Perlu melihat doi dulu baru bisa lanjut ceritanya, kalau belum liat suka nulis hapus nulis hapus pas bikin next partnya. Maafkan jika kemampuan authoir dalam menulis ini masih pamrih :D
Okke gak usah banyak basa-basi kali yah, kita langsung caw aja ke RS buat kepoin kenapa tuh dokter butuh bicara sama suami Riasi ;)
.
.
.
Geandara POV
Setelah sampai dirumah sakit tempat Dokter menunggu suami Riasi, aku terdiam sejenak sebelum kembali melangkahkan kaki hingga sampai keruangan yang disebutkan oleh resepsionis rumah sakit ini.
Aku masih sedikit ragu harus datang sebagai siapa, terlebih aku masih merasa kecewa dengan apa yang aku duga-duga sendiri. Bagaimana mungkin Dokter ingin menemui suami Riasi jika bahkan memang tidak ada hal penting yang hanya boleh dikatahui oleh sepasang suami istri. Ketidakmungkinan lain adalah saat seorang istri dengan sengajanya tidak memberitahu suaminya bahwa ada calon anggota keluarga baru dalam keluarga kecilnya. Baiklah aku cukup menerima jika memang sampai saat ini bahkan orang-orang belum mengetahui pergantian status di kartu tanda penduduknya, dan ini menjadi satu alasan Riasi untuk menganggap hal sebesar ini cukup dipendam sendiri.
"Bagaimana Dok keadaan pasien yang bernama Riasi? Saya wali pasien selama tinggal dikota ini, karena memang sanak saudaranya tinggal dikota yang berbeda dan cukup jauh jaraknya dari kota ini" Ucapku berusaha menetralkan ekspresi khawatir didepan Dokter yang sedang membaca lembaran kertas diruangannya."Sebelumnya saya ingin bertanya apakah pasien sudah menikah?" Dokter itu malah kembali bertanya bukan menjawab pertanyaanku.
"Setahu saya sudah Dok, dan kalau tidak salah itu beberapa bulan yang lalu" aku menjawab sejujur mungkin walau aku sendiri yakin kejujuranku tetap tidak memberi arti bahwa akulah yang ditunggu oleh Dokter ini untuk menjelaskan kondisi keadaan Riasi saat ini.
"Baiklah kalau begitu, saya akan menjelaskan kepada bapak selaku wali pasien. Jadi sebenernya pasien ini sedang mengandung, dan sebenarnya tidak ada masalah apa-apa juga dengan kandungannya. Adapun kondisi pasien yang tiba-tiba hilang kesadaran mungkin itu hanya karena pasien terlalu banyak beraktivitas yang berat sehingga kondisi kesehatannya sedikit menurun. Kemudian untuk pendarahannya tidak cukup berpengaruh pada kondisi janin, karena sejauh ini kehamilan pasien masih tergolong tidak masuk kategori kandungan yang lemah. Namun mengapa saya ingin membicarakan hal ini pada suami pasien, karena saya melihat teman yang mengantarnya kerumah sakit ini terlihat sedikit bingung dengan pertanyaan saya sehingga saya mengasumsikan bahwa mungkin saja pasien belum menikah. Mohon maaf bapak sebelumnya jika memang asumsi saya ini ternyata salah" Dokter itu menjelaskan dengan kalimat sebaik mungkin karena merasa khawatir aku tersinggung dengan penjelasannya.
"Baiklah Dokter alhamdulillah jika memang kondisi pasien baik-baik saja, saya permisi untuk menemui pasien diruangannya" ucapku berpamitan untuk keluar dari ruangan Dokter ini.
Sesampainya didepan ruangan Riasi aku langsung dihampiri oleh salah seorang laki-laki yang kutaksir umurnya pasti sebaya dengan Riasi.
"Bagaimana kondiri keadaan Riasi pak?" tanya laki-laki itu kepadaku. Aku sedikit terdiam kenapa dia langsung menanyai kondisi Riasi, kan ruangan disini banyak dan mungkin saja aku akan berkunjung keruangan pasien yang lain.
"Nametag dikemeja bapak namanya sama seperti kontak Dosen yang saya hubungi dari HP Riasi. Saya Dimas pak, teman Riasi yang tadi menelpon" Ucap laki-laki itu seolah tahu apa yang sedang aku pertanyakan dalam hati.
"Oh iya, terimakasih sudah mengantar mahasiswa saya kesini. Kondisinya baik-baik saja, hanya butuh istirahat yang cukup agar lekas pulih" aku berusaha sebiasa mungkin menanggapi pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer is My Husband [Slow Update]
Romance"Rumus-rumus dalam duniaku tidak pernah aku pecahkan dengan mudah, aku selalu salah menghitung, dan dugaanku selalu meleset, ini membuat aku merasa aku tidak berbakat dalam keilmiahan ini. Aku merasa bahwa darah sastra yang kumiliki terbelenggu, han...