Surya Pradaningrat

158 1 0
                                    

Tak seperti pengelana lainnya, pengelana yang satu ini memilih namanya tak dikisahkan. “Kehidupan seseorang hanyalah untuk dirinya, begitu pula namanya”, begitu pikirnya. Perjalanannya dimulai saat ia merasa bahwa berkelanalah satu-satunya jalan agar ia mampu menentukan jalan hidupnya sendiri, dengan jalan yang ia pilih sendiri. Maka dimulailah perjalanan sang pengelana, mencoba menembus hutan yang menyesatkan semua pengelana yang telah lebih dulu memulai perjalanan mereka. Teman setia sang pengelana, peliharaan yang telah ia rawat bertahun-tahun, seekor singa jinak namun tetap tak kehilangan nalurinya, akan menemani perjalanan ini.

Sang pengelana memasuki hutan dengan perasaan was-was, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa perjalanan ini memang perlu ia lakukan. Toh, ia takkan kesepian. Singa peliharaannya akan selalu menemaninya dalam perjalanan menembus hutan ini. Hutan yang rimbun dengan pepohonan tinggi menjulang, hampir sempurna tak membiarkan sinar mentari menembus dedaunannya. Sang pengelana menghirup nafas dalam-dalam, aroma tanah lembab nan menenangkan memenuhi paru-parunya. ‘Perjalanan ini sepertinya akan lebih menarik, hutan ini tak seseram orang ceritakan. Lihat saja pepohonan ini, dengan dedaunannya yang hijau, udara segar serta sejuk. Mungkin saja cerita seram itu dibuat agar tak ada yang menjamah hutan ini”, batin sang pengelana sambil mengelus punggung singa peliharaannya.

Perjalanan mereka menembus hutan telah berlangsung cukup lama. Siang dan malam di dalam hutan yang terlihat tak berujung hampir saja membuat sang pengelana putus asa. Namun sang pengelana selalu berhasil mengatasi semua godaan dan melanjutkan perjalanannya satu hari lagi. Hingga di suatu siang, saat sang pengelana baru saja akan beristirahat, sekelompok pemburu mencoba menangkap singa peliharaannya. Pertarungan sengit yang tak seimbang pun terjadi. Seorang pengelana berbadan ringkih yang tak bersenjata melawan tiga orang pemburu profesional dengan senjata lengkap. Tujuan para pemburu itu hanya satu, menangkap singa peliharaan sang pengelana. Singa peliharaan sang pengelana pun tak tinggal diam. Ia membantu sang pengelana melawan para pemburu itu. Namun itu tak berlangsung lama. Perjalanan berhari-hari telah membuat fisik sang pengelana dan singa peliharaannya terkuras. Para pemburu dengan mudahnya mampu mengalahkan sang pengelana yang kini terbaring lemas dan penuh luka. Sang singa yang awalnya mampu merepotkan pemburu, kini hanya bisa mengaum lemah. Pemburu itu telah menguasai singa peliharaan sang pengelana sepenuhnya. Setelah memastikan sang pengelana tak mampu lagi melawan, mereka pun membawa singa itu pergi. Singa itu hanya terdiam membiarkan dirinya dibawa jauh dari sang pengelana.

Tinggallah sang pengelana terbaring sendiri dengan lukanya. Singa yang telah ia rawat, yang telah menemaninya dalam perjalanan jauh demi mencari tujuan hidupnya kini telah direbut pemburu itu. Luka-lukanya tak cukup parah, namun butuh beberapa hari agar ia mampu melanjutkan perjalanannya. Ramuan dari tumbuhan di dalam hutan sepertinya cukup membantu. Setelah merasa cukup pulih, sang pengelana kini bersiap melanjutkan perjalanan. Semuanya sama ketika ia memulai perjalanan ini, namun kali ini ia sendirian. Melewati siang yang panjang dan dinginnya malam di tengah hutan tanpa ada yang menemani. Hari demi hari berlalu, perjalanan sang pengelana masih tak kunjung usai. Kali ini sang pengelana lebih tegar. Saat tengah berpikir bahwa ia akan menyelesaikan perjalanan panjang melewati hutan nan sepi ini sendirian, sang pengelana melihat sesosok bayangan yang tiba-tiba muncul dari rimbun dedaunan hutan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Sang PengelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang