Perubahan

57 6 0
                                    

Aku masih belum terlalu paham dengan status hubunganku dengan Rika. Tapi kurasa kita sudah mulai berpacaran. Aku senang jika memang benar seperti itu.

Rika selalu mengantarku pulang setiap hari dan tak lupa dia selalu mengecup kening atau punggung tanganku sebelum dia pergi. Perhatiannya padaku pun semakin banyak, setiap waktu dia selalu mengirimkan sms pada ku. Saat aku liburpun dia selalu menyempatkan diri untuk datang ke rumahku, entah sebelum berangkat kerja atau sepulangnya.

Seluruh waktuku pun habis untuknya. Tak ada lagi waktu untuk sahabat - sahabatku yang lain. Sebelum mengenal Rika, sering sekali dan hampir tiap hari aku keluar atau berkumpul bersama teman - temanku semasa SMA dulu tapi saat ini aku tak lagi memiliki waktu.

Hingga suatu ketika mereka tahu bahwa aku menjalin hubungan dengan sesama jenis. Mereka tetap bergaul denganku tapi aku tahu bahwa mereka berusaha menghindariku. Aku memutuskan untuk menjauh dari mereka, aku tak lagi keluar ataupun berkumpul bersama mereka. Ada yang kurang memang tapi aku rasa inilah resiko yang harus aku ambil.

Rupanya Rika mengetahui perbedaan sikap ku.
"Kamu kenapa Lun? Koq aku perhatiin akhir - akhir ini beda."
"Gak papa koq." Jawabku sambil menghembuskan nafas berat
"Kenapa sich? Gak papa bilang ajah."
"Hfvt... Ngerasa sepi ajah."
"Sepi kenapa?"
"Biasanya aku banyak temen tapi sekarang sendirian."
"Gara - gara aku ya?"
"Enggak koq." Kataku sambil sedikit memonyongkan bibirku.
"Maaf ya, sejak kamu sama aku semua jadi berubah, kamu jadi kehilangan teman - temanmu. Mulai sekarang aku bakalan jadi apa ajah yang kamu butuhin." Rika menatapku lembut sembari mengusap rambutku.

Aku senang dia bilang seperti itu padaku tapi tetap saja hatiku masih terasa sepi.

Hari ini aku libur sementara Rika shift malam jadi siang ini sebelum berangkat dia mampir kerumahku dulu. Aku senang setiap hari dia datang kerumahku walaupun aku tahu ibuku sedikit tak menyukainya.

Kami duduk di halaman depan mengobrol santai seperti biasanya, lalu tiba - tiba Rika mencium pipiku. Sontak aku mundur menjauh darinya, bukanya aku tak mau di ciumnya tapi ini masi siang, orang tuaku ada dirumah dan di depan rumahku pun sangat ramai orang berlalu lalang.

"Kenapa mundur - mundur?" Tanyanya sambil cengengesan.
"Gila kamu, siang bolong gini cium - cium." Kataku sedikit jengkel.
"Emangnya kenapa? Ada aturan nya kalau siang gak boleh ciuman?"
"Ini rame banget, ada ortu juga dirumah. Gila kamu. Kalau mereka lihat gimana?"
"Bapakmu udah liat koq tadi pas aku cium kamu."
"Hah ...?? Yang bener?"
"Iya bener, tuch liat orangnya lagi liat kearah kita sambil geleng - geleng."

Aku pun menoleh kearah yang Rika maksut, dan benar saja kedua orang tuaku melihat kearah ku dan Rika. Aku pun bertanya - tanya, apa benar mereka melihat ku dan Rika berciuman? Aku bingung, takut, tak tahu harus bersikap seperti apa.

"Kamu gak berangkat? Ntar telat lho!" Kataku pada Rika.
Aku tak bermaksut mengusirnya hanya saja jika dia terus berada disini aku sedikit tak nyaman dengan orangtuaku.

"Napa tiba-tiba suruh berangkat sich? Diusir nich ceritanya."
"Bukanya gitu, aku gak enak ma ortuku, udah berangkat ajah sana."
"Hfvt ... Ya udah dech aku berangkat."
"Iya, hati-hati di jalan!"

Setelah melihatnya pergi kuberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah. Aku takut jika orangtuaku bertanya macam-macam. Dan ternyata mereka tak bertanya apapun. Aku bersyukur dalam hatiku.

Keesokan harinya

Ibuku menyuruhku kerumah adiknya, aku biasa memanggilnya mama karena mama lah yang mengurusku sejak kecil saat ibuku sibuk kerja. Mamaku sedang libur kerja hari ini.

"Sudah sarapan?" Tanya mamaku sambil sibuk menggoreng sesuatu.
"Sudah ma, mama masak apa koq kayaknya enak?" Tanyaku sambil mengendus-ngendus bau masakan yang ada di meja makan.
"Sambal goreng kentang, ntar makan lagi ya disini."
"Ok ma."

Setelah kulihat mama selesai menggoreng aku bergegas mengambil sepiring nasi dan sambal goreng kentang. Mamaku melihatku makan dengan lahap. Tapi tatapannya penuh arti, tak pernah aku melihatnya seperti itu.

"Rika kerja hari ini?" Tanya mamaku sesaat setelah aku selesai makan.

Mamaku memang sempat beberapa kali bertemu Rika saat dirumahku tapi kenapa tiba-tiba menanyakannya.

"Iya kerja ma." Jawabku singkat.
"Ouw, makin sering main ya dia."
"Iya."
"Kamu ada hubungan apa sama dia?"

Suaranya sedikit ragu saat menanyakaan hal tersebut. Kenapa tiba-tiba menanyakan itu, pikirku. Aku tak berani menjawab pertanyaan mamaku.

"Kamu pacaran sama dia?"

Lagi-lagi aku tak berani menjawabnya.

"Gak papa bilang ajah sama mama, sebenernya ibu mu yang nyuruh mama tanya, tapi mama juga penasaran, kalo memang iya ya gak papa mau gimana lagi. Cuma mama mau ingatkan dia itu perempuan, gimana pandangan orang-orang tentang kamu, tentang ibu mu."

Aku hanya bisa menunduk lesu. Iya aku tahu rasa ini memang salah dan tidak pada tempatnya tapi aku tak bisa menghindarinya aku juga tak bisa mengatakanya di depan mamaku, itu hanya akan membuat hatinya sakit.

"Kamu suka sama dia?"

Aku mengangguk kecil.

Aku melihat matanya berkaca-kaca mengetahui aku yang seperti ini.

"Luna.. Luna.. kamu koq bisa kayak gitu sich, apa yang buat kamu kayak gitu?"

Lagi. Aku tak mengeluarkan ekspresi apapun untuk menjawabnya.

Melihatku yang hanya diam, mamaku memalingkan wajahnya untuk mengusap airmatanya yang hampir jatuh dengan berpura-pura mengambilkanku minum.

"Diminum dulu."

Aku hanya memegang gelas yang mamku berikan padaku.

"Gimana pacaran sama perempuan?" Tanyanya sambil sedikit tersenyum padaku.

Aku sedikit lega melihatnya tersenyum.

"Ya gitu ma." Jawabku singkat.
"Ya udah kalo emang itu pilihanmu yang penting jangan aneh-aneh. Mama bakalan coba jelaskan ke ibumu." Katanya sambil menggenggam tanganku.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman kecil.

Hidupku seakan berubah total sejak kedatangan Rika. Sahabat-sahabat, keluarga hingga orangtuaku, semua berubah. Sikap mereka, dan pandangan mereka terhadapku, aku sedikit terganggu dan tidak nyaman dengan semua itu, tapi aku harus bertahan jika memang ini pilihanku.

Rika, semoga kau mengerti betapa berat menjalani hubungan ini untukmu.

Aku Kamu dan DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang