18. Food Coma

3.9K 604 17
                                    

"Lo kok gak bilang mau kasih materi?"

"Biar surprise. Telat ya lo datengnya."

"Ya maap, gue kira kan jam 10 kuliah tamunya."

Kuliah tamu udah selesai, materi-materi yang gue dapatkan dari sesi kuliah tamu ini lumayan banyak. Ilmu-ilmunya sangat bermanfaat.

Doyoung memberikan banyak materi, termasuk bagaimana seharusnya presenter bersikap kalau di depan kamera. Seorang presenter itu gak boleh mengalihkan pandangannya dari kamera, kecuali kalau lagi ngobrol sama narasumber. Ya masa bayangin aja presenternya lagi nanya informasi ke narasumber tapi matanya tetep fokus ke kamera. Narasumbernya dimana, mata kemana. Lucu aja ngebayanginnya.

Gue juga baru tau, kalau senjata seorang presenter itu mikrofon yang suka mereka pegang. Jangan sampai mikrofonnya diambil alih sama narasumber, karena yang mengendalikan arahnya saat wawancara adalah presenter itu sendiri. Kalau mikrofonnya sampai diambil, nanti bisa kacau jalan wawancaranya.

"Sieee!" Gue kenal banget suaranya. Ternyata Yuta. Ngapain dia manggil-manggil gue?

"Kenapa?" Tanya gue ke Yuta yang baru hadir diantara gue dan Doyoung.

"Diplomasi tuh UASnya paper ya?"

"Iya, kenapa emang? Kok lo baru tau?"

"Gue kan gak masuk waktu kelas."

Gue lupa banget kalau gue sekelas sama Yuta di kelas diplomasi. Pantes kayak ada yang beda kemarin tuh, kayak kurang hidup. Karena biasanya Yuta yang suka meramaikan kelas. Entah karena dia suka ngelucu dan jadi bahan sasaran dosen, atau karena dia rajin banget ngejawab pertanyaan dosen.

"Loh? Terus gimana? Lo udah dapet kelompok?"

"Belum, udah pada berempat semua. Ada yang masih 3 orang, tapi mereka tuh kayak gak mau gue gabung gitu. Kalau gue gabung sama kelompok lo boleh gak? Eh btw lo sekelompok sama siapa aja?"

"Gue bertiga sama Dahyun sama Dejun. Kalau lo mau masuk ya boleh. Nanti gue yang bilang ke mereka berdua."

"Seriusan?"

"Serius tapi kerja kelompok besok lo yang bawa makanan ya." Gue niatnya disini cuma bercanda aja, tapi kalu Yuta menganggapnya serius, ya untung dong. Lumayan kan makanan gratis. Gue suka yang berbau-bau gratis.

"Siap itu! Btw, kalian udah selesai ngerjainnya?"

"Kalau gue sih udah dapet datanya, gak tau kalau Dahyun sama Dejun gimana. Nanti gue invite ke multichat deh ya."

"Oke sip! Thanks ya!" Lalu kita berdua high five sebelum dia pergi ke meja panitia kuliah tamu ini.

"Siapa tuh?" Gue lupa kalau Doyoung sedari tadi masih ada disebelah gue, mohon maaf Kim Doyoung, gue lupa lo disini. Kirain udah pergi. Hehe.

"Yuta, temen kelas gue."

"Oooh." Sambil menganggukan kepalanya.
"Lo habis ini kemana?"

"Rencana sih mau makan terus balik, habis males banget diem di kampus."

"Bawa kendaraan gak lo?"

"Bawa, telat gue tadi. Jadi naik bus gak akan keburu kayaknya– eh bentar gue mau nelfon Dahyun dulu. Dimana ya itu anak satu?" Kalimat terakhir yang gue ucapkan itu buat gue, bukan buat Doyoung.

Gue langsung mengambil handphone yang daritadi gue taruh di dalam tas. Dengan cepat gue menuju ke kontak dan membuat panggilan ke Dahyun. Saat itu juga, dia mengangkat telfon gue.

"Dimana?" Kata gue tanpa basa-basi.

"Depan kampus. Lo dimana? Gue tungguin daritadi."

"Gue masih depan auditorium. Gue nyari lo juga gak nemu tadi. Terus lo mau kemana?"

Adoring Doyoung | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang