Cheerful

123 42 1
                                    

"do people like me deserve to be happy?"

Jeonni pov

"Aku akan tetap menyimpannya." Ujarku mutlak dan merampas obat itu dari tangan Chanyeol oppa.

Chanyeol oppa menghembuskan nafasnya kasar dan mengacak-acak rambutnya frustasi. "Kau harus tetap membuangnya! Ini bukan permintaan tapi p.e.r.i.n.t.a.h !?"

Oppa terus mendesakku, aku berusaha memikirkan ide agar obat ini tidak aku buang. Obat ini sudah seperti teman, susah untukku membuang teman penghilang rasa sakit.

"Baiklah aku akan membuangnya." Aku membuka pintu mobil dan berjalan menuju tempat sampah.

Walau oppa  mengatakan itu aku tetap tak membuangnya. Aku akan menyimpannya satu disakuku. Obatnya cukup kecil jadi bisa untuk dimasukan kesaku.

Teman paling setiaku setelah seulgi adalah obat ini. Ya... painkiller.

💊💉💊

Chanyeol pov

Dia segera masuk kedalam mobil dan duduk dengan sopan yang membuat suasana agak sedikit canggung. Tak mau berlama-lama aku segera menjalankan mobilnya.

"Oppa, apa jihoon ada dirumah ?"

Pertanyaannya berhasil menghancurkan suasana canggung diantara kami. Aku bisa melihat wajahnya. Wajah yang berusaha tetap tenang walau kegelisahan menyelimutinya.

"Iya dia ada dirumah... kenapa ?" Tanyaku dan dijawab gelengan kepala olehnya. Dia meremas ujung bajunya sangat keras, aku tahu dia kesal. Setiap dia kesal pasti akan selalu meremas sesuatu.

Kenapa aku bisa tahu ? Tentu saja aku ini kakaknya. Semua kelakuannya aku tahu. Aku sedikit mencuri-curi kesempatan untuk meliriknya. Dan yang aku lihat darinya hanyalah tatapan kosong dengan wajah murung.

Dia seolah menyembunyikan sesuatu dariku. Apakah maafku tak cukup, hingga adikku tak mau berbagi ceritanya padaku ?

💊💉💊

Jeonni pov

Bernarkah jika aku menceritakan keluhanku padanya ? pantaskah aku menceritakan kegundahan hati ?

Rasa sakit makin menjalar didadaku. Sesak. Aku tak dapat bernafas dengan stabil. Aku berusaha menetralkan nafasku, aku tak mau chanyeol oppa melihat penderitaanku.

Aku hanya merasa belum pantas untuk menceritakan semua keganjalan hidupku padanya. Tapi, masalah kali ini aku harus menceritakan padanya.

Tubuhku mencoba berbalik menghadapnya yang tengah fokus menyetir. Aku memintanya berhenti dan turun disebuah taman dekat sana.

Aku dan chanyeol oppa turun. Kami mendudukan diri di bangku taman yang tak lumayan banyak orang. Aku tak mau membicarakannya dimobil, takut oppa akan emosi lalu mengendarakan mobilnya dengan cara mengebut.

Kalau terjadi sesuatu dijalan akan sangat merepotkan bukan ?

"Oppa aku ingin bercerita. tapi, oppa harus janji," aku memajukan jari kelingking padanya, dan dia hanya menyerit bingung. Namun setelahnya ikut memajukan jari kelingking dan menyatukannya dengan milikku.

"Jangan marah pada jihoon"

FLASHBACK ON

Saat aku berjalan menuju apotek, aku melihat segerombolan remaja berkumpul disebuah bar yang cukup besar.

Aku melihat mereka sedang meminum soju, wine atau bir disana. Mataku mulai menatap mereka satu persatu, dan akankah mengejutkannya melihatnya bersama teman lawan jenis masuk kedalam bar itu.

Berlari dan menghentikannya adalah ide yang bagus. Disaat aku ingin mendekatinya pria dengan badan yang lumayan tinggi dariku mendahuluiku. Dan suasanya makin tegang saat dia memukul jihoon tepat dipipinya.

"KAU BOCAH !? UMURMU BELUM CUKUP SUDAH BERANI MASUK !?" dia kembali memukul jihoon dan untunglah penjaga disana menghentikannya.

"He-he-he.. memangnya kenapa Kim Taehyung ? Ah, apakah kau tak mau memelukku ? Kita sudah lama tak bertemu." Jihoon memerintahkan penjaga itu untuk melepaskan pria bernama kim taehyung itu.

"Sudikah aku harus berpelukan dengan anak yang telah melukai orang yang aku sayang ?" Aku makin menyerit tak mengerti arah pembicaraan mereka.

"Hahahaa... jadi kau masih menginginkannya ? Ambilah. Aku tak peduli padanya." Jihoon kembali memasuki bar itu. Aku ingin mencoba menghentikannya.

Tapi, pria ini malah berbalik membuat mata kami saling tertuju, itu memang mungkin karena aku sedari tadi berada dibelakangnya namun dengan jarak yang cukup jauh.

"Kau.. lebih baik pulang noona.. dia tak akan mendengarkanmu." Setelah mengatakannya pria yang bernama kim taehyung itu pergi.

Siapa dirinya ? Apakah dia mengenalku ? Kim Taehyung... nama yang terdengar familiar ditelingaku.

FLASHBACK OFF

"Kumohon, Tolong... Jangan marah pada jihoon." Ujarku lirih.

Aku dapat melihat rahangnya yang sudah mengeras, dia berusaha mencoba menenangkan dirinya. Aku bahagia oppa saat ini bisa mengerti keadaan.

Tak lama aku melihat penjual es krim lewat disana. Seakan tahu apa pikiranku oppa menarikku menuju ke penjual es krim itu. Aku tahu dia tengah mencoba menenangkan amarahnya dengan cara melihat semua pergerakanku.

"Es rasa apa yang kau inginkan ?" Tanyanya. Aku melihat papan menu dan ada satu yang membuatku ingin mencobanya.

"Oppa, apa boleh aku meminta es krim rasa vanila dengan taburan coklat." Ujarku menatapnya dengan mata berbinar.

"Oke kau mendapatkannya." Oppa mulai memesan es krim yang aku inginkan.

Bahagia. Satu kata yang menggambarkan suasana hatiku. Walaupun aku tahu, aku tak akan pernah pantas mendapatkan kebahagiaan itu.

 Walaupun aku tahu, aku tak akan pernah pantas mendapatkan kebahagiaan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PAINKILLER • OSH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang