«LIMA PULUH EMPAT»

4.2K 223 6
                                    

Entah kenapa rasanya malam ini Fara sangat gelisah. Sepertinya ada yang harus ia selesaikan dengan Arga, sebelum akhirnya ia pergi.

Dari tadi Fara terus saja berjalan bolak-balik di kamarnya sambil memegang handphonenya. "Telfon jangan, telfon jangan?"

Setelah sekian lama berpikir, Fara akhirnya memutuskan untuk menelfon Arga saja.

Tut..tut..

Panggilan itu tersambung, namun Arga tak kunjung mengangkatnya.

Seharian tadi, Arga mencueki Aqila. Rasanya kasihan gitu melihat Aqila yang sudah beberapa kali menelfonnya. Niatnya Arga sih mau ngasih kejutan, karena hari ini adalah hari dimana mereka anniversary yang ke 1 tahun

Kalau saja Aqila sedikit lebih peka, Arga tidak akan mencuekinya terlalu lama. Saat ini Arga baru selesai mandi dan bersiap-siap untuk segera pergi ke rumah Aqila.

Drtt..drt..

Dilihatnya handphone yang tersimpan di atas nakas bergetar. Arga kira itu adalah panggilan dari Aqila, makanya ia membiarkannya saja. Tetapi setelah dilihat, ternyata itu panggilan dari Fara. Lantas Arga mengernyitkan keningnya heran, tumben Fara menelfonnya setelah sekian lama.

"Fara? Ngapain dia nelfon?"

Karena penasaran, ya sudah Arga pun mengangkat panggilan itu.

"Halo Far. Ada perlu apa ya malem-malem telfon gue?"

Terdengar Fara yang gugup di balik layar canggih itu. "Eh. Anu, sekarang lo sibuk gak?" Fara menggigit jarinya gugup, ah ia tak tahu kenapa bisa segugup ini berbicara dengan Arga meski hanya lewat handphone.

"Enggak kok, gue lagi siap-siap mau ke rumah Aqila. Mau apa emangnya?"

"Gue rasa ada yang perlu gue omongin sama lo Ar, lo bisa kan ketemu sama gue?" setelah mengucapkan itu dengan ragu, Fara semakin menggigit jarinya saja menunggu keputusan Arga.

Arga menjauhkan sejenak handphonenya dan mulai berpikir. Ngomongin apa ya?

Arga pun membuat keputusan untuk menyetujuinya dan setelah itu baru pergi ke rumahnya Aqila, rupanya ia merindukan kekasihnya itu. "Bisa kok, dimana?"

"Di taman komplek aja Ar. Sekalian lewat."

"Oke." hanya satu kata balasan dan Arga pun mematikan panggilan itu.

Mendengar persetujuan dari Arga, dengan segera Fara meraih jaketnya dan pergi keluar.

"Far, lo mau kemana?" tanya Aqila ketika membuka pintu kamarnya mendapati Fara yang keluar dari pintu utama, namun Fara tidak menghiraukannya.

"Maen pergi aja, padahal gue mau nitip beliin pencuci muka kalo Fara mau keluar. Terpaksa deh, gue harus beli sendiri," gumam Aqila seraya mengedikkan bahunya dan pergi ke dalam kamarnya lagi untuk mengambil jaket.

Malam-malam begini, pencuci mukanya malah habis huft. Padahal Aqila sedang malas keluar, hari ini suasana hatinya sungguh sedang tidak baik-baik saja karena perlakuan Arga yang mencuekinya tiba-tiba. Dengan terpaksa, ia harus pergi ke minimarket.

......

Sambil menunggu Arga datang, Fara duduk di bangku taman ditemani dinginnya angin malam, untung saja ia memakai jaket, kalau tidak bisa-bisa dirinya nanti mati kedinginan. Tetapi tidak terlalu dingin jika dibandingkan dengan hujan salju.

Fara memasangkan earphone pada kedua telinganya seraya bersenandung pelan mengikuti lirik lagu yang ia dengarkan.

Tak lama kemudian, Arga pun akhirnya datang dan terlebih dahulu memarkirkan motornya tak jauh dari keberadaan Fara.

My Stupid BadBoy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang