Chapter 1 - Daily Routine

405 48 11
                                    


Hangat mentari membuat seorang gadis dengan surai malam itu membuka mata. Bangun dari tidur lelapnya dan membuka sebagian gorden, memberi ruang untuk sinar mentari masuk ke dalam kamarnya. Ia menguap kecil. Iris hijau-merahnya berpindah pandang ke arah tangan semi kekar yang erat memeluknya. Dibalik punggungnya muncul kepala lelaki yang memiliki surai yang sama dengannya. Sang gadis menghela napas. Melepaskan pelukan di pinggang rampingnya. Mengambil bantal dan melemparkan tepat ke wajah lelaki yang tertidur memeluknya tadi.

“Nii, bangun. Hari ini jadwalmu memasak sarapan.” Ucap sang gadis dengan nada datar. Tungkai ia bawa menuruni kasur. Menarik paksa selimut yang membungkus sang lelaki.

Yamada Ichiro, menggeliat dalam tidurnya. Kini malah meracau tidak jelas yang membuat sang gadis ingin sekali melemparnya keluar jendela. Bantal kapuk itu diangkatnya lagi dan dilemparnya ke wajah mulus sang kakak. Disitulah Ichiro terbangun sepenuhnya seperti orang yang baru saja mendengar berita kebakaran. Iris hetero yang sama dengan sang adik kembar menemukan adiknya dengan wajah masam. 

Ichiro nyengir kuda. “Aku kesiangan ya, Ko-chan.”

Yamada Kotone, adik kembar Ichiro. Penampilannya bagai Ichiro versi perempuan dengan warna rambut serta kedua iris mata yang sama dengan kakaknya. Bedanya posisi iris hijau-merahnya yang kebalikan dari Ichiro. Selain itu semua yang ada pada diri mereka sama. Ah, kecuali sifat brocon-siscon Ichiro yang tidak menurun pada adik kembarnya.

Kotone menghela napas untuk yang kedua kali. “Sudahlah, Nii. Lebih baik cepat bangun, masih ada lima belas menit sebelum Jiro-chan dan Sabu-chan bangun dan pergi ke sekolah. Sudah ya, aku mandi duluan.” Kotone berlalu pergi keluar kamar meninggalkan Ichiro sendirian di kamar sang adik. Ah ya, semalam mereka tidur berdua karena Kotone bilang mengalami mimpi buruk. Sebagai siscon-ah tidak-, kakak yang baik dan perhatian pada adiknya dengan senang hati Ichiro menemaninya tidur walau semalam (walau Ichiro dengan sangat senang hati akan menemani adiknya tidur bersama bahkan sampai akhir hayatnya). Tuh kan, siscon-nya kumat.

Ichiro menghela napas. Mengacak surai hitamnya lalu beranjak dari kasur hendak menuju dapur memasak sarapan. Di luar kamar ia bertemu Jiro dan Saburo dengan wajah khas bangun tidur.

“Nii-chan/Ichi-nii, selamat pagi.” Ucap kedua adik Yamada itu barengan. Lalu duduk damai di meja makan tanpa ada perdebatan yang biasanya terjadi di antara keduanya. Wah tumben sekali, batin Ichiro.

Ichiro mengendikkan bahu lalu melanjutkan aktivitas memasaknya.

Dari arah kamar mandi, muncul Kotone yang baru selesai mandi dengan rambut semi basah dan selembar handuk yang mengalung di lehernya. Wajah gadis itu cerah melihat kedua adik lelakinya yang sudah duduk damai di meja makan. Memberi pelukan selamat pagi pada kedua adiknya yang masih terkantuk-kantuk.

Ichiro dari balik pintu dapur mengintip dengan lirikan tajam. Aku juga mau dipeluk Ko-chan, batin siscon-nya berbicara.

“Nee-chan wangi sekali. Ganti sampo?” tanya Jiro, wajah kantuknya sudah hilang berkat pelukan Kotone.

“Wanginya seperti ... umm, stroberi?” timpal sang bungsu Yamada.

Kotone terkekeh lalu mengambil duduk di hadapan Jiro. “Nii yang memilihkannya. Wanginya enak kan?”

Kedua adik Yamada barengan mengangguk. Kotone mengusap kepala kedua adiknya sambil tersenyum lembut. Ichiro dari arah dapur nampak ikut tersenyum sambil membawa sarapn mereka serta bento untuk dua adik kecil Yamada.

“Ko-chan hari ini ada acara?” Kotone berhenti melahap sarapan dan menoleh pada sang kakak.

“Eh? Tidak juga. Ada apa, Nii?”

“Yosh, temani Nii di toko ya. Hari ini ada banyak supply yang harus disusun di toko kita.”

Kotone mengangguk lalu kembali melanjutkan makan. Ichiro pun demikian.

Begitulah pagi yang damai di kediaman Yamada.

###

Adik kembar Ichiro mengelap peluh yang membasahi dahinya. Memindahkan banyak supply sangat melelahkan. Didukung dengan cuaca yang panas terik menambah kelelahan gadis bersurai hitam tersebut.

“Nii, bagian sini sudah selesai.” Seru sang gadis. Ichiro pun menyembulkan kepala dari pintu gudang.

“Kerja bagus, Imouto. Maaf ya membuatmu bekerja di tengah panas terik begini.” Ujar Ichiro sembari memindahkan barang terakhir di dalam gudang.

Kotone memberinya senyum menenangkan. Menepuk pakaiannya yang kotor karena debu. “Tidak apa-apa, Nii. Mumpung aku sedang luang.”

Diberi senyum malaikat seperti itu. Ichiro ingin menangis saja. Betapa berhati malaikat adiknya ini. Siapapun pria yang mendapatkan hatinya, ia akan sangat beruntung. Tapi sebelum itu, para pria itu harus melangkahi mayat Ichiro dulu jika berani.

Ichiro terkekeh pelan. Menarik tangan adiknya untuk keluar dari gudang berdebu tersebut. “Kalau begitu akan aku traktir es krim stroberi selesai menutup toko.” Mata hetero Kotone langsung berbinar. Bersorak senang sambil memeluk kakak kembarnya tersebut. Ah, jangan tanya bagaimana ekspresi wajah Ichiro dipeluk seperti itu. Wajahnya nampak menangis bahagia.

Di perjalanan pulang, Kotone sepanjang jalan tidak melepaskan genggaman tangannya dengan Ichiro. Mereka seperti sepasang kekasih saja. Namun dengan wajah yang sangat mirip. Orang-orang yang berlalu lalang pun menatap heran sepasang kekasih jadi-jadian tersebut. Namun dua sejoli itu tidak peduli dan tetap melanjutkan perjalanan pulang mereka.

“Kami pulang!” Seru duo kembar Yamada bersama. Seperti biasa dua adik kecil Yamada menyambut mereka dengan hangat. Duo kembar Yamada pun juga seperti biasa akan mengelus kedua kepala adik kecil mereka dengan penuh sayang.

“Kerja bagus hari ini, Nee-chan, Nii-chan!”

Ichiro dan Kotone tersenyum hangat. Lalu merangkul dua adik kecil Yamada masuk ke dalam rumah penuh kehangatan mereka.

###

Para Yamada baru saja selesai makan malam dan sedang asik menonton tv di ruang tengah. Kecuali sang gadis Yamada yang masih duduk di meja makan, sedang sibuk berkutat dengan ponselnya. Mengetik sesuatu disana dengan penuh keseriusan.

“Baiklah. Kurasa ini cukup. Kuharap ia bisa mengerti.” Gumamnya sembari menekan ‘send’ di ponselnya. Mengirim pesan pada kontak dengan nama ‘Albino bodoh’ disana.

Gadis itu menyandar pada sandaran kursi. Menatap langit-langit sembari kembali bergumam. “Sekarang, bagaimana caranya meyakinkan Nii ya untuk besok? Pasti bakal repot nih.” Kotone menghela napas. Kakaknya yang siscon,-tidak,tidak- posesif itu pasti akan menghujamnya dengan ribuan pertanyaan jika ia keluar rumah pada jam segitu. Kembali helaan napas keluar dari mulut Kotone. Tangannya menopang dagu. Memikirkan rencana hang out-nya dengan seseorang dengan nama ‘Albino bodoh’ ini.

###

A/n
Errr hai selamat datang di cerita ini. Kuharap kalian suka. Habisnya gatel banget ide ini kalo gk dituangkan ke dalam cerita xDD

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yamada TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang