Bergulat Dengan Waktu

103 8 15
                                    

Pukul setengah lima pagi aku terbangun, aku menuju kamar mandi untuk mencuci muka, mengambil air wudhu dan bersiap melaksanakan sholat subuh, jam wekerku berbunyi tepat saat adzan subuh berkumandang, aku heran, aku selalu terbangun setengah jam lebih awal dari waktu yang kuatur di jam itu, barangkali Tuhan ingin aku 'mengatur' waktuku sendiri, dan bukan waktu yang mengaturku.

Pukul enam lewat lima belas pagi, aku bersiap menuju sekolah, "Diana, sudah sarapan belum nak ?", teriak ibu dari dapur, "Diana ada janji sama Dila bu, jadi sarapannya dian bawa saja ya, makannya di sekolah" , ibu menghampiriku sembari berkata "Yasudah, kamu hati-hati ya, belajar yang rajin biar pintar", kucium tangan ibu dan berangkat kesekolah "Dian berangkat ya bu, assalamualaikum", "Waalaikumussalam" jawab ibu.

Setibanya di sekolah, pukul 06:45, aku langsung disambut oleh

Dila sahabatku,

"Assalamualaikum Dian, kaya biasanya ya, kamu selalu datang on time",

"Waalaikumussalam, hehe.. iya dong dil, harus itu, gak kaya kamu",

Dila mencubitku karena tak terima dengan ucapanku barusan

"ihh... maksudmu apaan, orang aku datang lebih dulu dari kamu kok",

"aduuuh... sakit tauk, ya bener kan, aku gak salah dong, kamu gak on time, tapi before time, haha",

"idih.. garing amat di, huh dasar" ucap Dila yang tak puas dengan candaanku.

Obrolan kami lanjutkan sambil sarapan dan menunaikan janji yang sudah kami buat sebelumnya.

"Di, kita lanjut nanti ya bahasannya" kata Dila sambil melihat ke kerumunan anak-anak sekolah lain yang berjalan menuju kelas, kulihat jam tanganku yang menunjukkan waktu pukul 06:57

"Eh iya nih udah mau masuk, yaudah ya dil, kita bahas sambil jalan pulang sekolah nanti aja ya, sampai nanti" lalu kami berjalan menuju kelas masing-masing.

Pukul 07:01, Pak Guru masuk kelas, Pak Ahmad Fajar namanya, atau biasa kami panggil Pak Fajar, beliau mengajar fisika, pelajaran yang sebenarnya kusukai, tetapi karena cara beliau mengajar yang bikin ngantuk, aku menjadi agak malas dan tak jarang aku malah melamun dan sibuk sendiri agar tidak tertidur.

"...dengan 't' adalah waktu, 's' adalah kedalaman laut atau jarak benda ke sumber bunyi, dan 'v' adalah cepat rambat bunyi dalam air, baiklah... sudah paham semuanya ?, kalau sudah coba kerjakan soal nomor tiga, halaman 56, perintahnya menghitung waktu pantul gelombang suara yang dikirim dari..."

Sayup-sayup terdengar suara Pak Fajar menjelaskan materi dan memberikan soal untuk kami selesaikan, aku tetap pada kesibukanku sendiri.

"Dian.. Diana Sekar Lestari !"

Sontak suara Pak Fajar yang memanggil namaku membuatku terkejut,

"Iya pak!", jawabku terkejut

"Kamu kerjakan soal yang bapak berikan tadi ke depan"

"Baik pak"

Beruntung semalam sudah kukerjakan semua soal yang berhubungan dengan materi hari ini, jadi aku tidak gelagapan dan kujawab soal dengan mudah.

Ya, karena setiap kali Pak Fajar mengajar aku selalu sulit menangkap materi yang beliau sampaikan, makanya aku lebih suka belajar sendiri di rumah, terkadang aku belajar bersama Dila sembari mengobrol hal-hal kecil tentang masalah gadis seusia kami, hehe.

"Sudah pak, boleh saya duduk ?"

