ESCAPE - 1

11K 305 17
                                    

Kita semua memiliki sebuah cerita. Kita semua tidak pernah mengatakannya. Emily bagai merasakan kehampaan di tengah keramaian dunia. Tanpa tahu apa yang dirinya inginkan. Sejauh dirinya berlari dari kehidupannya di masa lalu, seakan kian membuatnya merasa lelah. Emily juga menginginkan kehidupan yang normal, layaknya orang-orang pada umumnya, merasakan yang dirasakan wanita lain.

Emily selalu memimpikan kehidupan yang bahagia bersama dengan seorang pria. Menghabiskan sisa umurnya bersama hingga ajal datang menjemput. Saling mencintai dan mampu menerima dirinya dengan masa lalunya yang kelam.

Emily tidak dapat memilih hadir di keluarga seperti apa. Ia memiliki sepasang orangtua dan seorang kakak bernama Cruz Watson. Ayahnya pernah menjadi seorang pengajar dengan prestasi yang hebat, hingga ia memutuskan untuk menghilang dari dunia akademisi, yang Emily sendiri juga tidak memahami alasan di balik itu. Yang Emily tahu, David Watson, ayahnya begitu menyayanginya. Melindunginya dari rasa sakit masa lalu.

Yang selalu menjadi pertanyaan dalam hidup Emily adalah sikap sang ibu, Mercy Watson. Ada rasa benci yang tersirat jelas pada sikapnya. Namun bagi Emily, biar bagaimanapun Mercy tetap ibunya, yang melahirkannya ke dunia. Sedangkan Cruz Watson, Emily merasa muak dan tak pernah ingin menyebut namanya lagi seumur hidupnya. Karena dia, awal kisahnya.

Dunia Emily kini hanya tenggelam dalam kesibukan. Bersukacita dalam gemerlapnya dunia modeling. Dari pargelaran satu ke pargelaran lainnya. Dari pesta ke pesta. Bertemu banyak orang. Berbenturan dengan persaingan. Yang terkadang hingga menghancurkan jalinan pertemanan. Emily tidak bisa memahami apa yang dirinya inginkan setelah kembali pulang.

Kesuksesan demi kesuksesan telah mampu ia raih meski dengan banyak pengorbanan. Emily harus menanggalkan semua yang ada di tubuhnya untuk sebuah bayaran yang layak. Ia butuh untuk hidup di tengah kejamnya kehidupan kota London yang terkenal mahal dan kopetitif. Selain semua alasan itu, ia melakukan hal itu untuk menuntaskan pendidikannya di bangku kuliah. Karena Emily berpendapat jika wanita masa kini tak dapat hanya bermodalkan paras cantik dan tubuh molek. Tapi juga otak yang cerdas.

Ketika Emily telah sampai pada titik itu. Ia merasa tetap kesepian. Ia tetap tidak mendapatkan yang bersemayam dalam hati dan dapat dirasakan bernama CINTA.

"Kau sedang ada masalah?" tanya Alec yang tiba-tiba muncul dari arah belakang, dalam sekejap mata semua lamunan dalam kepala Emily hancur berantakan.

"Tidak." Emily mengatakannya sambil memasukan semua perlengkapan miliknya ke dalam sebuah tas. Emily memperbaiki posisi duduknya sementar Alec menunjukan beberapa foto hasil pemotretan sore ini. Keduanya bersisian sampai terdengar Emily yang menghela napas panjang sebelum menghembuskannya perlahan.

"Bye semua!" pekik Jerry seraya melambaikan tangan berpamitan. Memecah keheningan antara Emily dan Alec Dorantes. Jerry menghilang di balik pintu lift yang membawanya turun. Emily hanya membalasnya dengan lambaian tangan dan seulas senyum untuk kepergian pasangan fotonya hari itu.

"Bagaimana menurutmu?" Pertanyaan yang tidak lngsung dijawah oleh Emily. Ia tampak terdiam sambil tetap menatap ke arah deretan foto yang dihasilkan Alec. Pria tampan dengan rambut blonde yang selalu tampak rapi. "Apa kau menyukainya?"

"Oh Alec," seloroh Emily sambil menoleh untuk menatap Alec yang ada di sampingnya. Keduanya bertatapan. "Aku selalu menyukai semua yang kau hasilkan bersama kameramu."

"Begitukah?" Terdengar Alec yang tak yakin sampai Emily perlu untuk mengangguk. Alec memanyunkan bibirnya seakan tak yakin dengan dirinya sendiri.

"Yakinlah pada dirimu sendiri, Brother," seloroh Emily sambil menepuk bahu Alec sebanyak dua kali dan tersenyum, meski Alec masih bergeming. "Apakah masih ada yang perlu aku lakukan?" tanya Emily yang terdengar lelah. Alec menatap Emily dengan tatapan curiga, sikap Emily ang tidak biasa usai pemotretan.

ESCAPE - E Series #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang