65: END

2.5K 129 13
                                    

Selendang hitam yang menutupi kepalanya sempat turun sebelum ia kembali membenarkan letaknya. Pandangannya mengabur, air matanya seakan penuh memaksa untuk keluar. Beberapa tetes akhirnya meluncur sebelum sempat ia seka.

Ayna berjongkok menatap nisan di depannya. Ia kembali menunduk untuk menyembunyikan air matanya.

"Kenapa harus jadi begini." isaknya.

Di sebelahnya Fathur terdiam kaku. Dilihatnya sekeliling, tidak hanya Ayna yang berduka. Banyak orang ikut hadir untuk melihat pemakaman hari ini.

Aldi bangkit untuk memberi ruang. Ia tidak sanggup berada disini. Kejadian satu bulan lalu masih terngiang-ngiang di kepalanya. Ia tidak pernah lupa bagaimana gadisnya tertidur selama beberapa minggu di ruangan penuh dengan bau obat-obatan.

Satu persatu mulai pergi meninggalkan tanah ini. Menyisakan Ayna yang masih menunggu seseorang untuk datang.

Dari kejauhan ia bisa melihat seorang gadis sedang berusaha memberontak untuk tetap masuk ke dalam. Setelah melalui beberapa perdebatan akhirnya ia dibantu masuk oleh Aldi.

Ia tidak perduli tentang dirinya lagi. Saat melihat nisan di depannya ia langsung terduduk. Air matanya langsung mengalir deras. Ia tidak sanggup melihat nama yang tertulis di batu nisan itu.

VIOLA RENATA
BINTI
AGUNG CENDANA

Lahir : 11 Desember 2001
Wafat : 9 November 2018

"Ola."

Melody menangis sejadi-jadinya. Tidak pernah ia duga akan menjadi seperti ini akhirnya. Setelah masa pemulihan nya ia mendapat kabar bahwa Viola meninggal di dalam penjara. Pikirannya langsung kacau, tubuhnya mulai drop lagi. Bahkan dia menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini.

"Maafin gue. Seharusnya gue yang disini." ucap Melody.

Ayna berjalan memutar lalu jongkok di sebelah Melody. Ia memeluk gadis itu dengan erat. "Lo gak perlu minta maaf, Mel. Jangan salahin diri lo. Perjuangan lo untuk hidup sampe sekarang udah berat. Lo gak boleh berpikir untuk ninggalin kita semua lagi."

Siang itu mereka mengeluarkan air matanya sampai puas. Mengenang kembali masa-masa dimana mereka masih bertiga. Masa dimana Viola masih menjadi seseorang yang periang, seseorang yang sangat perduli seperti Viola yang mereka kenal.

Sampai akhirnya keduanya izin pamit. Meninggalkan kedua orang tua yang sekarang penuh rasa bersalah disana. Ayah dan ibu Viola.

"Nak, Melody," panggil ibu Viola.

Melody menoleh lalu menggenggam kuat tangan Ayna. "I-iya tante?"

Ibu Viola maju lalu menarik Melody ke pelukannya. "Maafin tante. Ini semua karena kami. Tante gak kasih Rena kasih sayang. Kami terlalu sibuk sama urusan masing-masing. Sikap kami yang mengajarkan dia untuk berbuat seperti itu. Tante terlalu sering mengujar kebencian di rumah. Mewakili Renata, tante minta maaf atas semua kejadian yang lalu."

Melody melepas pelukannya, air matanya kembali keluar lagi setelah menatap mata ibu Viola. Di sana terpancar seluruh rasa bersalah. Sebagai seorang anak Melody mengerti, tidak mudah berdiri di sepatu Viola. Gadis itu pasti melalui banyak rintangan untuk bisa bertahan sampai sejauh ini.

"Melody udah maafin Viola. Tante yang sabar, ya. Pasti berat untuk tante nerima semuanya."

Kini ia yang memeluk ibu Viola. Memberikan dukungannya atas duka yang dialami. Ia tahu, dibalik semua ini pasti yang paling bersedih adalah orang tua Viola. Ketika mengetahui anaknya berada di penjara, mereka sangat kacau. Mengetahui kabar anak satu-satunya meninggal pasti membuat mereka lebih kacau lagi.

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang