Chapter 03

323 21 6
                                    

Hari yang begitu menenangkan, saking tenangnya membuatku hatiku tentram, sudah lama sejak aku masuk SMA, aku belum meraskan ketentraman ini.

Selalu saja ada yang membuatku merasa kerepotan, seperti tugas sekolah, tugas piket dan tugas wakil ketua kelas, oh ada lagi yang paling aku tidak suka yaitu saat Mila mengajakku ikut organisasi sekolah atau osis, saat itu juga aku langsung menolak.

Semua itu sangat merepotkan, kadang karena saking banyaknya tugas aku hampir seharian berada di sekolah, dan semua itu kadang tidak ada manfaatnya, contohnya rapat ketua dan wakil ketua kelas bersama osis, entah apa yang di bahas, itu karena kebanyakan hanya membicarakan hal yang tidak penting dan hanya buang – buang waktu.

Terdengar suara bel tanda jam istirahat telah usai, saatnya masuk kembali kekelas, aku lantas berdiri dari posisi berbaringku, sedikit merenggangkan badan, aku menoleh melihat Yaimui yang malah sedang asik dengan bekal makan siangnya.

"Ini sudah jam masuk loh." Kataku menegurnya.

"Tidak perlu terlalu peduli denganku, di sini aku sudah di jamin oleh kepala sekolah." Katanya sedikit sombong.

Tapi tunggu, di jamin oleh kepala sekolah? Aku ingat kalau kepala sekolah di sini adalah, ah benar juga, dia adalah adik dari Frez, Ibu Luciana kepala sekolah kami yang ternyata mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Frez, tapi.

Aku mengerutkan dahi berfikir kalau ada sesuatu yang aneh dan janggal, kalau tidak salah dia mengatakan sesuatu yang aneh saat bersama Frez.

Karena tidak ada waktu lagi aku berjalan santai masuk kembali ke gedung sekolah meninggalkan Yaimui yang masih asik dengan makan siangya. Aku punya satu penjelasan kalau dia sudah di jamin nilainya akan bagus walaupun bolos pelajaran, itu karena Frez dan Ibu kepala sekolah.

Sampailah aku di depan pintu masuk kelas, saat aku buka semua teman sekelasku masih seperti saat istirahat, masih ramai dan belum ada guru yang masuk.

Aku lantas berjalan melewati keramain menuju mejaku, duduk di kursi lalu menopang dagu dengan tangan kanan, kali ini aku tidak ingin memikirkan hal yang membingungkan, maka dari itu aku hanya memperhatikan sekelilingku dengan tatapan datar.

Ramai dan berisik, itulah yang bisa aku lihat dan dengar, hanya dengan 26 siswa, satu kelas yang cukup luas ini sudah terasa seperti pasar di tengah kota, bedanya ini bukan tentang jual beli melainkan hanya mengobrol.

Entah apa yang mereka bahas aku tidak bisa mengetahuinya, semua suara tercampur menjadi satu seperti suara hujan deras yang mengenai genting seng, bahkan suara hujan lebih baik di dengar dari pada ini.

Aku menoleh melihat jam dinding, sudah lebih dari 30 menit guru yang mengajar pada jam ini tidak datang, kalau menurut Undang – Undang Kelas atau di singkat UUK, jika guru terlambat lebih dari 30 menit, itu berarti kosong, dan sekarang sudah lebih dari itu.

Ngomong – ngomong aku juga belum melihat Azalia hari ini, bukan bermaksud apa – apa, tapi ada sesuatu yang ingin aku tanyakan, seputar keberadaan Yaimui yang mengejutkan.

Saat aku sedang memperhatikan sekitar, datang dari arah pintu masuk kelas, 4 orang siswa laki – laki dari kelas lain, aku sempat meliriknya, dan salah satunya aku tahu, dia adalah siswa kelas 2 yang pernah menembak Azalia, tepatnya pertama kali aku melihat Azalia.

"Sepertinya ini akan merepotkan." Gumamku menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Nah itu dia, ayo!" Seru salah satu dari mereka menunjuk ke arahku.

"Cih."

Dengan kompak mereka berempat berjalan menghampiri mejaku lalu mengepungku layaknya seekor kucing, aku sudah tahu persis apa tujuan mereka datang dan menghampiriku seperti ini, lagi – lagi masalah Azalia.

Magic Love Story : Lost Legendary Weapon Vol 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang