Perihal Masa Depan

11.1K 837 6
                                    

Karena kejadian terjadi selalu diwaktu yang tepat

Baik perihal ada yang hampir kehilangan sesuatu, lalu ada yang hampir jenuh menunggu 

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27


"Jadi kamu mau pilih kampus mana?" Tanya Aina kepada ku.

Aku diam memikirkan jawaban untuk Aina. Kampus yah? Dulu ada tujuan selepas SMA akan lanjut kemana. Namun entahlah aku juga tidak tau mengapa justru sekarang impian ku itu seakan angan-angan saja.

"Kamu lihat sendiri kan di mading tadi, ternyata jurusan perkuliahan itu banyak banget. Kayak disuguhkan cowok ganteng, buat labil aja. Semua jurusan bagus" lagi Aina berbicara.

Kami baru saja masuk sebagai salah satu daftar siswa yang mengerumuni mading. Jadwal ujian semakin dekat membuat pihak kampus berlomba-lomba memamerkan kampus mereka. Seandainya aku merasa tetap optimis dengan tujuan ku selepas SMA, mungkin dapat aku jawab dengan segera kampus mana yang akan aku pilih kepada Aina.

"Rey, kenapa sih? Ngelamun terus" tepukan pada bahu membuat aku tersentak kembali ke alam nyata.

Ah, kebiasaan ku, bukan melambung aku sedang berpikir.

"Ngak-ngak. Lagi mikir mau lanjut di mana" padahal bukan itu yang aku pikirkan.

Aina tersenyum "bawa santai aja, Rey. Tapi pasti kamu punya halusinasi mau kemana gitu"

"Enak aja halusinasi" aku mendelik kepada Aina "kalau sekedar halusinasi artinya cuman angan-angan semata dong yang ngak kesampaian. Pasti mau nya aku lulus di kampus yang diharapkan, ngak sekedar impian aja"

Aina tertawa singkat "halusinasi kamu itu mujarab. Eh, ngak deh. Yang ngak kamu bayangin aja kesampaian apa lagi yang dibayangin yah" aku menatap Aina serius "kamu mau tau?" Tanya nya yang aku respon dengan anggukan.

"Kamu ngak bayangin jodoh dengan Raka, eh malah jodoh. Yang lain sibuk cari tangga buat gapai, eh kamu malah buah nya yang jatuh ke kamu. Ajaib banget sih" tawa gadis di samping ku ini semakin besar.

Ya juga sih, ini yang membuat aku ragu ke Raka. Dari sekian banyak perempuan masyaAllah yang mengejar nya kenapa justru dia menandatangani buku nikah dengan aku?.

"Kan bengong lagi" dua kali tepukan pada bahu ku Aina layangkan "tapi serius, kamu ngak punya minat gimana gitu mau kemana"

"Punya" jawab ku singkat. "Tapi mau ngomong dulu sama Raka"

Ini yang aku pikirkan sejak tadi. Jika dulu aku punya keinginan langsung bilang kepada Ayah dan Bunda mereka pasti langsung izinin. Kalau Raka, aku sedikit ragu mengenai masalah kuliah dia akan memberi izin. Bagaimana pun, sekarang Raka pemegang keputusan.

Kemarin ingin pulang naik angkot tanpa mengabari nya saja Raka semarah itu. Mungkin jika kaki ku tidak sakit, sampai detik ini ia akan marah. Apalagi soal kuliah dan impian ku jika aku langsung memutuskan tanpa Raka ketahui bisa mengamuk mungkin dia. Diam-diam marah nya seorang Raka ternyata seram juga.

"Yang punya pasangan gini nih, serasa hidup ngak komplit tanpa berdiskusi dulu"

Kini justru aku yang tertawa mendengar ucapan Aina. "Bagas ngak mau kamu jadiin pasangan?" Tanya ku yang mengundang tatapan horor Aina.

Gadis itu, padahal dulu dia yang mengatakan kalau jodoh nya aku dan Raka karena membenci Raka keterlaluan. Dia tidak sadar mungkin, bahwa bisa saja kasus ku akan terulang, ketika Aina membenci Bagas justru ketemu dalam pelaminan yang sama sebagi pengantin. Saat itu, aku jamin seorang Reyna akan tertawa puas.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang