Bab Keempat (Part 1) (The Story about Seinaru Kokoro)

9 0 0
                                    

Akhirnya tiba juga saatnya aku menceritakan keempat cerita utama dari bab keempat ini. Dan aku akan menceritakannya berdasarkan urutan yang aku tulis di pembukaan bab keempat ini. Urutan ceritanya memang berdasarkan urutan kejadian yang telah terjadi. Dan seperti judul yang aku tulis di bab keempat bagian ini, aku akan menceritakan tentang Kokoro. Perempuan yang telah membuatku membenci hujan, dan perempuan yang cukup mengubah hidupku.

Hari itu hujan turun sangat deras, dan aku masih dalam perjalanan pulang menuju rumah dari toko buku. Saat itu kak Mizuka sedang tidak bersamaku. Aku menyuruhnya pulang duluan karena aku mau pergi ke toko buku untuk membeli novel yang baru terbit hari itu. dan saat aku pulang, turun hujan sangat deras.

Sebenarnya, aku berniat untuk tinggal sampai hujannya reda. Tapi karena kak Mizuka sudah berkali-kali meneleponku untuk memintaku pulang karena dia takut sendirian dirumah, aku terpaksa berlari menErobos hujan.

Sesampainya aku di rumah, kak Mizuka sedang menonton tv. Dan karena aku lelah habis berlari, aku langsung menuju dapur untuk meminum sesuatu. Sesampaiku di dapur, aku langsung membuka kulkas untuk mengambil minuman dingin. Saat aku meletakkan botol air dinginnya kembali ke tempatnya, aku baru menyadari kalau kue yang aku belikan untuk kak Mizuka dan aku kemarin pagi, sudah tidak ada di kulkas. Karena penasaran, aku lalu bermaksud untuk menanyakannya pada kak Mizuka.

Tapi saat aku baru mau memanggilnya, aku baru menyadari kalau kak Mizuka sedang bersembunyi di balik pintu dapur dengan wajah gugup. Melihat ekspresi wajahnya, aku pun mnyedari sesuatu. Tapi agar aku tidak terlalu berprasangka buruk terhadapnya, aku mencoba menanyakannya terlebih dahulu kepada kak Mizuka.

“Kak Mizuka, keluarlah ! aku tahu kalau kau sedang bersembunyi di balik pintu dapur.”

Menyadari kalau aku menyadari keberadaannya, kak Mizuka langsung keluar dari persembunyiannya.

“Ada apa, Fuyuki ?”

“Seharusnya aku yang menanyakan hal itu. Kenapa kau bersembunyi di balik pintu dapur ?”

“Tidak ada. Aku hanya sedang ingin melihatmu sedang melakukan apa.”

“Kenapa harus bersembunyi ? tapi sudahlah. Kak Mizuka, bisa aku menanyakan sesuatu ?”

Saat aku mengatakan hal ini, wajah kak Mizuka terlihat semakin gugup. Aku jadi semakin yakin dengan dugaanku.

“Eh !? kau ingin menanyakan hal apa, Fuyuki ?”

“Kenapa wajahmu gugup begitu ? aku hanya ingin bertanya, apakah kau tahu kemana perginya kue yang ada di dalam kulkas ?”

“Ah, kue itu. Aku memakannya tadi saat menunggumu pulang ke rumah.”

“Kalau begitu, dimana sepotong kuenya lagi ? kue itu kan untuk 2 orang.”

“Entahlah. Setelah aku memotongnya tadi, aku langsung meletakkannya lagi ke dalam kulkas.”

“Oh begitu. Ngomong-ngomong kak Mizuka, kau memotongnya dengan apa ?”

“Tentu saja dengan pisau, Fuyuki ! memangnya dengan apa lagi ?”

“Lalu, kenapa tidak ada bekas pisau yang digunakan ?”

“Oh, aku mencucinya tadi.”

“Tumben sekali kau mau mencuci, kak Mizuka.”

“Ya, kan tadi aku habis makan siang. Jadi sekalian saja aku cuci juga pisaunya.”

“Beneran tuh ? Apa nggak bohong ?”

Saat aku mengatakannya, aku menatap kak Mizuka dengan serius. Matanya langsung mengeluarkan sedikit air mata. Sepertinya aku berhasil membuatnya mengaku.

Live for LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang