Alvin’s pov
Setelah selesai makan-makan, kami berdua memutuskan keliling Mall. Aku menatap Jessica yang tak tampak bersemangat, ku pikir dia akan kembali seperti semula seperti makan tadi. Ternyata tidak, moodnya benar-benar tidak bagus sekarang. Keterdiamannya membuatku merasa ada yang kurang darinya.
Hmm, bagaimana ya membuatnya kembali bersemangat? Sejauh ini aku tidak tahu bagaimana cara mengatasi ini. Ada baiknya aku bertanya saja pada yang sudah berpengalaman. Aku merogoh saku dan mengeluarkan ponsel, saatnya meminta pertolongan.
Daddy
Bagaimana cara membuat mood perempuan membaik?
“Alvin, kau ingin bermain itu?” Aku menatap ke arah yang ditunjuk Jessica, permainan pump up.
“Kau ingin bermain itu?” Jessica mengangguk, ya hanya itu. Biasanya dia akan merengek dan memaksaku bermain dengannya. Tapi kali ini dia hanya mengangguk, tanpa mengatakan apapun setelahnya.
Aku menghela napas panjang dan mengangguk, “Baiklah, ayo bermain.”
Kedua matanya kembali berbinar, ia berteriak dan melompat-lompat membuat semua pengunjung memusatkan pandangan ke arah kami. Aku menggelengkan kepala dan mengekornya dan berjalan mendahuluiku ke mesin game itu. Tanganku terulur menggesek kartu dan bersiap ke posisi.
“Aku pasti bisa mengalahkanmu, Alvin.” Aku tersenyum dan mengangguk saja, akan ku biarkan dia menang kali ini. Siapa tahu moodnya kembali membaik dan kembali menjadi Jessica yang ku kenal.
“Yeayy!! I win!” Jessica melompat-lompat dengan senyuman lebar yang membuatku spontan tersenyum juga. Adakah yang lebih indah dari ini? Jawabannya tidak ada.
Senyumannya, teriakannya, dan wajahnya adalah perpaduan sempurna. Sungguh, tiga hal itu membuat jantungku berdetak sangat cepat. Seperti yang terjadi sekarang, jantungku berdetak tidak karuan.
Aku terkesiap begitu merasakan sesuatu menyentuh wajahku, ternyata Jessica mengelap wajahku dengan tissue. Tatapan kami bertemu, gerakannya di wajahku terhenti.
Mata biru Jessica membiusku, kedua mata teduh yang selalu menenangkanku.Bukankah aku laki-laki paling beruntung memilikinya dalam hidupku? Seseorang yang tidak pernah lelah menyukaiku dan masih tetap begitu walau sejahat apapun aku padanya.
Kedua mataku mengerjap-ngerjap, “Ayo beli minum, aku haus.” Aku berbalik dan langsung melangkah begitu saja meninggalkannya. Jangan salah paham, aku hanya tidak ingin Jessica mendengar detak jantungku yang menggila.
“Alvin! Ini tiket belum diambil!” teriaknya, aku semakin mepercepat langkahku menuju stand minuman coklat yang cukup terkenal di Kediri.
“Alvin!”
Aku berdiri di depan stand, “Original dua.” kataku dingin pada penjual yang baru saja membuka mulut untuk bicara.
“Ah iya Mas, tunggu sebentar.” Ia tersenyum ramah ke arahku dan membuatkan pesananku.
Aku merasakan getaran di saku celanaku, tanganku merogoh saku dan mengambil benda persegi panjang itu. Senyumku mengembang saat membaca balasannya.Daddy
Shopping
The one and only way.Ah, iya benar. Aku masih ingat dengan benar, Daddy selalu membawa Mama pergi jalan-jalan dan berbelanja setelah mereka bertengkar. Cukup berhasil, terlihat dari senyuman Mama dengan berbagai macam tas belanja di kedua tangannya. Baiklah, aku akan mengajak Jessica berbelanja sesukanya.
Aku menatap Jessica yang berjalan ke arahku dengan membawa tiket di tangannya. “Lihatlah, kita mendapatkan lima tiket. Tapi ini kurang, seharusnya kita bermain lagi hingga mendapatkan setidaknya tiga puluh. Dengan begitu kita bsia menukarnya dengan hadiah.” senyumku mengembang mendengar celotehannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romance"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...