prolog

7 1 0
                                    

Bengkulu, 03 Desember

Tubuh yang biasanya tegak kini mulai melemah, mata yang biasanya menampilkan cahaya elang, kini redup terkalahkan awan mendung. Waktu terasa cepat berdetak bersamaan dengan bumi yang terus berputar. Tatapannya turun sedang satu tangan memegang benda suci kecil, dengan napas yang tak mampu ia helakan gadis itu terus membaca.

Ada banyak hal yang ingin ia ceritakan, tetapi pada siapa ia akan bercerita ketika teman ceritanya sendiri terbaring lemah di atas ranjang dan seluruh tubuh pun sudah tak mampu lagi bergerak meski sedikit, hanya ada alat-alat canggih yang terpasang di seluruh tubuh agar napas tak meleset begitu saja. Waktu, ingin sekali rasanya ia kembalikan seperti semula, tanpa membiarkan orang tercintanya terlukai berkali-kali.

Awan begitu mendung mengikuti kata hati gadis itu, bibirnya telah mengering dan mulut telah basah dengan lantunan ayat suci yang terus ia bacakan, kerongkongan pun ikut mengering karena diri sudah membaca berkali-kali tanpa ada pasokan air jernih. Ludah, hanya mampu menelan ludah, ingin rasanya dia menggantikan posisi orang itu, rasanya begitu sesak dan menyakitkan, dia ada, tapi seakan tidak ada.

Sekarang, pada siapa ia akan mengaduh? Pada siapa ia akan kembali? Pada siapa ia akan marah? Dan ... pada siapa dia akan menggoda? Semua hilang berganti dengan kabut kebingungan.

Gadid itu menghentikan bacaannya, menarik napas yang terasa sesak, seakan seluruh oksigen menjauh dari dirinya. Dia menyimpan Al-Qur'an tadi ke laci meja dekat ranjang brankar, lalu kedua tangannya mengepal kuat sedang kepala terus menunduk merasakan sesak yang mendalam.

Hati menjerit, bibir keluh merapalkan kata-kata hati, dia diam dalam sesak. Mata gadis itu memerah yang di dalamnya terdapat air mata, lalu kepalanya mengarah pada jendela rumah sakit. Di luar sana, awan menggelap, langit berkelabu, dan air hujan terus turun menggugurkan tumbuhan kecil, sangat deras.

Dia bertanya dalam diam. "Kapan badai akan berlalu?" Dan bisakah gelap pergi dengan mendatangkan pelangi? Kapan keindahan menyapa mereka? Berbagai pertanyaan terus berdatangan membuatnya tak sadar kalau layar monitor terus berbunyi beradu dengan gesitnya air hujan.













Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Allah Ini Hatiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang