Malam ini langit begitu pekat menampakkan warna kelabu yang menumpahkan jutaan rintik-rintik air menguyur kota Bandoeng sejak pagi. Suasana begitu terasa begitu suram sama seperti suasana hati seorang laki-laki yang kini tengah termenung didepan jendela kamarnya. Menghela napas berkali-kali sepertinya hidup begitu berat bagi si laki-laki. Laki-laki berusia 23 tahun itu baru merayakan ulangtahunnya hari ini, harusnya dia bahagia tapi yang terjadi suasana hatinya malah buruk.
Harapannya hampir pupus, dia merasa tidak menentu. Alasannya adalah gadisnya. Ah bolehkah Dimas menyebutnya sebagai gadisnya?. Ya laki-laki itu Dimas Van Dijk dia benar-benar pesimis akan dirinya dan Valeri. Semacam ada rasa yang mengebu namun tak bisa memiliki. Mereka dekat sekaligus jauh dalam waktu yang bersamaan. Entahlah Dimas sendiri tidak tahu.
Dia begitu merindukan Valeri. Rindu senyum manis yang selalu menghiasi wajah itu. Rindu akan tawa manis yang mengalun indah dari bibir Cherrynya yang bahkan pernah menyentuh dirinya. Rindu akan wajah yang selalu membayangi hari-harinya. Bahkan dirinya sampai bermimpi tentang Valeri.
Sebenarnya awalnya dia sudah tidak berharap banyak akan Valeri. Dia gadis Belanda dan Dimas berpikir bahwa Valeri sama seperti gadis Belanda lainnya. Selain itu dia anak Gubernur Jenderal yang tentunya dihormati semua orang apalah Dimas yang hanya seorang anak tentara. Tentu jabatan Ayah Valeri berkali-kali lebih tinggi dari Ayah Dimas. Namun hari itu dia ingat saat tangan mereka bersentuhan, rasanya begitu berbeda. Jujur dia tidak merasa apa-apa saat bersama Elizabeth meski mengaku menyukai gadis Brouwer itu. Berbeda dengan bersama Valeri jantungnya berdegub kencang dan ribuan kupu-kupu menggelitik perutnya. Gadis Van Loen itu ternyata berbeda. Dia baik dan tidak pernah mengucilkannya seperti yang lain hanya karena dia aneh- menurut mereka-
Bertambahlah goyah hati Dimas Van Dijk. Setelah mengalami perdebatan alot dengan batinnya dia memutuskan mencintai Elizabeth dan hanya mengagumi Valeri. Sebuah keputusan salah yang dipertahankannya hingga akhir dan mengantarkannya kepada sesuatu yang buruk. Dimas memilih bungkam dan membohongi dirinya akan semua kenyataan itu. Mengklaim dirinya mencintai Elizabeth Brouwer. Dia menyesal tidak mengakui yang sebenarnya. Hingga gadisnya kembali ke masa depan dia belum sempat mengatakan apa-apa.
Hari sudah beranjak semakin larut, hujan belum menampakkan tanda-tanda akan berhenti. Dimas beranjak dari aktivitasnya memandang rintik air yang jatuh di jendela kamarnya. Menghela napas dan menuju ranjangnya. Menarik selimut kemudian bergelung didalamnya menghalau dingin yang menusuk tubuhnya. Dan mulai mengangarungi alam mimpinya
***
Hari ini lumayan cerah dan Dimas berusaha menghilangkan kegalauannya denga berjalan-jalan. Dan cuaca cukup mendukung. Dimas menelusuri jalanan kota Bandoeng, sesekali dia tersenyum melihat orang - orang bercengkrama satu sama lain. Dia merasa takjub pada orang-orang itu. Mereka selalu sinis dan menghinanya tapi dengan yang lain mereka begitu ramah. Dia tidak pernah begitu dengan orang lain selain keluarganya dan keluarga Valeri. Ah dan mungkin Elizabeth juga meski Elizabeth tak ingin hubungan mereka diketahui, tapi setidaknya Elizabeth sudi berbicara dengan Dimas.
"Dimas" Seorang gadis berambut pirang bergelombang dengan gaun mewah memangilnya
"Ada apa?" Dimas menjawab datar si gadis
"Ada yang perlu kubicarakan denganmu"
"Tapi kupikir tidak ada yang perlu dibicarakan diantara kita Elizabeth" Ya gadis itu adalah Elizabeth Brouwer
"Kumohon Dimas" Dimas menghela napas dan mengikuti Elizabeth. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat anak petinggi Rudolf Brouwer dan si pencinta inlander Dimas Van Dijk bersama, segera saja berita itu sampai ke telinga Tuan Rudolf Brouwer dan murkalah Tuan Brouwer
"Katakan dengan cepat Elizabeth" Dimas berkata datar
"Aku minta maaf atas apa yang ayahku lakukan padamu" Elizabeth berkaca-kaca melihat Dimas yang berikap dingin padanya.
"Hanya itu yang ingin kau katakan Lizabeth?" Lagi Dimas berkata dingin
"Kupikir kita belum berakhir Dimas, kamu mencintaiku bu-"
"ELIZABETH!!!!" mereka berdua tersentak mendengar amukan Tuan Rudolf Brouwer.
"Berani-beraninya kau mendekati putriku setelah kuperingatkan" Rudolf murka
"Ini tidak seperti yang kau pikirkan Tuan"-Dimas
"Papa aku mencintai Dimas"-Elizabeth
"Kurang ajar!!! tangkap dan seret dia kepenjara bawah tanah, siksa dia dan jangan beri makan sedikitpun" Perintah mutlak Rudolf Brouwer kepada pengawalnya
"Tidak!!! tidak... anda tidak bisa melakukan ini kepadaku, ini salah paham" Sekuat apapun Dimas meronta dia tidak bisa lepas dari belenggu pengawal rudolf Brouwer.
Sama seperti Valeri sekuat apapun dia melawan takdir dia tidak akan bisa. Sekuat apapun usahanya menghindarkan Dimas dari bahaya kematian tidak akan pernah bisa. Kematian selalu datang kepadanya dengan cara dan alasan yang sama
To Be Continued
Hyy guys... maaf ya aku lama up soalnya masih fokus sama UTBK... hari ini aku menyempatkan Up disela sela latihan Graduation. And finaly besok aku Graduation guys yey....
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Van Dijk
FantasyDimas Van Dijk adalah seorang remaja keturunan Belanda yang hidup di Indonesia pada masa penjajahan. Seorang yang menjadi alasan balas dendam dari seorang Ivanna Van Dijk, tak begitu banyak cerita yang mengalir tentangnya. Membuatku penasaran tentan...