Dhena benar benar malas dengan acara acara kuliah yang membuatnya ilfeel. Selain dia tidak punya pasangan, dia juga malas jika berkumpul dengan orang orang baru. Yang pasti akan rempong tanya sini tanya sana. Apalagi pertanyaan lo belum punya pacar? Yang pastinya paling diwarningkan Dhena.
Dhena menatap layar handphonenya saat menampilkan notifikasi pesan.
Dara :
Gue otw oke.Dhena mendengus malas sambil beranjak turun dari kamarnya. Dia heran saja, kenapa harus repot repot buat acara perkenalan sesama penyiar radio kuliahan.
"Jangan sok cantik monyong monyongin bibir, gitu." Kalau saja orang yang bersuara itu bukan adiknya, mungkin Dhena akan melemparkan tas Selempangnya.
"MAH!"
"IYAH?!"
"NANA MAU PERGI KEACARA KAMPUS DULU, YAH!"
"JANGAN KELAMAAN PULANG, KALAU ENGGAK UANG JAJAN KURANG!"
Dhena berdecak sambil menggeleng gelengan kepalanya mendengar seruan mamanya. Tatapannya beralih kearah Gatama yang memandangi dia dari atas kebawah.
"Gue kasian liat lo," Gatama memulai.
"Kasian liat lo yang gak pernah make gaun. Gue cuman ngasih saran, nih yah. Cepat cepat, deh punya pacar supaya gaun lo yang segudang dilemari gak pada kadaluarsa." Ejek Gatama yang membuat Dhena makin bad mood.
Kenapa dia harus punya saudara yang tak pernah memujinya? Yang ada selalu keluar hinaan, dia kesal.
"Sesama jomblo gak boleh ngatain." Dhena balik mengejek sambil memandang remeh Gatama.
"Idih, gue masih jomblo berkelas. Punya banyak penggemar." Kuliah Gatama berdalih.
Dhena mengiyakan saja. Sikap adiknya emang gitu, disekolahnya ajah yang sok sok cuek dingin gimana gitu. Tiba dirumah, datanglah sikap sebenarnya yang selalu nyari ribut, ketawa sampe kentut. Hadeh hadeh..
"Gue cabut," pamit Dhena sambil keluar dari rumahnya, menunggui Dara teman barunya didepan teras.
"Jangan kelamaan pulang!" Seru Gatama sebelum Dhena menutup pintu.
Tepat saat dia keluar, tetangga di depan rumahnya juga ikut keluar. Dhena langsung sumringah, tatkala dia mendekati pria itu dengan tingkat keantusiasannya.
"Kak Arka,"
cowok yang sedang memperbaiki jaket hitam kulitnya itu menoleh. Kemudian terdengar bunyi dengusan kasar darinya.
"Mau kemana?" Tanya Alen.
"Permintaan kedua gue, jangan kepo!" Tukas Arka malas. Dia beralih memasang sarung tangan kulitnya.
Sementara Dhena langsung memasang wajah cemberutnya. Yah pastilah kesal menghadapi pria macam Arka yang judesnya ngalahin kepintaran Albert Einstein. Untung ganteng.
"Mau keacara perkumpulan radio kampus kita yah," Dhena menebak mengingat bahwa Arka adalah ketua organisasinya yang pasti harus ikut menghadiri acara mereka.
"Permintaan ketiga gue, jangan sok tau!" Dhena berdecak malas sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Dia malas melihat sikap Arka.
"Gak guna punya tampang ganteng kalau judes," gerutu Dhena.
"Lo ngakuin gue ganteng?" Arka tersenyum miring sebelum memasang helm full facenya.
"Emang ganteng, kok. Gue itu selalu blak blakan kak," ucap Dhena.
Arka mendekati Dhena yang hanya terpaut lima langkah dari depannya. Tepat sudah berada dihadapan Dhena, Arka menjitak pelan dahi gadis itu sambil menunduk mensejajarkan tingginya dengan Dhena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Adhena (Complete√)
Teen Fiction"Seharusnya gue tau Na, kalau lo itu hanya sebatas rubik, sulit buat ditebak. Kadang, semampu apapun kita buat susunan rubik itu jadi, tak berarti apapun. Malah rubik itu bisa makin berantakan." ucap pria itu dengan nada yang terdengar sedikit lirih...