Preambule
~ Sometimes, putting common interests before personal interests is a form of responsibility. ~
○○○
Hamparan padang rumput hijau terbentang luas di sekitar istana Luxfield. Sorot matahari pagi yang hangat menerangi istana megah itu. Seorang gadis muda duduk sendirian di balkon, merenung sambil menatap ke kejauhan.
Lexie, dengan rambut panjangnya yang tergerai indah di bahu, menikmati ketenangan pagi. Tatapan matanya penuh refleksi, seolah sedang merenungkan sesuatu yang dalam.
Beberapa pembantu istana melintas di sekitar, memberikan salam hormat pada putri mahkota yang sedang menikmati pagi itu. Mereka tersenyum ramah, tetapi Lexie terlihat agak terpencil dari keramaian itu.
Setelah beberapa saat, Lexie bangkit dari duduknya. Langkahnya anggun ketika ia bergerak masuk ke dalam istana, menandakan bahwa hari itu akan menjadi hari yang sibuk baginya.
Lexie duduk di ruang studi yang dipenuhi oleh berbagai buku tebal mengenai sejarah, politik, dan hubungan internasional. Dua peta dunia besar menghiasi dinding ruangan itu, tampak seperti jendela untuk menjelajahi dunia.
Ruangan itu dipenuhi dengan atmosfer studi yang serius, di mana Lexie tengah menyelami pengetahuan untuk menempuh gelar masternya di bidang Hubungan Internasional.
Dia terlihat serius mempelajari teks-teks berbahasa asing dan mencatat hal-hal penting di bukunya. Suara langkah kaki ringan mengganggu konsentrasinya.
"Putri Lexie, saya membawa minuman teh hangat seperti biasa," kata seorang pelayan istana yang membawa segelas teh hangat.
"Terima kasih, Martin," jawab Lexie sambil menyambut cangkir teh itu dengan senyuman lembut.
Setelah Martin pergi, Lexie kembali fokus pada bukunya. Kepintarannya terlihat dari cara dia merespons teks-teks rumit yang sedang dia teliti. Sepertinya ada suatu penelitian atau pertanyaan penting yang sedang dia cari jawabannya.
Secara bergantian, dia membaca buku tebal tentang diplomasi modern dan konflik global. Dari sudut meja, terlihat diagram hubungan antar negara yang rumit dan catatan-catatan ringkasnya yang diwarnai garis-garis tinta yang jelas dan rapi.
Dalam fokusnya yang mendalam, Lexie menyusun teori-teori dan menganalisis data dengan cermat, sesekali mencatat gagasan penting dalam bukunya yang dihiasi tulisan tangannya yang elegan.
Setelah menyelesaikan sesi studinya di ruang kerjanya, Lexie mengambil tasnya dan bergegas menuju kampus. Ia duduk di dalam mobil listrik terbaru, penampilannya tetap anggun namun lebih santai dengan blazer bermotif tweed yang elegan. Ponsel pintarnya di tangan, ia memanfaatkan waktu perjalanan dengan memeriksa ulang catatan kuliahnya.
Perjalanan dari istana ke kampus hanya membutuhkan waktu singkat berkat mobil yang dikemudikan secara otomatis. Meskipun demikian, sepanjang perjalanan, ia tetap memperhatikan sekeliling dengan perangkat keamanan yang terpasang di mobilnya.
Saat mobil berhenti di area parkir kampus, Lexie keluar dengan cepat. Mengikuti jejaknya, beberapa asisten yang telah menunggu membantunya mengatur barang-barangnya. Ia melangkah dengan percaya diri menuju gedung kuliahnya, siap untuk menghadiri kelasnya yang rutin.
Di tengah perjalanan menuju ruang kuliahnya, ia sempat melirik ponsel pintarnya untuk memastikan tidak melewatkan pesan penting atau perubahan jadwal kuliah. Meski sibuk, tatapan matanya tetap tajam, memerhatikan sekeliling dengan seksama.
Lexie memasuki ruang kuliah yang canggih dengan dinding proyeksi yang menampilkan peta-peta dunia yang dinamis dan grafik yang menarik. Dengan meletakkan laptopnya di atas meja, ia bergabung dengan mahasiswa lain yang duduk di kursi ergonomis di ruangan yang dipenuhi dengan cahaya lampu LED.
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne's Strength: Princess's Journey
Fanfiction- Throne's Strength: Princess Journey - Cerita ini adalah perjalanan yang menakjubkan tentang seorang putri mahkota Luxfield. Dalam upaya untuk menjaga tradisi kerajaan, ia dijodohkan melalui sayembara dengan pangeran dari berbagai kerajaan. Namun...