Rasa Lapar.

256 38 4
                                    

Hari demi hari gambar-gambar pada buku catatan Steve mulai mendetail dan sangat menumpuk, Steve kini tidak lagi membaca buku-buku lamanya tetapi dia justru sibuk dengan buku catatan miliknya itu. Steve seperti memiliki candu pada gambar-gambae tersebut sehingga dia akan terus menggambar tanpa henti sampai dia merasa puas hari itu dan akan dia lakukan lagi hari esoknya. Ketekunan Steve membuat temannya, Sebastian merasa heran dengan apa yang sebenarnya dia kerjakan dengan buku kecilnya itu sampai-sampai untuk makan saja tidak di perdulikan Steve. Pagi ini Sebastian datang menemui Steve di kamarnya yang masih berkutat dengan buku catatannya.

"Steve kau sudah sarapan?"

"Aku belum lapar."

Sebastian menggelengkan kepalanya dan duduk di ranjang Steve, melihat temannya itu sibuk mencoret-coret buku tanpa henti.

"Apa buku mu itu memberikan rasa kenyang?? Belakangan aku melihat mu sering sekali mencoret-coret buku itu dengan serius."

"Ini justru memberikan ku rasa lapar... sungguh aku sangat kelaparan setiap melihat halaman-halaman kosong pada buku ini."

Sadar temannya sudah candu Sebastian merebut buku tersebut dari tangan Steve kemudian membaca apa yang sebenarnya sedang dibuatnya di buku tersebut.

Sebastian terdiam melihat hasil karya milik Steve. Sebuah karya yang tidak sanggup dilukiskan kata-kata bahkan Sebastian tidak menyangka temannya itu mampu membuat hal secanggih ini, Steve hanya seorang asisten dokter... bagaimana bisa membuat semua hal ini, Steve menciptakan sebuah robot berpenumpang.

"Steve bagaimana mungkin...? Kau hebat sekali kawan, jika hasil karya mu ini berhasil itu dapat membantu kami disini bukan?"

"Tidak, tidak Sebastian. Aku hanya ingin gambar-gambar ini tetap berada dibuku ini dan tidak menjadi kenyataan. Ini akan sangat berbahaya jika jatuh ketangan orang yang salah."

Steve bersikeras dengan pendapatnya karena dia memang tidak ingin nantinya hasil karyanya jatuh ketangan yang salah dan justru membuat kekacauan dimana-mana. Sebuah tarikan nafas panjang dan tepukan di pundak Steve diberikan oleh Sebastian sebagai tanda support atas keputusannya itu, dia tidak bisa memaksakan karena omongan Steve ada benarnya, tetapi jika begitu Sebastian beranggapan bahwa Steve harus berhenti menggambar ini semua sebelum ada yang mengetahuinya. Ini adalah sebuah pertimbangan sulit untuk Steve.

Ternyata kecurigaan tentang kegiatan apa yang dilakukan oleh Steve belakangan juga dirasakan oleh Jendral, pada saat Steve sedang beristirahat bersama Sebastian sang Jendral masuk ke kamar Steve dan mencari tau apa yang sedang dilakukan Steve. Setelah tidak mendapati apapun Jendral melihat sebuah buku catatan yang ada di rak buku milik Steve, saat dibuka awalnya memang hanya berisi beberapa catatan tidak penting bagi Jendral, tetapi dia terkejut melihat hasil-hasil karya Steve setelah tulisan-tulisan itu berakhir pada halamannya yang berganti dengan gambar-gambar seperti sebuah rancangan untuk membuat robot dengan sangat detail. Menyadari hasil karya Steve akan sangat bermanfaat untuknya sang Jendral tersenyum simpul dengan penuh siasat untuk dapat mewujudkan apa yang di buat oleh Steve. Jendral keluar dari kamar Steve tanpa membawa buku tersebut, dia meletakan buku itu kembali pada posisinya semula. Dia sangat tau jika hasil karya Steve belum seutuhnya selesai, maka dari itu dia menunggu saat yang tepat untuk membuat itu semua menjadi kenyataan.

"Steve!"

"Ya? Ada apa?"

"Kau sudah berhenti membuat robot mu itu kan?"

"Aku mencoba menahan hasratku belakangan ini jadi aku hanya menggambar hal-hal biasa saja."

Mendengar Steve tidak lagi meneruskan coretan-coretan itu Sebastian lega, setidaknya dia tidak harus melihat Steve seperti seorang yang sedang candu dengan hasil karyanya itu yang bahkan belum jelas akan menjadi apa di kemudian harinya, Steve tetaplah harus fokus pada pekerjaannya sebagai asisten dokter disini.

MADE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang