rose.

564 80 33
                                    

disclaimer: tidak ada keuntungan finansial yang diambil dari pembuatan karya ini, yang dibuat untuk kepentingan hiburan semata.

.

.

.

.

.

it's her and her fairytale every night; stories told in mumbles under the blanket, whispers under the dim light, they are sprinkles on top of daily life that sparkle to decorate his dreams.

it's her.

it's always been her.

.

Rasa hangat menjalari tangan Chanyeol, dan ia yakin itu bukan cuma karena kopi yang dibelinya.

Di layar yang berada di balik kaca toko yang besar itu, ia melihat video klip dirinya dan teman-temannya sedang diputar. Lagu hits beberapa tahun yang lalu, yang mungkin jika ia disuruh menarikannya lagi sekarang, ia akan terbata-bata di beberapa bagian. Perlahan senyumannya tersungging; sadar bahwa karya lama masih tetap diapresiasi, karya itu melekat di benak orang-orang dan masih disukai, masih dihargai bahkan di tempat yang sangat jauh di sini.

Ia berlalu dari toko tersebut sebelum lagu itu selesai. Ia menekan topinya, menyembunyikan wajahnya dalam bayang-bayang, lalu berjalan lagi sambil menyeruput kopi. Di tangannya, ada tas kain berisi bahan-bahan masakan dan sebotol plastik sirup kesukaan Wendy. Ia menyeberang tanpa terganggu, keramaian yang berlalu di sekitarnya tak terlalu peduli pada dirinya.

Chanyeol menghargai ketenangan ini. Sebuah privasi yang dahulu sangat dicari-cari.

Namun, pelan-pelan, benaknya dirayapi rasa rindu pada kehidupan lama.

. . .

Wendy menatap langit-langit kamar mereka seperti sedang mengagumi angkasa. Separuh wajahnya tenggelam oleh selimut, matanya mengerjap jenaka.

"... Dan Peter Pan mematikan lilin tidur Wendy. Mereka akan bertemu lagi di dalam mimpi."

Belakangan Wendy sedang senang dengan Peter Pan. Dia membuat-buat kisah ala dirinya sendiri tentang Peter Pan, Wendy, Tinker Bell, dan Neverland. Berkhayal bahwa ia bisa membuat dunia baru untuk mereka. Chanyeol senang mendengarkannya, cerita-cerita itu seperti membawanya ke sebuah negeri yang sunyi, tenang, dan aman, sebagai penutup rutinitas yang cukup melelahkan (terkadang membosankan). Suara Wendy indah dalam menyanyi, lebih indah lagi ketika mendongeng. Dengan fakta bahwa hanya dirinyalah yang bisa mendengar Wendy seperti ini setiap hari, membuatnya tak pernah bosan.

Chanyeol menoleh, dan ia tahu Wendy sedang tersenyum.

"Wendy bermimpi tentang masa kecil. Teman-teman lamanya, anjing milik tetangganya yang berekor pendek, Peter Pan menjadi salah satu sahabatnya di mimpi itu. Ia cukup rindu masa lalu."

Chanyeol kembali memandang langit-langit yang temaram, kamar mereka hanya diterangi lampu tidur bercahaya kuning yang sangat redup. Ia seperti melihat lampu panggung di atas sana, kerlap-kerlipnya, dan cahaya itu bergerak-gerak.

Ketika ia tersadar kembali, mata Wendy telah terpejam.

Chanyeol berganti posisi menghadap perempuan itu, menggenggam salah satu tangannya sebelum memejamkan mata.

. . .

Chanyeol begitu senang berbelanja di toko-toko barang sehari-hari yang berbeda, bahkan yang jauh sekali pun dari apartemen mereka berdua. Ia senang berkeliling, senang mengenali Toronto hingga ke bagian tersudut. Ia mulai hafal bagian-bagian yang menurutnya unik dan khas; seperti di mana tukang cukur rambut paruh baya yang hobi bercerita tentang perburuan ikan di sekitar pemukiman Inuit, di mana toko serbaada yang menyediakan kopi gratis bagi tunawisma pada setiap hari Kamis, toko mawar terbaik, dan toko mana saja yang sering memutar lagu tahun 70an.

fairy taleWhere stories live. Discover now