8

411 28 4
                                    

“gue.. anak haram”

Jantung Alice terasa jatuh dari tempatnya. Wajah Kevin pun berubah menjadi sangat sedih.

“bokap udah punya istri yang lagi hamil Stive, tapi dia selingkuh sama nyokap gue dan nyokap gue hamil. Stive lahir Cuma beda beberapa hari dan gue juga lahir setelahnya. keluarga istrinya marah dan gue sama nyokap gue diperlakuin gk adil, bahkan sejak pertama kali gue ada di dunia ini. gue tau itu salah bokap sama nyokap gue, makanya gue ikhlas disuruh pergi dan gk diakuin. Gk ada yang tau kalo gue sebenernya anak dari bokapnya Stive. Selama ini gue nyamar biar gk diketahui siapa pun, karna gue Cuma bukti dari aib keluarga yang harus dimusnahin. Gue sadar itu.”

Kevin menarik napas dalam dan membuangnya perlahan. Dadanya sesak mengingat segala kepedihan yang ia rasakan selama ini.

“bahkan bagi mereka, gue gk berhak untuk lahir di dunia ini. kelahiran gue... gk diinginkan. Bokap masih ngebiayain gue sama mama sampe sekarang, walaupun gue benci tapi gue gk ada pilihan lain selain nerima semua yang mereka perlakuin sama gue. gue benci mereka semua. Gue juga benci sama nyokap gue yang selalu ngebela lelaki brengsek yang udah ancurin hidup dia sendiri. Bahkan tadi, Stive udah berani nyakitin mama gue. gue gk akan maafin itu, gue bakal bales-”

Rahang Kevin mengeras menahan amarah. Sampai ia tertegun saat sebuah tangan mengusap pundaknya. Alice tersenyum pada Kevin.

“nggak papa. Lo udah berusaha keras selama ini. lo bisa istirahat sebentar. Lo udah cukup lelah sama semua beban yang ada di pundak lo. It’s oke Vin”

Air mata Kevin jatuh. Ia lelah, muak dan ingin melepas semua bebannya. Akhirnya ada yang mengerti perasaannya. Hanya Alice yang bisa menenangkannya saat ini.

Kevin menyandarkan kepalanya di bahu Alice. Cewek itu mematung beberapa saat, mengerjapkan matanya agar kembali tersadar.
Perlakuan Kevin yang tiba-tiba ini membuatnya menjadi blank. Ia berusaha keras mengontrol degub jantungnya, bahaya kalau Kevin mendengar.

Sekitar 15 menit mereka dengan posisi itu, Kevin menarik kembali tubuhnya, sedikit memberi jarak di antara mereka.

“makasih udah jadi pendengar cerita gue”

“sama-sama” Alice tersenyum.
Kevin menatap Alice sebentar “lo pacaran sama Stive?”.

“apa?”

“gue yakin lo denger apa yang gue omongin barusan”

“g-gue...” Alice tak berani menatap Kevin. Jika ia bilang ‘tidak’ apa Stive akan benar-benar membongkar rahasianya? Tapi jika Alice bilang ‘iya’ ia tidak akan rela mengatakan kebohongan itu.

“gue... pulang dulu ya” Alice bergegas berdiri dan  menuju sepedanya.

“gue anter pulang ya”

“gk, gk usah. Gue bisa sendiri, lagian gue juga bawa sepeda kok”

“yaudah.”

Alice menaiki sepedanya dan meninggalkan Kevin lebih dulu. Diam-diam Kevin mengikuti Alice, hanya untuk memastikan cewek itu pulang dengan selamat.
Dan detik itu pula, Kevin sadar akan perasaannya.

***

Disekolah pukul 07.25
Sekolah kembali riuh. Hari ini Alice kembali melakukan pekerjaannya. Hendri, si target itu tidak kelihatan batang hidungnya. Mungkin ia sudah tahu hari ini adalah hari yang buruk untuknya, ia tak mau melihat wajahnya terpampang di papan pengumuman.

Foto Hendri yang sedang merokok serta bertransaksi barang haram di sekolah tertempel di papan pengumuman. Seluruh murid sekolah bergantian datang untuk melihat. Alice, orang yang ada di balik semua kekacauan ini hanya diam menatap semua dari jauh. Entah kenapa kali ini ia merasa bersalah. Padahal ia hanya menyampaikan sebuah kebenaran?

Shttt... I'm a NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang