Mata mereka yang terpejam perlahan dibuka.
Walaupun mereka membuka mata mereka, tetap saja pandangannya sama. Hitam. Gelap gulita.
Bayangkan apa yang terjadi saat kedua orang yang sama-sama penakut diletakkan dalam kondisi yang sama. Suara petir yang dibarengi dengan pemadaman listrik. Sebuah kombinasi yang fantastis.
"Se-seokjin, kau di mana?"
"Ekhem, kau sedang memelukku."
"Kalau begitu mana tanganmu?" tanya Sowon. Ia melepas pelukannya dengan cepat dan meraba-raba manusia di sampingnya.
"Ini." Seokjin mengangkat tangannya sebatas kepala.
Sowon menemukan tangan pria itu dan menggenggamnya. "Maaf! Aku takut gelap."
"Nado." (Aku juga)
"Bantu aku cari senter atau lilin."
"Sudah, pakai ponselku saja." Seokjin mencoba mencari ponselnya dengan tangannya yang lain. Karena tangan kanannya sudah dipegang oleh Sowon.
Setelah menemukannya, ia menyalakan fitur flashlight. Sowon dan Seokjin menghela nafas lega secara bersamaan. Mereka saling memandang satu sama lain dengan ekspresi yang masih cemas.
"Kau mau cerita apa?"
"Aku itu– ahhh!"
Suara gemuruh petir kembali menginterupsi mereka. Sowon menguatkan genggaman tangannya pada tangan Seokjin. Ya, mereka masih bergenggaman tangan.
"Aish, kita tidak bisa bicara dengan baik saat petir ini terus muncul."
Seokjin menghela nafas berat. "Begini, aku ingin tanya soal perasaan perempuan."
"Hah?"
"Kalau seandainya kau menyukai seseorang, tapi keluargamu tidak menyetujuimu, apa yang akan kau lakukan?"
Sowon menggigit bibirnya sambil berpikir. "Kalau itu aku, aku akan menuruti keluargaku."
Seokjin memandang Sowon ragu. "Segampang itu kau memilih?"
Sowon mengangguk. "Iya. Ayahku dari kecil selalu menjaga kami sambil bekerja. Kakakku juga selalu membantu mengurusku. Jadi aku rasa kalau urusan cinta. Aku memilih keluargaku." Sowon tersenyum dan memandang Seokjin.
"Kalau ayahmu ternyata adalah seorang gila kerja dan kekuasaan yang tidak pernah menjagamu, apa yang kau lakukan?"
Sowon melirik ke arah Seokjin. "Aku akan mempertimbangkan lagi. Apakah orang yang ku sukai itu memberikan perhatian dan kasih yang selama ini aku dambakan atau tidak. Aku akan mempertimbangkan lagi, apakah sepadan kalau aku meninggalkannya. Sebaliknya, apakah sepadan kalau aku tetap bertahan dengannya."
Seokjin mengangguk paham. "Adikku marah padaku."
"Kenapa?"
"Aku membuatnya ketahuan berpacaran dengan anak musuh ayahku dalam bisnis."
Ah, urusan bisnis... ini rumit.
"Jadi... apa yang akan kau lakukan supaya adikmu tidak marah?" tanya Sowon
Seokjin menghela nafas. "Itulah yang aku bingungkan."
"Tapi aku sedikit penasaran. Kenapa kau menceritakan ini padaku?"
Seokjin mengulum bibirnya. "Eh..."
"Tidak apa-apa kalau tidak mau jawab sekarang."
"Aku tidak punya teman untuk cerita."
KAMU SEDANG MEMBACA
sculpture | sowjin ✓
Fanficbangchin area Kim Sojungㅡ Sowon, seorang pelukis yang mendapat kesempatan untuk melukis wajah Kim Seokjin, the most sculpted face. 🖌️start: 21 Mei 2019 🎨end: 12 Januari 2020