pada langit sore

1.8K 160 23
                                    

Setiap selesai kelas Taehyung selalu mampir ke fakultas Jungkook untuk menjemput adik kembarnya. Meski berbeda jadwal kuliah, namun Taehyung tetap berusaha dengan sabar menunggu Jungkook yang memiliki jadwal lebih padat darinya. Biasanya Taehyung akan bergabung nongkrong dengan teman-teman dari fakultas yang sama dengan Jungkook.

Sebagai mahasiswa aktif, Taehyung memang memiliki jaringan pertemanan yang luas. Posisinya sebagai drummer sebuah Band andalan kampus menjadikan ia cukup dikenal para mahasiswa. Serta, wajahnya yang tampan dan sifatnya yang ramah menjadikan ia mudah diterima oleh banyak orang.

Area tongkrongan mahasiswa selalu terlihat ramai. Banyak kepulan asap membumbung tinggi dari banyak sudut ruang. Pengap. Keringat Taehyung mengucur deras dari dahi menuju pelipis. Namun, tetap saja ada mahasiswi genit lewat yang hobi melirik-lirik. Satu kelompok tongkrongan Taehyung jadi heboh ngecengin Taehyung.

"Bro, dulu sempet nyelametin negara apa sih sampe reinkarnasi lo sekarang dilirikin cewek-cewek cantik mulu sampe mau nabrak!" Satu teman Taehyung berceletuk kencang. Banyak sahutan dari teman-teman lain berdatangan. Membuat si 'cewek-cewek' bergegas kabur dari area itu.

"Hahaha Taehyung kayaknya pernah jadi pendekar sabuk hitam cuy!"

Taehyung buru-buru menyahut, "Ngaco gila." Ia menjentikkan abu pada rokoknya lalu menyesap batang tembakau yang sisa separuh itu. "Gue berantem sama Jungkook aja kalah."

"Ya jelas, bego. Lo sama kembaran lo juga gedean badan kembaran lo."

"Nah tuh tau. Segala bilang gue pendekar sabuk hitam. Karate kali ah ada sabuknya."

Teman-teman Taehyung lantas tertawa. Entah apa yang ditertawakan, biasanya anak-anak tongkrongan memang lebih senang tertawa akan hal-hal yang sederhana. Taehyung hanya menanggapi dengan tersenyum simpul.

Ting!

Ting!

Ting!

Taehyung yang sedang menyeruput kopi hitamnya buru-buru mengecek handphone saat beberapa kali dering notifikasinya berbunyi. Jungkook memberinya pesan. Mengatakan bahwa ia sudah selesai kelas dan diminta untuk bergegas menemuinya.

"Bro, gue pamit dulu. Bos besar udah balik." Taehyung bangkit dari duduknya. Kemudian berpamitan dengan teman-temannya yang sibuk mengatakan 'Yah, cepet banget sob. Nggak ada lo nggak seru, suruh Jungkook pulang sendiri aja'. Taehyung menanggapinya dengan tertawa sembari menepuk bahunya. Ia tahu teman-temannya hanya bercanda.






.

"Abang, rokoknya matiin dulu kali."

Jungkook mendumal kesal tepat ketika Taehyung sudah berada di hadapannya. Ia tak suka bau asap rokok, seberapa kalipun ia tak sengaja menghirupnya.

"Iya, sori. Lupa tadi, abis sayang rokoknya masih ada 'kan."

"Sama paru-paru nggak sayang."

Taehyung terkekeh. Jungkook memang lebih cerewet saat ia sedang lelah. Maka, Taehyung inisiatif untuk mengambil tas Jungkook yang ia yakini berat sekali karena berisi laptop dan berkas-berkasnya sebagai sekretaris organisasi, untuk beralih pada pundak kanannya. "Gue tau ini berat, dan lo lagi capek, makanya ngedumel mulu."

Jungkook balas merotasikan bola mata. "Mana motornya?" Tanyanya, tak menggubris perkataan Taehyung barusan.

"Ya di parkiranlah."

"Ah! Kenapa nggak dibawa sekalian."

"Nggak bisa masuk gedung fakultas, Jungkook ganteng. Aduh kembaran gue makin sore makin error otaknya."

"Bodo."

"Pulang abang beliin es krim serius."

"Rasa pisang."

"Iya apa aja, sefreezer lo bawa pulang juga boleh dek."

Jungkook tersenyum senang.






.

Vespa matic hitam meluncur membelah jalan kota. Tumben sekali aspal abu itu tidak terlalu dipadati para pengendara, padahal ini jam pulang ngantor yang biasanya sedang macet-macetnya. Taehyung harus bersyukur. Artinya ia tidak harus merasa pegal mengerem tangan, namun kini bebannya justru berada di punggung serta bahunya.

Lampu merah menyala.

"Dek, kalo mau tidur jangan di jalan." Taehyung berkata diikuti dengan mencubit kecil paha Jungkook. "Gue 'kan pegel, lo berat sumpah. Helmnya kepentok mulu lagian juga."

Jungkook diam saja. Samar-samar Taehyung mendengar dengungan mengantuk sang adik dari samping kepalanya.

Jemari Taehyung bergerak menuju spion kiri, mengarahkan kaca itu untuk difokuskan pada wajah Jungkook yang menyender di atas bahu kirinya. Lucu sekali bagaimana bibir sang adik mengerucut maju dan nyaris mengeluarkan air liur. "Ih ngeces iiiihhh," Taehyung berteriak dengan nada dan mimik wajah yang dibuat jijik.

Namun, Jungkook yang separuh terlelap terlalu malas menanggapi celotehan Abangnya.

Akhirnya napas berat dihela, Taehyung iseng menggoyangkan pundaknya agar Jungkook terbangun. Membuat pemuda gembul di belakangnya tersadar dari tidur ayamnya sembari mendumal sebal. Lalu tanpa aba-aba menampar kencang helm milik Taehyung. "Abang ih!"

Aduh, kepala Taehyung terasa berkunang-kunang.

Reflek, para pengendara di sisinya menengok ke arah mereka berdua. Jungkook pura-pura tak merasa bersalah dan justru meremat ujung jaket milik Taehyung kuat-kuat. "Abang ayo jalan. Malu diliatin orang," bisiknya.

Tawa Taehyung lalu meledak, melebur bersama angin petang saat ia menarik gas motornya tepat ketika lampu hijau menyala. Dari jalan aspal kota yang lebar, mereka bisa melihat luasnya langit yang menjingga. Matahari terbenam sedikit-sedikit, hantaran awan stratus membentang panjang. Cantik sekali.

Wajah manis Jungkook yang terpukau akan langit sore itu juga dapat Taehyung saksikan dari kecilnya spion sebelah kiri motor miliknya.






-----

Maaf ya lama update, semoga suka! Terima kasih yg udh mau baca dan apresiasi cerita ini🖤

-salam, bang Tae dan dek Jungkook.

Blood Brother • Kth x JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang