Happy Reading.
"LIMA rebu, neng," ucap tukang itu sambil memberi Kesha semangkuk bakso.
Kesha menyodorkan uang lalu pergi menuju tempat duduk yang dekat dengan gerobak bakso.
Tak lupa Kesha memberi beberapa crot-an saus dan juga kecap diatas bakso miliknya tapi tidak dengan sambal.
Iya, Kesha benci sambal. Ia lebih suka rasa manis daripada rasa pedas.
Menurutnya, Kesha memang terlahir untuk hal yang manis, bukan pedas. Tapi entah kenapa banyak orang bilang, mulut Kesha lah yang pedas dalam hal berbicara.
Namun, inilah Kesha Alice.
Mata Kesha membulat sempurna dikala ia melihat sosok yang tak asing di matanya.
Sosok lelaki yang membuatnya kesal di pagi hari tadi.
Siapa namanya? Bar? Bara?
Ya, Kesha baru saja ingat bahwa si cebong itu memiliki nama Bara.
Ternyata Bara tidak sendirian, ia ditemani oleh dua cewek. Layaknya di club-club malam, Bara dan dua ceweknya itu tampak asyik dengan permainan haram mereka.
Cewek yang satu sedang asyik mengalungkan tangannya di leher Bara. Dan yang satu lagi, menggoda Bara dengan cara mengelus-elus lembut dada milik Bara.
"Ck. Namanya doang yang bagus. Tapi kelakuannya lebih buruk dari banci Thailand," gumam Kesha kesal.
Tak ada satu pun siswa disana yang menggubris Bara. Sepertinya, kelakuan Bara saat ini sudah menjadi 'kebiasaan' sehingga tidak ada yang terkejut. Kecuali Kesha.
Fix, Kesha muak plus jijik melihat perilaku Bara.
Setelah selesai makan, Kesha berjalan menuju kelasnya yang letaknya lumayan jauh dari kantin.
Ramai, gumamnya saat melewati tempat santai.
Sekarang memang waktunya istirahat. Jadi tak heran jika kantin penuh, lapangan olahraga ramai, tempat santai yang dipenuhi banyak sepasang kekasih dan juga beberapa kelompok.
Eh, itu 'kan yang tadi kena masalah sama Bara.
Iya, dih songong banget tuh anak.
Tau tuh, murid baru tapi uda berani ngajak berantem 'prince' unggulan kita.
Belum tau kali dia.
Deg.
Cibiran itu kini terdengar di telinga Kesha. Kesha berjalan dengan raut wajah santai. Tapi tidak dengan hatinya yang jauh dibilang dengan kata 'santai'.
Sekarang Kesha berpikir, kenapa di dunia ini banyak orang yang menilai hanya dengan body cover-nya saja? Atau hanya dengan sekali lihat?
Bara tampan, memang benar. Tapi tidak dengan perilakunya. Kesha hanya ingin membuktikan bahwa pandangan orang-orang itu salah.
Tapi kenapa sekarang Kesha-lah yang terkena cibiran panas?
Aneh.
-♡-
Kriing kriing--
Bel sekolah berbunyi menandakan pelajaran telah usai. Kesha menjatuhkan kepalanya diatas meja dengan tumpuan kedua tangan.
Nyaman, pikir Kesha.
"Kagak pulang lo?" Tanya Kevin penasaran. Tidak ada jawaban dari Kesha, ia menambahkan pertanyaannya.
"Pulang sama gue?"
Kesha mendongak dengan kerutan di dahinya. "Emang lo tau rumah gue? Lagian lo kan masih asing dimata gue."
Kesha menyipitkan matanya. "Jangan-jangan lo mau nyulik gue?!"
Nih cewek otaknya miring kali, yak.
"Lo bisa nggak sih jangan su'udzon dulu sama orang? Nggak liat muka secakep ini lo kata maling," kata Kevin sambil menunjukkan tampang sok cool-nya.
Iwwhh.
"Halah, nggak usah modus deh lo. Gue tau ciri-ciri mangsat kek gimana," Kesha tersenyum sinis membuat Kevin tak mengerti apa arti kata 'mangsat'.
"Mangsat? Maksud lo?"
"Iya mangsat, MANUSIA BANGSAT!" Kesha menekan dua kata terakhir bermaksud menyindir Kevin.
Kesha tahu, tak seharusnya ia berprasangka buruk kepada seseorang yang baru ia kenal.
Tapi inilah yang disebut dengan perlindungan diri. Dan Kesha, tak ingin lagi berurusan dengan pria saat ini.
Lebay memang, namun inilah faktanya.
"Ck. Gue kalo nyulik orang juga liat-liat dulu kali, Kes," Kevin berdecak sebal.
"Ih, liat-liat. Lo pikir bazar makanan pake diliat-liat."
Sudahlah Kevin, berdebat dengan para wanita itu tak mungkin selesai. Ujung-ujungnya hanyalah kaum adam yang akan mengalah.
"Gue cabut dulu kalo gitu," Kevin bangkit dari duduknya meninggalkan Kesha sendirian di dalam kelas.
"Kevin!" Panggil Kesha.
Kevin berhenti tepat di depan pintu kelas dan membalikkan badan dengan senyum miringnya.
"Pasti mau nebeng, kan?" Kevin menebak-nebak tapi dijawab dengan gelengan kepala oleh Kesha.
"Tuh, hape lo ketinggalan," sahut Kesha santai.
"Oh iya, gue lupa," Kevin mengambil smartphone yang berlogo apple itu dan memasukkan kedalam saku celananya.
"Kalo hape lo ketinggalan, lo pasti nggak bisa chatting sama pacar lo," Kesha tertawa pecah tapi tidak dengan Kevin.
"Gebetan aja nggak punya," balas Kevin.
"Yaudah gue ganti. Kalo hape lo ketinggalan, lo pasti nggak bisa stalking-in Instagram gue."
"Bawel!"
Kesha menggendong tasnya lalu pergi meninggalkan Kevin. "Gue pulang."
Ia melihat lapangan olahraga yang masih di dapati oleh anak basket. Kesha ingin pulang tapi harus melewati lapangan olahraga terlebih dulu agar sampai ke gerbang utama sekolah.
Ia pun berjalan dipinggir lapangan agar kepalanya tidak terkena bola basket.
Buk.
Baru saja ia memohon kepada Tuhan tapi bola basket sudah menghantam kepala Kesha.
"Duh," Kesha meringis kesakitan sambil memegang kepalanya yang nyeri.
"Maaf, nggak sengaja. Kamu nggak apa-apa?" Tanya cowok itu setelah berlari menghampiri Kesha.
Suaranya tidak asing di telinga Kesha, tapi ia tidak peduli.
"Pusing."
Detik selanjutnya,
Bruk.
Kesha pingsan.
-♡-
Hargai author! Jangan lupa follow akun wattpad author.
Jangan lupa juga untuk votment.
Luv u all!
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny [on going]
FanficMemiliki teman pria yang tampan nan asyik memang impian bagi semua wanita. Tetapi berbeda dengan Kesha Alice. Baginya, bertemu dengan pria adalah sebuah bencana besar. Apalagi pria yang ditemuinya si brengsek Bara Alvino. Saat itu, hidupnya bak seek...