Maudy Ayunda

70 2 0
                                    

Bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri adalah impian semua pelajar di dunia. Banyak selebriti di Indonesia yang berhasil melanjutkan studi di luar negeri. Namun tidak semuanya seberuntung artis cantik ini yang satu ini, Maudy Ayunda. Pada bulan Maret 2018 ia mengabarkan di akun instagramnya bahwa ia diterima di tidak hanya satu, namun dua universitas ternama di dunia, Stanford University dan Harvard University.

Maudy memiliki nama lengkap Ayunda Faza Maudya, lahir di Jakarta, 19 Desember 1994. Ia adalah anak dari pasangan Didit Jasmedi R. Irawan dan Mauren Jasmedi. Ia memiliki seorang adik bernama Amanda Khairunnisa.

Maudy adalah aktris dan penyanyi Indonesia. Ia mengawali karirnya sebagai aktris dengan berperan sebagai Rena dalam film yang berjudul Untuk Rena. Film ini dirilis pada 2006. Di sini ia beradu akting dengan aktor kawakan, Surya Saputra. Setelah berhasil mendapatkan peran dalam film Untuk Rena, pada 2009 ia didapuk untuk membintangi film Sang Pemimpi yang merupakan adaptasi dari sebuah novel populer dengan judul yang sama.

Nama Maudy semakin dikenal setelah ia membintangi film Perahu Kertas yang dirilis pada 2012 dimana ia berperan sebagai Kugy. Di sini, ia beradu akting dengan Adipati Dolken dan Reza Rahardian. Tak berselang lama, dia juga menyalurkan kemampuannya dalam sebuah peran di film Refrain bersama Afgan dan Chelsea Islan yang dirilis pada 2013.

Dalam bidang musik Maudy Ayunda telah mengeluarkan 2 album. Ia merilis debut album berjudul Panggil Aku di tahun 2011. Album ini berisi sepuluh lagu, dengan lagu utama Tiba-Tiba Cinta Datang yang diciptakan oleh Maudy sendiri. Ia juga didapuk untuk mengisi soundtrack film "Perahu Kertas" ciptaan Dewi Lestari dengan judul yang sama. Album ke dua Maudy Ayunda adalah Moments, album ini di rilis pada tahun 2015. Album Moments berisikan sepuluh lagu dengan lagu yang diandalkan adalah Bayangkan Rasakan, Cinta Datang Terlambat,  By My Side, & Untuk Apa.

Di usianya yang masih sangat belia, ia pun memiliki kemampuan menulis yang mengagumkan. Maudy pernah menulis sebuah buku kumpulan dongeng anak yang berjudul A Forest of Fables pada usianya yang masih sepuluh tahun. Semua keuntungan dari hasil penjualan buku tersebut ia sumbangkan untuk korban tsunami di Aceh. Selain bertalenta, dirinya juga tak lupa untuk berbagi dengan sesama.

Tak berbeda dari sosok berprestasi lainnya, kedua orang tua memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan karir maupun kehidupan Maudy. Kedua orang tuanya justru tak pernah memaksanya untuk belajar terus menerus. Maudy dididik secara seimbang, ayah dan ibunya tidak mau anaknya terlalu fokus belajar hingga lupa bersosialisasi. Orang tua Maudy juga tak pernah melarangnya untuk mengeksplorasi hal baru selama itu masih positif.

Bukan cuma fasih berbahasa Inggris, Maudy juga menguasai bahasa Mandarin dan Spanyol. Ia pernah menang dalam speech competition sewaktu SMA di British International School (BIS). Berkat kemampuan berbahasa asing yang fasih, Maudy kerap diundang menjadi pembicara di berbagai forum internasional. Di antaranya menjadi pembicara di acara Kongres Diaspora Indonesia pada 2017 lalu yang menghadirkan mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

Maudy juga pernah menjadi pembicara termuda di forum global The Regional Conference Evaluate the Millennium Development Goals and Looks to Creating a Foundation for the Post 2015 di Nusa Dua, Bali. Di sana ia mempresentasikan tentang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di hadapan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pemimpin dunia lainnya.

Tak banyak yang tahu, ternyata dilema besarnya ini pun telah terjadi sebelumnya. Maudy berhasil diterima di beberapa universitas ternama dunia, seperti Columbia University, Brown University, NYU, dan Oxford University. Setelah mempertimbangkan secara matang, Maudy memilih Oxford University di jurusan PPE (Philosophy, Politics, and Economics). Jurusan tersebut hanya ada di Oxford University. Dan di jurusan ini juga, Maudy merupakan satu-satunya mahasiswa yang berasal dari Indonesia.

Berkat kerja kerasnya, belum genap tiga tahun menempuh pendidikan di Oxford University, ia berhasil menyelesaikan study-nya tersebut. Ia bahkan lulus dengan nilai cumlaude pada bulan Oktober 2016 silam.

Kesuksesan Maudy serta segala prestasinya tentunya ia dapat dari hasil kerja kerasnya. Maudy sangat cinta belajar, ia mengungkapkan hal ini dalam sebuah interview bersama Najwa Shihab yang bisa kita lihat dalam sebuah unggahan berdurasi 26 menit pada channel youtube Najwa Shihab. "Ini bakal terdengar aneh, tapi aku emang sangat cinta belajar dan sangat enjoy gitu". Ia juga mengungkapkan, bahwa sejak kecil hiburan utamanya adalah baca buku. "Waktu aku kecil belum ada tv, i don't know whether that was a financial situation atau kebetulan aja gak ada tv, tapi akhirnya entertainment-nya itu baca buku". Kecintaannya terhadap buku bisa kita lihat di akun instagramnya, di sana ia banyak menceritakan buku-buku yang telah selesai ia baca. Salah satunya adalah buku berjudul VOX karya Christina Dalcher, sebuah buku tentang sebuah dunia di mana perempuan memiliki batasan berbicara 100 kata perhari. Ia juga mengajak para pengikutnya untuk membaca buku-buku tersebut dengan tagar #maudyreads.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Maudy AyundaWhere stories live. Discover now