Pak Fajar melihat jawabanku di papan tulis, lalu mempersilahkan aku duduk

"Emm... ya benar, jawabannya 1,5s, silahkan duduk Diana, baik selanjutnya Elyan"

Sambil sedikit terkejut kuberlalu menuju tempat dudukku, Elyan, hampir-hampir aku lupa tentangnya, yah itu wajar, sejak satu setengah bulan yang lalu dia tidak masuk sekolah, kudengar kabar ia sakit keras, aku ragu apa ia masih ingat denganku.

"Teng... teng... teng... !!!" suara lonceng sekolah, pertanda waktu pulang sudah tiba

"Yuk di..." Dila mengajakku pulang bersama, di perjalanan pulang, disela-sela kelanjutan bahasan kami tadi pagi, tiba tiba saja

"Di !"

"Dil !"

Saat bersamaan kami memanggil nama satu sama lain, kompak sekali yah, inikah yang namanya ikatan persahabatan ?

"Kamu dulu aja dil" ucapku mengalah membiarkan Dila melanjutkan perkataannya

"Di... aku denger Elyan udah masuk sekolah ya, udah lama ya ?"

"Iya dil, tadi aku kaget waktu Elyan disuruh Pak Fajar ngerjain soal kedepan, aku hampir lupa kalo Elyan udah lama gak kumpul sama kita bertiga sejak kejadian itu"

"Iya yah di, padahal cuma satu setengah bulan gak ketemu, tapi rasanya udah lama banget, kaya udah bertahun-tahun, sampai-sampai kita hampir lupa akan keberadaan dia"

Obrolan kami dilanjutkan dengan adegan saling merenung, diam, sepi, sunyi.

"Toooooonnn!!!"

Suara klakson mobil mengejutkan dan menyadarkan kami, hampir-hampir kami tak akan "merasakan waktu" lagi karena renungan kami ditengah jalan, kami saling menengok lalu berlari menuju trotoar seberang.

"Di, astaghfirullah, hampir aja kita mati" Keluh Dila histeris dengan nafas tersengal

"Astaghfirullah, dil ... ya Allah, huuhh.. " Aku tak kalah terperanjat dari Dila atas apa yang baru saja kami alami, sampai aku tak sanggup berkata apapun selain beristighfar.

Kami lalu berjalan pulang dengan perasaan tak karuan.

Tentang pelajaran fisika hari ini, walaupun tidak membahas teori Einstein, mengingatkanku pada teori Relativitas, khususnya yang membahas tentang "Waktu" yang disini kukaitkan dengan... hmm... gini, waktu itu relatif, saat aku belajar fisika di kelas, walaupun Pak Fajar mengajar dengan sejuta kantuk dan bosan yang beliau suguhkan, tetapi karena aku menyukai pelajaran fisika, jadi waktu terasa berlalu dengan cepat.

Sedangkan karena kebersamaan kami dengan Elyan yang sempat terhenti selama kurang lebih satu setengah bulan dikarenakan Elyan sakit, kalau boleh aku jujur rasanya benar-benar tidak enak, aku tidak suka dengan perasaan seperti itu, pun dengan Dila, kami sama-sama tahu bahwa Aku, Dila, dan Elyan adalah sahabat yang selalu bersama sejak dulu, namun harus terpisahkan oleh "Waktu" yang bisa dibilang hanya sebentar, tapi entah kenapa terasa amat lama, apakah memang seperti ini aturan Tuhan tentang waktu ?

Ketika kita menjalani hal yang kita sukai, waktu terasa cepat berlalu sebab kita terlena, sedangkan saat menjalani masa-masa sulit, waktu berjalan begitu lamban, karena kita merasakan proses yang pahit, setiap detiknya terasa, karena dalam masa sempit, kita lebih bisa menghargai waktu saat-saat lapang, kita merindukan saat-saat bahagia, teramat berat sampai kesulitan itu hilang.

Demikian, kita harus pandai-pandai "Bergulat Dengan Waktu", menghargai setiap detik yang berlalu.

Elyan, kuharap waktu-waktu sulit kami tanpa hadirmu akan segera berakhir, semoga kau lekas pulih dan mengindahkan harapku, kami menunggumu.

Cerita selanjutnya adalah tentangmu, Elyan

Dian dan GulitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang