Eight

5.4K 361 5
                                    

"Lisa," panggil Jennie. Lisa yang tengah memainkan ponselnya pun melihat ke arah Jennie bingung.

"Kenapa Jen?"

"Tidak, aku hanya ingin berterima kasih karena kamu kemarin menolongku," ucap Jennie tulus.

"Bukan aku yang menolongmu Jen, tapi Jisoo," bohong Lisa.

"Benarkah? Tapi kata Jisoo, kamu yang kemarin nolongin aku pas aku hampir diperkosa Mario," ucap Jennie bingung.

"Benar Jen, aku hanya menemani Jisoo saja kemarin dan dia lah yang menolongmu dari Mario," kilah Lisa.

Jennie hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar jawaban Lisa.

"Maaf Jen, aku harus segera pergi. Aku harus menemui guru Kroy saat ini," Lisa pun pamit dan pergi setelah mendapat izin dari Jennie.

°°°
"Yak Jendeuki! Apa yang kau lakukan," ucap Jisoo heran karena Jennie sedari tadi mondar-mandir tak jelas di ruangannya.

"Aku bingung,"

"Bingung kenapa? Tak biasanya kau seperti ini?" tanya Jisoo.

"Kemarin kau atau Lisa yang menolongku?" tanya Jennie.

"Lisa lah, siapa lagi," ucap Jisoo santai.

"Tapi Lisa bilang kau yang menolongku,"

"Lalu kau percaya?"

Jennie pun mengangguk.

"Dasar bodoh, segitu gampangnya kau ditipu Lisa," ucap Jisoo sambil menggelengkan kepalanya heran. Jennie hanya mengendikkan bahunya.

"Sudah pergi sana, jangan mengganggu pekerjaanku lagi," usir Jisoo.

Di tempat lain, Lisa saat ini tengah menghadap guru Kroy.

"Swadikha guru," ucap Lisa sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada memberi salam.

"Ya Lisa, duduklah."

"Ada apa guru?" tanya Lisa.

"Apa kau masih tertarik dengan dunia dance Lisa?"

"Tentu guru, itu adalah nafasku," ujar Lisa mantap.

"Tahun depan, bisakah kau tinggal di Korea Lisa?"

Mata Lisa membola seketika.

"Ti-tinggal di Korea guru?" ucap Lisa terbata.

"Ya, jadi salah satu teman saya ada yang membuka sekolah dance disana, dan aku merekomendasikanmu untuk menjadi pelatih disana. Bagaimana apa kau sanggup?"

"Ta-tapi gu-guru, aku belum sepandai itu untuk menjadi pelatih dance apalagi di tempat teman guru. Aku takut mengecewakanmu guru," ucap Lisa menunduk.

"Kau tak pernah mengecewakanku Lisa, terimalah tawaran ini dan juga anggap saja ini sebagai latihan tambahan untukmu," terang guru Kroy.

"Kau tak perlu buru-buru memutuskannya, pikirkan saja dulu. Jika sudah tau hubungi aku," lanjut guru Kroy.

"Baiklah guru," ucap Lisa mengangguk.

°°°°
"Aku harus bagaimana, ish ... kenapa serumit ini," batin Lisa. Ia mengacak rambutnya frustasi. Karena terlalu asyik dengan pikirannya tanpa sengaja ia bertabrakan dengan seseorang.

"Kau ..." ucap mereka bersamaan.

"Menjauhlah dariku atau aku akan sial karena berurusan denganmu lagi," ucap orang itu sambil mengibas-ibaskan tangannya mengusir Lisa.

"What?? Yang benar saja, yang ada aku yang akan kena sial gara-gara bertemu makhluk aneh sepertimu," ujar Lisa tak mau kalah.

Di tengah perdebatan mereka tiba-tiba guru Kroy datang.

"Rose, kau sudah datang?" ucap guru Kroy menghampiri mereka berdua.

"Guru kenal dia?" ucap Lisa.

"Tentu, dia keponakanku Lisa."

Lisa pun membelalakan matanya kaget.

"What? Bagaimana bisa guru punya keponakan aneh seperti dia astaga," gerutu Lisa.

"Apa? Heh bocah, aku tak aneh ya. Kau yang aneh tau," omel Rose.

"Sudah-sudah kalian ini, jangan seperti tikus dan kucing," lerai guru Kroy.

"No," ucap Rose dan Lisa bersamaan.

°°°
Lisa kini tengah berada di rumahnya. Ia tengah berlatih menari agar tubuhnya tak kaku karena ia akhir-akhir ini jarang berlatih.

Ia meliuk-liuk kan tubuhnya mengikuti irama musik yang tengah ia dengarkan. Hingga ketukan pintu menghentikan aktivitasnya.

Tok ... Tok ... Tok ...

Lisa mematikan musiknya lalu berjalan menuju pintu.

"Hai," sapa orang di depan Lisa.

"Bagaimana bisa kau tau rumahku?" tanya Lisa bingung.

"Sangat mudah bagiku," ucap Jisoo.

"Rumahmu bagus juga, dan dimana orang tuamu Lisa? Apa kau tinggal sendirian disini?" tanya Jisoo.

"Ini rumahku, dan orang tuaku tinggal terpisah dariku," terang Lisa.

Jisoo hanya ber'oh' ria.

"Kau sudah makan?"

Lisa pun menggelengkan kepalanya.

"Aish ... dasar anak nakal, apa mau kupesankan makanan?" tawar Jisoo yang lagi-lagi dibalas gelengan kepala oleh Lisa.

"Ya sudah, biar ku buatkan makanan saja," Jisoo pun beranjak menuju dapur namun ditahan oleh Lisa.

"Kenapa lagi?" tanya Jisoo geram.

"Tak usah, aku tak lapar. Duduklah biar ku buatkan minum untukmu," ucap Lisa lalu ia berjalan menuju dapur.

"Kau tak perlu repot-repot aku kesini hanya ingin memberi tahumu jika Jennie akan dijodohkan dengan rekan kerja appa,"

Pranggg ...

Gelas yang tengah dipegang Lisa pun terjatuh.

"Yak Lalisa!! Kau bisa melukai dirimu sendiri awas, dasar anak nakal," omel Jisoo. Ia pun membersihkan pecahan gelas itu.

"Apa yang kau ucapkan itu benar?" tanya Lisa tak percaya.

"Tentu."

Lisa pun terduduk lemas di lantai tanpa terasa buliran air mata jatuh membasahi pipinya.

"Hei, kau kenapa?" tanya Jisoo khawatir.

"Apa aku terlambat?"

"Maksudmu?" tanya Jisoo bingung.

"Apa aku terlambat?" ulang Lisa.

"Hei, bicara yang jelas Lalisa!" bentak Jisoo.

"Aku cinta dia tapi kenapa dia justru akan menjadi milik orang lain," ucap Lisa dengan nada bergetar. Jisoo pun berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Lisa.

"Jika kau benar-benar mencintainya, kejarlah dan dapatkan hatinya untukmu," ucap Jisoo menyemangati.

To be continue...

You Make Me Crazy (Jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang