Leo kucing kesayangan Avril.
Yang sudah keluarganya anggap Leo itu ibaratkan ekornya Avril karena di manapun Avril ada Leo pasti akan mengekorinya di belakang. Tetapi itu hanya berlaku di dalam rumah saja, karena jika di luar rumah Avril akan melarang Leo untuk ikut dan seakan mengerti Leopun menurut untuk tidak ikut. Tetapi mungkin untuk sekarang tidak, karena Avril jarang ada dirumah.
Leo sudah 5 tahun menemani keluarganya Prasetyo.
Leo ada saat ulang tahunnya Avril 5 tahun yang lalu.
Tante Avril membelinya sengaja untuk hadiah ulang tahun Avril sekaligus untuk perpisahan ia bersama Avril, karena saat itu Tantenya harus pergi bersama suaminya ke Australia untuk menetap di sana.
Terkadang Avril iri dengan tantenya yang mempunyai suami bule yang kaya raya sehingga bisa mengajak Tantenya keliling dunia.
Tetapi itu hanya sesaat karena saat ini Avril hanya ingin menjadi wanita yang sukses terlebih dahulu bukan melalui pelantara melainkan karena usahanya sendiri.
“Leo.” Ucap Avril yang beranjak dari duduknya lalu meraih Leo untuk berada dipangkuannya.
Avril merebahkan Leo di atas tempat tidurnya. Dengan sayang Avril mengelus-elus bulu hitamnya yang lembut, setelah Avril merasa bahwa Leo-kucingnya itu telah tenang. Avril mulai kembali fokus pada laptopnya.
“Mampus.” Gumamnya.
Avril mendekatkan wajahnya pada layar laptop untuk bisa melihat lebih jelas karena mungkin Avril salah melihat apa yang tengah Avril lihat.
“Leo?” tanyanya pada diri sendiri. Avril mengerutkan kedua alisnya.
“Serius? Haha…” Avril tertawa kencang dengan ikut merebahkan dirinya di tempat tidur.
Berguling ke kanan dan ke kiri, “gila.” Ucapnya datar lalu kembali mendudukan diri.
Tanpa pikir panjang karena rasa cemas ia mulai mengetik dan mengirim pesan kembali pada Rafhi yang berisi, -Maaf salah kirim.
Avril membaca ulang pesan yang ia kirim.
Matanya melebar saat sadar akan apa yang ia kirim selanjutnya itu. Dan dengan lemas ia membantingkan tubuhnya ke belakang lalu menenggelamkan wajahnya pada bantal dan berteriak, “AVRIL!”
Dengan tangan yang memukul-mukul bantal Avril berkata, “Bego bego bego.”
“HUAAA..” Avril kembali terduduk, ia membetulkan rambut panjangnya yang menghalangi wajahnya.
“Keliatan banget modusnya kalo gitu, apa yang bakalan Rahfi pikir nanti.” Rengeknya Avril dengan tangan yang melilit - lilitkan telunjuk tangan pada ujung kaos yang ia pakai.
“Bodo ah. Gak peduli.” Avril memutuskan koneksi pada modemnya dan langsung me-shut down laptopnya.
Avril beranjak dari duduknya dan memutuskan untuk mandi karena hari sudah sangat sore dan jam-pun sudah menunjukan pukul 17:25.
Setelah mandi Avril mulai beres-beres, mempersiapkan apa yang harus ia bawa besok untuk bekerja.
Tak lama Avril mendengar suara ketukan pada pintu kamarnya dan ia melihat Nia yang membuka pintu tersebut, lalu ia berjalan mendekati Avril dengan senyum yang memperlihatkan deretan gigi putihnya.
“Mau apa?” Tanya Avril yang langsung pada pokok masalahnya. Karena Avril tau jika Nia sudah masuk ke kamarnya ataupun mendekatinya, pasti tidak jauh dari meminta sesuatu.
“He.. Adek boleh minjem celana training ka? Buat nanti hari jumat, adek mau camping soalnya itu acara gladi resiknya pemilihan bakal semua calon ketua untuk Ekstrakurikuler ataupun Organisasi.”
Tanpa menjawab Avril mengambil 2 celana training sekaligus dan langsung memberikannya pada Nia.
“Ka Rafhi juga ikut loh ka.” Lanjut Nia.
“Bodo.” Ucap Avril yang sok tidak peduli yang sebenarnya peduli.
Pasalnya Avril masih merasa malu dengan pesan yang ia kirimkan untuk Rafhi.
“Ya udah.” Nia membalikan badan dan mulai berjalankan menuju pintu keluar, menjauh dari Avril.
***
Rafhi yang baru selesai mandi, menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil yang melilit di lehernya. Dengan posisi terduduk di tempat tidur Rafhi dengan santai mulai membuka aplikasi Intagram yang ada di-HPnya bermaksud untuk melihat kembali foto-foto Avril yang belum sempat ia lihat semua.
Satu DM yang Rafhi lihat menjadi pusat perhatiannya. Pasalnya dari semua pesan-pesan yang Rafhi rasa tidak penting ada satu pesan yang membuat sudut bibir Rafhi terangkat. Lalu ia membuka pesan tersebut.
Detik berikutnya sebelah alis Rafhi terangkat.
“Leo?” gumamnya.
“Salah kirim?” lanjutnya.
Tarikan pada bibir Rafhi semakin terangkat. Dengan lihai jarinya menari di atas layar Hpnya untuk membalas pesannya.
“Gak salah? Ko bisa salah kirim?” balas Rafhi.
Setelah membalas pesan, Rafhi beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju pintu keluar dari kamarnya bermaksud untuk ikut makan malam yang Mamahnya sudah tawarkan sebelumnya.
Mulai besok Rafhi yakin ia akan sangat sibuk mempersiapkan ospek bakal semua calon Ketua di sekolahnya.
Karena itu Rafhi ingin malam ini ia tidak tidur terlalu malam. Karena paginya ia harus berangkat sangat pagi untuk bisa sampai sekolah, karena dua hari yang lalu ia pulang ke rumah sang Mamah.
Dan memang benar setiap harinya hampir selama 1 minggu ini Rafhi sangat sibuk bahkan ia selalu pulang sore. Saat pulang Rafhi akan langsung istirahat atau mengerjakan tugas terlebih dahulu jika sempat. Tidak ada waktu untuk memainkan Hp jika tidak terlalu penting, satu-satunya aplikasi yang ia buka di dalam Hpnya hanya Whatsapp Group dari sekolah.
Sama halnya dengan Avril yang bekerja menjadi Staff Proses pembuatan di salah satu Perusahaan Otomotif, yang saat ini sedang sibuk dengan proyek baru akan pembuatan mobil terbaru.
Saat ini Avril bertanggung jawab di salah satu merek yang paling terkenal di Indonesia.
Sehingga mengharuskan Avril untuk menambahkan ektra kerja pada jam kerjanya (lembur), bahkan mungkin itu semua akan menjadi awal kesibukannya sampai 3 bulan ke depan atau bahkan yang menjadi super sibuk itu dari 6 sampai 9 bulan ke depan karena Avril tau seluas apa perusahaan yang mempekerjakannya saat ini.
Baru saja beberapa hari yang ia lewati tetapi badannya sudah terasa remuk karena ia selalu saja menambahkan jam kerjanya sampai jam 8 malam atau 3 jam tambahan kerja, yang seharusnya jam 4:30 sore saja ia sudah pulang.
Bahkan Avril yakin hari libur sabtu-minggunya akan hilang ditelan oleh kerjaan yang mulai perlahan menumpuk sedang menunggu untuk dikerjakan. Apa lagi setiap tempat kerja –Produksi, itu mempunyai batas waktu yang tidak bisa diganggu gugat.
Dan tanpa sadar balasan dari Rafhi masih terbengkalai karena kesibukan Avril. Ia bahkan seakan lupa dengan Rafhi karena sibuk bekerja.
Keduanya sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing. sampai di mana waktu akan terus berjalan membawa takdir yang entah akan kemana.
.
.
.19 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Teen FictionIni cerita Avril. Anak pertama dari keluarga sederhananya Prasetyo. Menyukai cowo yang lebih muda 1 tahun darinya, yang masih berstatus pelajar dan bersekolah di sekolah yang sama dengan adiknya. Ini bukan cerita yang akan dapat langsung menemukan...