Gabut Mengkabut

16 0 0
                                    

11.40

Gadis itu mengelus-elus dagunya sembari melamun.

Tiba-tiba salah satu mulut temannya melatuk, "WOI, PAK INDRA LAGI PELATIHAN!"

Tepat sasaran! seluruh teman-teman gadis itu bersorak ria, "Hore, gak kimia dulu!"

"Ayo, gi, main game bareng."

Gadis itu hanya memperhatikan sekitarnya, "Han, ikut main?"

"Ikut main apa?"

"Main santet."

"Dih, nggak."

"Main gamelah, tepak ni. Puasa-puasa kebanyakan ngelamun, jangan-jangan setan udah bersemayam dari lama."

"Lu setan." Ujar Zihan "Main duluan aja."

"Udah ah, ayo, Mel! Server mana, gece!"

"Ish, tepak juga nih lama-lama. Ditungguin juga. Yaudah main duluan aja."

Zihan melanjutkan menggambar, Gifhari dan Melati main petak umpet online dengan cara menjadi benda. Zihan memasang headset pada kedua kupingnya, menutup gema-gema suara dosa hasil perbacotan kasar antara Melati dan Ghifari.

Di sisi lain, Adina sibuk belajar matematika agar bisa masuk perguruan tinggi dengan fakultas matematika dan fasilitas yang terbaik, itu semua terjadi atas rasa trauma yang ia hadapi saat SMA, Sekolah Mendadak Ada Aturan. Harusnya sekolahnya bukan SMA, tapi SMAA. Selain pakai banyak huruf 'A', sekolahnya jadi bisa disebut dengan ngegas berurat.

Sial, author salah tangkap. Adina sedang memandangi pria-pria Korea favoritnya. Merupakan hiburan Adina dalam menghadapi SMAA, Sekolah Mendadak Ada Aturan.

Sementara di kutub utara kelas yang amat dingin, cowok-cowok IPA XI D SMAA sibuk nge-ML, nge-Mobile Legends maksudnya. Kata pak Zulkifli, puasa-puasa tidak boleh memikirkan yang jorok-jorok. Contohnya, ingus yang keluar dari pengurus sekolah dan softex yang direbus anak-anak punk street pinggir rel kereta api.

Zihan mencolek Melati, "Mel, sholat Dzuhur yuk."

"Ntar dulu, gua lagi jadi kentang goreng."

"Lu dimane si, Mel."

"Itu Gi, gua balik ke markas pencari, tapi gak ada yang sadar."

Ghifari dan Zihan geleng-geleng,  Zihan turun kebawah, sementara Ghifari tetap main petak umpet jadi ayam bakar.

"Ihihihi, tinggal gua ya, Mel."

"Lu dimana, Ghi?"

"Tebak aja."

"Itu ya, Ghi?" Tiba-tiba pencari sadar kalau seharusnya gak ada ayam bakar yang di atas tempat tidur. "Ahahhaha mampus."

Wajah Ghifari menjadi masam, "AH, UDAH DETIK TERAKHIR PADAHAL! Udah ah, gua mau sholat."

Tiba-tiba, Izrail datang menawarkan permainan.

Eh bukan, ini bukan malaikat Izrail. Nama manusianya memang Izrail. "Habis ini, main bung-kata, yuk."

"Bung-kata? apaan tuh?" Ujar Ghifari sebelum turun.

"Sambung kata, yang kalah harus terima Truth or Dare."

"Oke."

***

Waktu istirahat selesai, walaupun nyatanya Ghifari, Zihan dan Melati ataupun Adina yang jago matematika gak melakukan kegiatan apapun selain kesenangan semata. Izrail sudah menunggu mereka untuk naik, maksudnya naik ke kelas. Ini manusia bukan malaikat.

"Dari siapa dulu?"

"Hompimpa, aja, mending."

Mereka membalik-balikkan tangan berulang-ulang kali dan Halim yang mendapatkan giliran pertama.

"Gunting..-"

"..-tinggal..."

"-gali.."

"..-pinggang.."

"...-ganggu.."

"...-gulung.."

"Lung?" Ujar Ghifari "Lung apaan dah?"

"Truth or Dare, Ghi."

"AH ELAH. TRUTH."

"Zihan, ini soal yang udah dikerjain, tolong satuin soal lo kesini ya."

Seketika Rima memotong percakapan mereka semua, Zihan mengerjakan tugasnya, sementara ia tidak bisa sepenuhnya mendengar pernyataan yang dilontarkan teman-temannya kepada Ghifari.

"..Z" Ujar Ghifari memberikan Inisial.

Hah, apaan tuh Z.

Zihan memutar badan, "Apaan tuh Z?"

"Pacarnya Ghifari." Ujar Izrail.

Pa..car?

Lo-Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang