Elbi ingat sekali kalau Binno menyebutkan bahwa tidak ada acara pesta ulang tahun untuk Putri. Hanya acara makan-makan, katanya. Makan-makan model apa kalau yang diundang hampir memenuhi rumah keluarga Gilang Galia Gamadi?
Elbi datang ke rumah Gilang—Papi Anza—lengkap dengan Binno dan kedua orang tuanya. Mereka datang memenuhi undangan ulang tahun Putri yang saat ini genap berusia 9 tahun. Karena Binno mengatakan bahwa ini hanya acara makan bersama, Elbi mengenakan pakaian seadanya. Ia hanya mengenakan kaos yang dipadukan dengan cardigan dan celana jeans. Berbeda dengan kedua orang tua Elbi yang tampak lebih rapi dengan balutan baju batik sarimbit. Apalagi Binno, adik lelakinya itu memilih kemeja terbaiknya yang sudah diberi parfum entah berapa botol. Pantas saja, kedua orang tuanya dan Binno menatap Elbi aneh ketika mereka akan berangkat tadi. Penampilan Elbi mungkin dipandang terlalu biasa saja untuk menghadiri acara ulang tahun Putri yang katanya hanya sekadar makan-makan.
Ah, yang penting Elbi memberi kado yang tidak kalah keren dari milik Binno. Kalau Binno memberi Putri boneka panda, Elbi memberi tas ransel yang diinginkan Putri. Bersyukur Elbi sempat main dan mengobrol dengan Putri, jadi Elbi tahu apa yang sedang Putri inginkan.
"Putri!" Seperti biasanya, Binno akan berlarian setelah memanggil teman yang lebih muda setahun darinya itu. Binno bahkan mengabaikan pesan Mamanya untuk berhati-hati.
"Binno, jangan lari-lari," Elbi mendongak. Barusan adalah suara Anza sedang memperingatkan Binno agar berhenti berlarian. "Nanti kamu jatuh. Di sini banyak orang."
Binno meringis. "Iya Mas Anza," jawabnya menurut. Elbi kadang bingung, Binno yang suka sekali membantah kata-katanya atau mengabaikan pesan Mama dan Papanya, menurut sekali dengan kata-kata Anza.
"Putri!" Binno memanggil Putri sekali lagi.
Adik Anza yang sedang dibantu oleh Maminya merapikan dress putih tulang yang membalut tubuhnya itu pun menoleh. Senyum lebarnya terlukis saat melihat Binno. "Kak Binno!" Putri berjalan hati-hati saat mendekati Binno. Ia takut baju yang sengaja dibelikan Papinya itu kusut.
"Selamat ulang tahun," Binno menyerahkan kadonya.
"Makasih, Kak Binno," balas Putri beralih pada Elbi dan kedua orang gadis itu. "Makasih Om Bian, Tante Elis, Kakak Elbi, udah datang," lanjutnya menyapa Elbi dan kedua orang tua gadis itu.
"Sama-sama, cantik," Elis tersenyum. "Ini ada titipan dari Kakak Reka," lanjutnya memberi sebuah kado beersampul pelangi dengan pita merah di atasnya.
"Makasih, Tante," balas Putri.
"Om, Tante," kali ini giliran Anza yang bersuara. "Silakan, dinikmati acaranya," lanjut Anza mempersilakan Elis dan Bian.
Bian mengernyit mengamati acara ulang tahun Putri. "Katanya cuma acara makan-makan."
Anza hanya tersenyum membalas ucapan Bian yang terdengar seperti sindiran. "Putri mau semua keluarga dan kerabat dekat diundang. Jadi memang kelihatan ramai."
Elis menyikut perut suaminya. Merasa suaminya itu terkadang keterlaluan. "Nggak usah banyak protes. Pulang aja sana kalau protes melulu."
Bian hanya mampu diam saat istrinya sudah bicara seperti itu. Ia memang tidak bisa berbuat apa-apa. Termasuk saat memakai baju batik dengan motif yang sama dengan sang istri.
"Kak Binno ke sana, yuk," Putri menarik tangan Binno agar bocah lelaki itu mengikutinya. Binno tentu tidak menolak. Ia akan dengan senang hati mengikuti ke mana pun Putri mengajaknya.
Demikian juga Elis dan Bian segera menghampiri kedua orang tua Anza. Menyisakan Anza dan Elbi yang ditinggal berdua saja. "Mau kue?" tanya Anza menunjuk deretan cup cake buatan Maminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something about Anza
Teen Fiction"Yakin lo cuma nganggep Anza kayak Binno?" Elbi mengangguk tanpa ragu. "Yakin?" Pertanyaan diulang. Elbi mulai memikirkan kembali. Iya. Benar. Benar begitu?