Vodka Two Shots On The Rocks

11.2K 753 20
                                    

Steve Aoki ft. Louis Tomlinson - Just Hold On.

Pisau itu terus memaksa darah keluar dari tubuh seorang pria yang kini sudah tewas akibat dua tembakan tepat di kepalanya.

Tangan-tangan mungil nan putih seseorang bertopeng itu terus mengayun menusuk-nusuk tubuh pria itu hingga satu persatu organnya terlihat akibat sayatan.

"Kenapa kau selalu melukaiku." Ia menggumam dibalik topengnya.

"Maafkan aku mengirimkanmu lebih cepat ke neraka."

Orang itu bangkit dan berdiri disamping jasad mengenaskan pria itu. Dia merogoh sesuatu dari sakunya, "Bereskan dia."

Dia menghubungi seseorang dan beberapa menit kemudian, sebuah sedan hitam datang dan keluarlah dua orang pria berjas. "Anda selalu kejam, nona. Biar kami yang membereskan bajingan ini." Ucap salah seorang diantara mereka.

"Hm, dia berani menyakitiku. Entahlah, padahal aku juga tidak mencintainya. Tapi kurasa itu setimpal untuk sifatnya yang bangsat itu." Seseorang yang dipanggil nona tadi pergi. Ia memanjat sebuah tiang di samping bangunan dan berlarian di atas gedung-gedung kota. Jubah hitamnya berkibar bertabrakan dengan angin malam di kota Seoul ini.

Dua orang pria tadi memasukkan jasad itu ke dalam kantung dan menaruhnya di bagasi. Mereka sudah lama bekerja untuk keluarga ini. Jangan ragukan kesetiaan mereka. Walau sang Boss pertama mereka sudah tiada tapi mereka masih setia menjaga anak dari boss mereka.

"Anak itu, sangat menuruni sifat ayah dan ibunya." Seorang pria berkata sambil tersenyum. Ia menggeleng mengingat mendiang kedua orang tua yang juga sama persis dengan orang yang menyiksa jasad didalam bagasi mereka saat ini.

* * *

"Apa kau yakin dengan keputusanmu itu Rose?!" Seorang gadis bertanya pada Rose dengan sedikit berteriak.

Kebisingan musik menghiasi seluruh area tempat ini. Ya, ini adalah club malam.

"Ya! Aku sudah yakin. Aku akan perlahan menutup bisnis ini." Ucap Rose dengan sedikit teriakan juga.

"Dan meninggalkan dunia malam ini?!" Seseorang tadi sedikit terkejut mendengar keputusan sohibnya.

"Iya begitulah.. aku sudah membuat keputusanku. Berat memang. Tapi apa bedanya dengan ide sebuah kedai coffee? Lagipula aku masih punya bartender dan barista hebat sepertimu. Iya kan?" Yang diajak bicara hanya tersenyum dan terkekeh kecil.

"Tentu saja, aku akan selalu bersamamu."

"Kalau begitu aku akan ke atas." Ucap Rose hendak bangkit dari kursinya.

"Kenapa buru-buru?" Tanya sang bartender.

"Aku ingin mengurus promosi kedai nanti."

Bartender itu tertawa kecil, "terdengar aneh saat biasanya kau menyebut tempat ini sebagai Night Club dan sekarang sampai esok berganti menjadi Kedai. Haha."

"Aish persetan lah kau haha.." Rose meninggalkan meja bartender itu dan naik ke lantai dua. Dimana ruangannya berada.

Rose ini adalah pemilik sebuah Night Club terkenal di tengah keramaian kota Seoul. Banyak pengunjung yang datang kesini dan sudah menjadi langganannya.

Namun akhir-akhir ini Rose berfikiran untuk menutup Night Clubnya dan diganti dengan sebuah kedai coffee berkualitas kafe.

Kenapa? Ia berfikir setelah pertemuannya dengan seseorang di jalan seminggu yang lalu. Orang itu menyelamatkannya dari 7 orang pria mabuk yang ingin memperkosanya.

"Alkohol, sangat tidak baik bagi akal sehat manusia."

Itu adalah kata-kata orang bertopeng yang menyelamatkannya. Rose tahu dia itu siapa, namun dia sangat terkejut kenapa seorang Death Night menyelamatkannya dari bahaya? Yang ia tahu, The Death Night akan membunuh seseorang yang jelas bersalah dengan keji. Namun tidak jarang, mereka membunuh hanya untuk kesenangan pribadi mereka.

Kim SistersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang