00

47 11 4
                                    

Cast :
🍁Brisia Jodie
🍁 Devano Danendra

Selamat menghalu ria 💏
🍁🍁

"Mrs. Brisia Jodie."

"Thankyou." Sebuah senyuman terulas dalam bingkai wajah gadis itu. Ia menyeret koper meninggalkan hiruk pikuk bandara. Sebuah taksi telah menyambutnya bak seorang artis. Di dalam taksi dirinya tersenyum lega, ini pasti jalan yang benar.

🍁

"Hello, dengan Brisia di sini."

"Hello... Hello,  pala lo!" Brisia terkekeh mendengarnya.

"Ada apa sih,  Ul?"

"Lo ngapain sih ke London segala, terus job lo gimana?"

"Udah ambil aja, untuk Aulia tersayang."

"Ihh, gak tahu bete."
Tut

Panggilan dimatikan sepihak,  Brisia terkekeh kembali alih-alih marah. Paling tidak karena Aulia ia bisa menghilangkan keresahannya sementara. Sore hari ini gadis itu berniat jalan-jalan di sekitar hotelnya. Saat di dalam perjalanan, ponselnya bergetar.

Bunda is calling...

Gadis itu menimbang ingin menolak atau menjawab.

"Maaf, Bun." Brisia memutuskan menutup teleponnya dan mematikan daya. Agar tak ada yang bisa menganggunya sementara waktu.

"Ice cream," lirihnya. Ia berjalan mendekati kerumunan yang saling berdesakan. Brisia menunggu dengan memberi jarak, malas jika harus terlempar ke sana-sini.

Tak lama gerobaknya sudah mulai mereda, dengan antusias gadis itu mendekati counternya.

"Sorry, Nona. Kami sudah kehabisan."

"Buat lagi deh, Pak," rengeknya. Ia berjanji akan membayar dua kali lipat. Tapi memang tidak ada bahan lagi, terpaksa ia tidak bisa membelinya hari ini. Memang di dunia ini tidak ada yang selalu bisa dibeli dengan uang, kan?

Brisia duduk di bangku taman dengan wajah yang tertekuk kesal. Dirinya tersentak kaget saat benda dingin menyentuh pipinya. Ia mendongak mencari sumber pengganggu.

"Ini untuk kamu." Brisia menunjuk dirinya heran.

"Iya, untuk kamu." Gadis itu diam tak merespon. Dia harus waspada dengan orang asing ini.

"Tenang, tidak ada racun kok. Saya tadi melihat kamu sangat menginginkan ice cream ini. Kebetulan saya membeli dua untuk adik. Nih, buat kamu aja," jelasnya seakan mengerti pikiran gadis itu.

Brisia ragu mengambil ice cream yang menggoda itu, tapi jika dianggurin, kan sayang. Dengan berat hati dan antusias ia mengambil ice cream itu dan memakannya.

"Terima kasih," ucapnya  sambil menghabiskan ice cream-nya.

"Devano."
Brisia melongkok heran, ia tidak bertanya nama. Apa lelaki itu perlu pergi ke THT?

"Nama kamu siapa?"

"Brisia," jawabnya cuek, cukup hanya sebagai balas budi.

"Salam kenal Brisia," sapa lelaki itu ceria.

Gadis itu hanya berdehem.
"Eh, mau ke mana?" tanya Devano saat melihat Brisia beranjak.

"Pulang."

"Ohh." Lelaki itu menggaruk kepalanya, tak tahu ingin bicara apa. Brisia yang terlalu lelah untuk meladeni lelaki itu, segera berbalik badan dan bersiap pergi.

MAGIC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang