4. The Slave : Her life.

15.1K 534 3
                                    

Comment for next part
Vote for next part

***

Telfon berdering. Sabella yang kala itu sedang
memoleskan riasan mengalihkan fokusnya pada ponselnya yang sedang ia charger di nakas.

Ia berdiri, lalu menjangkau nakas yang tidak jauh dari tempat ia sekarang.

Ia tesenyum simpul begitu melihat layar ponselnya menunjukkan nama suaminya. Ia buru-buru mengangkat telfon suaminya, mendekatkan ponselnya pada daun telinganya.

"Halo mas ?"

'Hai'

"kamu dimana ?"

'Aku sekarang lagi di jalan, aku harus pulang. Ada pers pagi ini.'

"Hng... ok."

'Kamu jangan dirumah terus, sekali-sekali keluar. Aku kasih kamu kartu kredit bukan untuk di jadikan pusaka, pakai itu buat belanja.'

"Iya, aku memang mau keluar."

'Jangan sekali-sekali berani ketemu laki-laki lain di tempat tertutup dan sepi.'

"Iya mas, aku gak bakalan kayak gitu. Kamu tau aku cinta sama kamu."

'Aku juga cinta sama kamu...  hati-hati, gak usah sungkan gunain kartu kreditku, kamu tau uangku gak bakalan habis semudah itu. Aku tutup telfonnya.'

"Iya mas, kamu juga hati-hati."

Adam lebih dulu memutuskan sambungan telfon. Sabella menghela nafas, lagi-lagi ia tidak bisa bertemu Adam. Sudah dua hari ia tidak bertemu dengan Adam karna aktivitas Adam yang sibuk. Sabella merindukannya.

Sudah sebulan pernikahan mereka tapi pertemuan mereka dapat dihitung satu bulan terakhir ini. Adam benar-benar sibuk. Walaupun sedang tidak sibuk pun ia harus pulang kerumahnya bertemu istri pertama dan anak-anaknya, agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Sabella maklum. Toh, dia hanya istri sirih dan simpanan Adam.

Ia menarik nafas dalam. Kembali duduk di meja riasnya dan mengambil lipstick, mengoleskannya di seluruh permukaan bibirnya.

Sabella meraih ponselnya, mengambil tasnya di nakas tempat ia menaruh ponselnya tadi. Lalu beranjak keluar kamar menuju garasi.

Di garasi tersimpan dua mobil. Mobilnya dan mobil Adam. Di sebelah kiri, terparkir mobil sedan audi berwarna putih miliknya. Sedangkan di samping kanan, mobil jeep wrangler putih milik Adam yang sengaja ia beli untuk keluar masuk rumah Sabella. Ia membeli itu hanya untuk mengenyahkan kecurigaan warga kompleks, ia bilang akan bahaya jika ia memakai mobil hitam yang biasa gunakan, warga bisa mengenalinya.

Sabella masuk ke dalam mobil, pintu garasi otomatis terbuka begitu ia menghidupkan mesin. Sinar matahari menyeruak, Sabella menyipitkan matanya.

Sabella menyalakan radio, ia membuka saluran berita. Ia ingin mendengar aktivitas suaminya pagi ini.

Keluar dari pekarangan rumahnya, radio mulai menyajikan berita-berita hangat. Mulai dari pegalangan dana besar-besaran untuk korban bencana alam hingga berita-berita korupsi para pejabat tinggi.

Ah, Mas Adam gak bakalan begitu kan ? Tanya Sabella dalam hati.

Ia melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota. Hari ini matahari sangat terik, jalanan seperti biasa— padat.

Sabella mengambil kaca mata hitam di dasboard dan memakainya. Ia melirik dirinya di kaca spion.

Wah, aku betulan kayak jalang simpanan om om kalau gini. Batinnya.

The Last Psycho's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang