Semoga mengobati rindu kalian unch
Love you all!!!!❤❤❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
BACIN (Babu Cinta)
FanfictionMenjadi babu dengan sukarela, karena cinta. Begitulah seorang Kang Daniel.