Bab Keempat (Part 3) (Determination of Feeling)

3 0 0
                                    

Kejadian ini terjadi di hari ulang tahun Aoi-san. Pagi itu aku berniat untuk mencarikan Aoi-san kado. Tapi, karena aku masih belum tahu ingin memberikan kado apa untuk Aoi-san, aku pergi ke taman tempat Aoi-san menyatakan perasaannya kepadaku. Aku berpikir, mungkin jika aku pergi kesana, aku bisa mendapatkan ide tentang kado apa yang sebaiknya aku berikan kepada Aoi-san karena taman itu memiliki kenangan tentang Aoi-san.

Ketika aku sampai di taman, aku melihat Aoi-san sedang duduk di pinggir sungai. Aku pun berpikir, mungkin aku bisa bertanya padanya tentang apa yang sedang dia inginkan saat ini. Mungkin itu akan menjadi kado yang paling tepat yang bisa aku berikan kepadanya. Aku pun mendekatinya dan berniat untuk menyapanya. Tapi, saat aku mendekat, aku menyadari sesuatu.

Ketika aku mendekati Aoi-san, aku baru menyadari kalau saat itu Aoi-san sedang menangis. karena sepertinya akan sangat buruk jika aku menyapanya sekarang ini, aku pun bersembunyi di pohon terdekat untuk mencari tahu alasan Aoi-san menangis. aku juga mencoba mendengarkan dengan seksama tentang apa yang sedang dikatakan oleh Aoi-san. Karena dia menangis sambil mengatakan sesuatu.

“Aku sudah tidak tahan lagi ! seberapa lama lagi aku harus menunggu !? kenapa harus sesulit ini untuk cinta pertamaku !? apa mungkin aku harus berhenti menunggu dan mencoba untuk membuka diri untuk laki-laki lain !? tapi aku tidak bisa melakukannya ! aku tidak mungkin bisa jatuh cinta lagi kepada laki-laki lain ! hanya dia yang bisa membuatku sampai seperti ini ! sebenarnya apa yang harus aku lakukan !?”

Mendengar perkataan Aoi-san membuatku benar-benar sangat bersalah. Aku benar-benar telah membuatnya menunggu terlalu lama untukku. Tapi aku juga tidak bisa memaksakan diriku untuk langsung melupakan Kokoro. Tapi aku juga sudah kehabisan waktu. Aku tidak bisa membuat Aoi-san menunggu lebih lama lagi.

Tapi, jika aku menerima perasaan Aoi-san sekarang, itu akan membuatku semakin bersalah. Karena aku masih akan tetap memikirkan tentang kesalahan yang telah aku lakukan terhadap Kokoro. Aku benar-benar sangat bingung tentang apa yang harus aku lakukan sekarang ini. Dan di tengah kebingunganku, aku mendengar suara seseorang bicara kepadaku.

“Fuyuki-kun ! apa segitu sulitnya bagimu untuk melupakan aku ?”

Aku mengenal suara ini. Tapi aku masih tidak ingat dimana aku pernah mendengarnya. Dan entah kenapa, mulutku menjawab pertanyaannya dengan spontan. Tapi karena sedang berpikir, aku hanya menutup mataku tanpa memperhatikannya

“Tentu saja. Karena aku masih merasa sangat bersalah tentang kematianmu.”

“Tapi aku tidak menyalahkanmu tentang kematianku.”

“Tapi tetap saja, aku merasa sangat bersalah karena terlambat menolongmu saat itu.”

“Apa boleh buat, kau ini kan masih manusia. Agak mustahil bagimu untuk menandingi kecepatan peluru.”

“Saat itu seharusnya aku masih bIsa untuk menangkis peluru tersebut. Tapi aku terlambat

“Fuyuki-kun ! tidak bisakah kau berhenti menyalahkan dirimu !? itu hanya akan menyiksamu terus-menerus.”

“Karena aku belum menemukan cara untuk melupakan rasa bersalahku.”

“Karena itulah aku datang kesini. Untuk bicara denganmu agar kau bisa melupakan aku secara sepenuhnya.”

“Sekarang kita sedang bicara. Tapi kenapa aku masih belum bisa melupakan dirimu.”

“Karena sekarang ini kau masih belum dalam keadaan sadar saat bicara denganku.”

Benar juga. Aku masih belum menyadari dengan siapa sebenarnya aku bicara sekarang ini. Teringat akan hal itu, aku pun membuka mataku dan melihat dengan siapa aku sedang bicara sekarang ini. Dan saat aku telah melihat dengan jelas, aku benar-benar sangat kaget ketika melihat perempuan yang sedang berada di depanku ini.

Live for LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang