Two Bad • Part 4 ~ Chatting [1]

1.8K 54 2
                                    


◻️◻️◻️

Mungkin kah kamu yang akan mewarnai hari-hariku di masa depan?

◻️◻️◻️

"Sorry," ucap Fero.

Annisa menoleh ke asal suara—begitu suara berat itu menginterupsi obrolannya bersama Mayra. Ia menaikkan sebelah alisnya.

"Boleh gue gabung?"

Annisa melirik Mayra yang sedang melotot dengan mulut menganga lebar lalu kembali menoleh pada Fero dengan tatapan datarnya. Ah, iya. Dirinya mengenal baik pria ini—Fero. Dalam dunia malam ia sering bertemu dengannya, walau tak terlalu akrab. Ia memberikan senyum tipis-sangat tipis.

"Lo Fero 'kan?" jawab Annisa sambil melirik Mayra yang tambah melotot saja. Ia memusatkan perhatiannya pada Fero sambil megangguk. Fero tersenyum manis-yang menurut Annisa gak ada manis-manisnya sama sekali. Ia kembali melirik Mayra yang saat ini senyum-senyum mupeng liat cowok ganteng. Ia semakin heran dengan tingkah dua makhluk di sekitarnya ini. Fero, yang jarang tersenyum hampir seperti dirinya—menebarkan senyum terbaiknya pada orang yang hanya dikenalnya tanpa mengenalnya dengan baik. Mayra, yang tadinya melotot-melotot gak jelas jadi sumringah. Terus alasan Mayra bertingkah gak jelas itu ialah sesosok Fero yang tiba-tiba muncul. Sebaiknya ia tanyakan saja ya pemirsa!

"Kenapa lo May?"

Mayra semakin memandangi Fero secara terang-terangan. Ia menumpukan dagunya pada tangan. "Senyum lo manis."

Uhuk uhuk

Annisa tersedak ludahnya sendiri. Oh my god! Ia tau kalau Mayra itu orangnya blak-blakan, tapi tidak tentang cowok juga. Di otaknya Mayra itu isinya cuman Aldi, Aldi, Aldi, dan Aldi, tak ada satupun lelaki yang memenuhi pikirannya selain Aldi. Aldi yang sempurna. Hanya Aldi yang pintar, hanya Aldi yang tampan, hanya Aldi yang baik, hanya Aldi yang perhatian, hanya senyum Aldi yang manis, dan hanya Aldi yang Mayra inginkan. Namun, sekarang? Mayra baru saja menyebut senyum Fero manis. Apa ia tidak salah dengar?

Sedangkan Fero, ia melongo begitu duduk di kursi samping Annisa. Ia tak menghiraukan keadaan sekitar selain wajah Mayra yang berseri-seri melihatnya. Ternyata Mayra gadis frontal, tak sesuai perkiraannya. Wajah Mayra itu polos seperti bayi. Dengan mata yang sedikit sipit, bila tersenyum matanya itu tak akan terlihat ditambah lagi dengan pipinya yang ikut naik ke atas—jadi seperti terlihat tembam. Semakin menambah kesan bayi polos pada wajahnya. Gemasnya! Untuk sesaat Fero ingin mengecup atau sedikitnya mencubitnya, tapi ia cukup sadar diri bahwa dirinya bukan siapa-siapa bagi Mayra. Mungkin nanti akan Fero lakukan bila mereka berdua mempunyai hubungan—sial! Kenapa jadi kesana?

Mayra mengumpat dalam hati, kenapa lelaki yang waktu itu mengantarkannya pulang ini malah semakin tersenyum manis saja. Tanpa tahu malu ia memandang lelaki tanpa nama itu sambil bertopang dagu. Ia rela menghapus rasa malu dalam dirinya demi mendapatkan senyum semanis madu yang bikin diabetes ini. Mayra merekam baik-baik dalam pikiran bagaimana detail-detail bagian dari wajah tampan dengan senyum manisnya itu. Seumur hidup ia belum pernah melihat senyum semanis itu, bahkan Aldi saja lewat. Apakah mungkin ini tanda-tanda ia akan move on?

"Kalian kenapa?"

Mayra dan Fero memandang Annisa sesaat lalu menjawab bersamaan. "Nggak kenapa-napa."

Two BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang