Chapter 2.1 - Masalah

38 4 0
                                    

*mulai chapter ini dan kedepannya akan ada banyak pergantian sudut pandang cerita. Setiap sudat pandang akan diakhiri dengan "......." lalu lanjut di paragraf selanjutnya. Happy Reading :)

..................................................................................

"T-tidak... lepaskan aku!" (??)

"Hahaha! Teriaklah sepuasnya nona~" (??)

"Benar benar~ tidak ada yang akan mendengar teriakanmu nona cantik~ biarpun ada pasti akan kami habisi~"

Tidak tidak tidak..! Mengapa ini bisa terjadi? Apa salahku? Aku tidak melakukan kesalahan apapun... mengapa...?

Aku hanya bisa menangis dan tersudut di dekat kereta kuda yang sudah hancur oleh para bandit sialan ini. Berharap ada keajaiban yang menghampiriku.

"Ayolah nona. Jangan menangis lagi, mendingan main sini~" (Bandit A)

"Hii..! Menjauh! Jangan mendekat!"

"Sudahlah. Jangan memberontak! Kemari atau lehermu kami penggal!" (Bandit B)

"T-tidak..!"

Aku sudah tidak sanggup lagi... aku hanya bisa menangis dalam keputusasaan. Jika diingat, seharusnya sekarang aku sudah berkumpul dengan keluargaku di kota.

Kenapa? Paman.. bibi.. kenapa? Aaaa....

"Hei! Kalian. kemarilah! kita nikmati santapan manis ini." (Bandit A)

Aku sudah pasrah. Tidak akan ada harapan lagi bagiku. Paman dan bibi serta pengawalku sudah tewas saat diserang secara tiba-tiba oleh para bandit ini.

"Nah begitu dong. Jangan melawan, ayo kita bersenang - senang!" (Bandit A)

Aku bisa merasakan niat buruk dari ekspresi wajah bandit ini. Tapi apapun yang kulakukan tak ada gunanya. Bandit ini terlalu kuat bagi seorang gadis bangsawan sepertiku.

"Aku akan yang jadi pertama mencicipi buah manis ini. Kalian tidak akan protes ya kan!" (Bandit A)

"Ya!" (Bandit")

Sepertinya bandit A adalah pemimpin mereka. Aah.. aku tak bisa memikirkan bagaimana nasib yang akan menimpaku sebentar lagi dan hanya bisa menangis

"Hiks.."

Tapi tak pernah kuduga takdir berkata lain. Aku tak tau bagaimana tapi sepertinya aku masih di berikan kesempatan hidup. Aku sangat bersyukur tapi pemandangan di depan mataku sangat mengerikan.

Terutama bandit yang memegangku tiba - tiba saja kepalanya pecah dan mengeluarkan banyak darah dimana - mana... tunggu..?

"Tidakkkk"

Apa? Apa yang terjadi? Aku tak mengerti tapi satu persatu para bandit itu terjatuh dengan cara mengerikan. Apakah mereka diserang oleh sihir? Tapi apapun itu aku sangat bersyukur.

Setelah semua bandit telah terjatuh dengan keadaan tak dapat dipercaya, aku baru tersadar. Apa yang menyerang mereka? Apakah monster? Jika memang benar monster maka takdirku takkan berbeda jauh. Dan lagi aku hanya bisa menangis.

"Hei, kau tak apa-apa?"

Ditengah isakan tangisku aku mendengar suara seorang laki - laki berbicara kearahku. Perlahan aku membuka mataku dan sosok tak kukenal menggunakan pakaian tak biasa. Mata dan rambut bewarna hitam melengkapi wajahnya tampannya menatapku sambir tersenyum.

Air mataku tak tertahan kembali membanjiri wajahku. Tanpa sadar aku langsung melompat dan memeluk laki - laki itu.

"Sudah sudah. Sekarang sudah tidak apa - apa."

I became the strongest because I was cheating but weak in the eyes of othersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang