BAGIAN SEPULUH

2.9K 242 23
                                    

.

.

.

Sudah tiga hari dari kejadian gua mergokin dia di kamar mandi tua itu. Keadaannya semakin parah, gua selalu kepikiran dengan keadaannya sekarang.

"Kebiasaan, ngelamun aja terus. Sawan lu nanti Tae!"

Jimin memukul kepala belakang gua main-main sebelum dia merangkul pundak gua.

"Masih kepikiran masalah Jeongguk? Itu udah jalan yang dia ambil Tae. Lu gk bisa nyalahin dia kalo diri lu sendiri belum sanggup buat jadi pengganti kesenangannya dia itu. Cukup awasi dia jangan sampai dia terlalu jauh main dengan dunianya."

Gua semakin termenung dengan ucapan Jimin. Dia benar. Gua belum sanggup buat jadi titik senangnya Jeongguk.

Tapi gua gak mau dia terus merusak dirinya sendiri.

"Tae! Ada Hoseok nyariin lu!" Teriak Jennie dari depan pintu kelas.

Gua sedikit heran, tumben sekali Hoseok nyariin gua di jam segini biasanya dia kalo mau bahas masalah kolaborasi anak dance dan padus suka lewat WA.

"Mau ngapain dia, Tae?" tanya Jimin heran. Gua hanya mengangkat kedua pundak gua tanda tidak tahu lalu berjalan menghampiri Hoseok yang terlihat menunggu gua di depan pintu kelas.

"Ngapa bang? Latihan dance di cepetin? Duh balik sekolah aja dah ya mager nih gua bang lagi istirahat juga kan ini." samber gua langsung tanpa basa basi.

"Bukan Tae. Ini masalah Jeongguk. Gua khawatir sama dia udah dua hari ini gak mau makan. Bahkan hari ini dia gak ada di sekolah kan?"

Gua memganggukan kepala menyetujui ucapan Hoseok karna sedari tadi gua belum melihat anak kelinci itu di sekolah.

"Dia di rumah, dan manggilin nama lu terus Tae. Badannya demam tinggi. Gua khawatir takut dia kenapa-napa." Hoseok menjelaskan dengan wajah kebingungannya.

Gua langsung mempercayai ucapannya karna setau gua Hoseok memang sepupunya Jeongguk yang di angkat anak oleh papanya dia.

"Sebentar hyung gua ijin sama ketua kelas dulu. Gua mau ke rumah dia sekarang!"

Setelah Hoseok menganggukkan kepalanya, gua segera kembali kedalam kelas untuk mengambil tas juga menitipkan izin kepada Yoongi, ketua kelas gua.

"Ayo bang buruan! Gua takut itu anak kelinci malah makin parah." racau gua seraya menarik tangan Hoseok.

**

Dijalan menuju rumah Jeongguk, gua sedikit merasa tidak enak perasaan. Pasalnya, gua tadi seperti melihat motor Jeongguk terparkir di parkiran sekolah. Tapi gua segera menepis pemikiran gua itu dan berpikir mungkin itu milik orang lain karna motor yang seperti itu bukan milik Jeongguk saja.

"Sebenarnya Jeongguk kenapa sih bang? Bukannya kedua orang tua dia sangat sayang ya sama Jeongguk?" tanya gua memecah keheningan.

Hoseok melambatkan laju mobilnya lalu menghela nafas jengah.

"Tae, lu kok sayang banget sama dia? Apa lu gk bisa liat kalo gua juga cinta sama lu?" ujarnya. Gua membelakan kedua mata mendengar fakta yang baru saja dia ucapkan.

Semakin gelisah dengan situasi ini, gua mencoba membuka pintu mobil miliknya sebelum dia menambahkan kecepatan laju. Memilih untuk memejamkan mata gua seraya merapalkan doa semoga tidak akan terjadi hal buruk nanti.

Tak lama setelahnya, mobil miliknya berhenti. Gua membuka mata dan langsung melihat bangunan yang familiar di ingatan gua.

Rumah keluarga Jeon.

"Keluar. Atau gua gendong." perintah Hoseok. Gua segera menurutinya karna tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Kaki gua terasa berat untuk di langkahkan. Seperti ada yang menahan tubuh gua agar tidak masuk kedalam rumah ini. Tapi, Hoseok segera mengangkat badan gua keatas pundaknya. Meronta ketakutan dengan tangan yang terus memukul punggung lebar miliknya, tidak memberhentikan langkah Hoseok menuju lantai atas rumahnya.

"Coba kita lihat, kalo Jeongguk tau pria kesayangannya ini di nodai oleh kakaknya sendiri apa dia akan marah? Bunuh diri? Ck! ck! Itu akan semakin mempermudah usaha gua untuk mendapatkan kuasa penuh dari keluarga Jeon ini Tae." ucapnya setelah membanting tubuh gua keatas ranjang yang gua yakini ini adalah kamar miliknya.

Mata gua terbelak lagi. Gua merasa sangat takut sekarang. Dengan terbata gua tetap mencoba untuk bersuara.

"D-dimana Jeongguk?"

Seringai menakutkan terpasang di wajahnya. Dia menyudutkan gua diatas ranjang ini. Menimpa tubuh gua dengan tubuhnya lalu menggesekan alat kelaminnya di paha gua. Setetes air mata berusaha menerobos kelopak mata gua.

Seluruh tenaga gua kerahkan untuk mendorong tubuhnya. Tapi, ntah kenapa tangan gua terasa tidak memiliki tulang. Sangat lemas untuk gua mengangkat tangan gua.

"Per-gi bang.. Kalo gak gua bakalan teriak!" ancam gua dengan nada suara yang parau. Dia terkekeh mendengar ucapan gua.

"Gak akan ada yang tau. Jeongguk di sekolah dan kedua orang tuanya sedang di Jogja. Dirumah ini hanya ada kita berdua aja, Tae."

Dia mulai menciumi pipi lalu turun ke leher gua. Tangannya yang besar meremas paha gua dengan kencang. Ia melenguh pelan sebelum kembali berbicara.

"Berteriaklah sesukamu, Tae. Berteriak sekencang mungkin karna ruangan ini kedap suara."




_______________________________

Haloooo!!!
Apa kabar kaliaann??

Aku asalnya mau update besokk tapi lupa kalo chapter yang ini agak sedikit anu jadi ya aku update sekarang aja deh.

Hoseokie kenapaa?? Kok dia jaat sama Tae hiks

Oh iya.. Sampai ketemu di next chapter!! Ada kejutan loohhh kalian suka kejutan gaaaaa?? /kedipin mata satu/

Btw ini ampir 1 ribu kata loh.. Chapter terpajang dari 10 chapter nya Mariphosa kkk

Oh iya aku mau nanya dulu, kalian lebih setuju kalo cerita ini chapter nya sedikit tapi aku update nya seminggu bisa tiga kali atau seminggu sekali aja tapi panjang??

Komen yaaa!!

Seperti biasa kritik dan sarannya aku tunggu!!!

©Taetico

MARIPHOSA - KOOKV [18+] | DISCONTINUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang