Pagi ini, tepatnya pergantian semester baru. Sepertinya sudah ada yang bersemangat pemirsa. Padahal jam dinding saja masih menunjukkan pukul 6 pagi. Hm, tipikal yang amat rajin.
"Ma, aku berangkat!" pamit seseorang dengan postur tubuh jangkung serta rambut pendek se-leher.
Ia mencium tangan dan pipi ibunya. "Hati-hati. Jangan ngebut...masih pagi ini loh," pesan sang ibu.
"Hehe, iya ma iya. Bi Ndari, Pak Dhe, Icha berangkat!" gadis bernama Icha ini berseru lagi.
Tungkai panjangnya membawa ia ke dapur, menyalami Bi Ndari. Lalu ke halaman depan, melakukan hal yang sama pada Pak Dhe. Tidak lengkap rasanya, jika belum menyalami semuanya.
"Hati-hati!" pesan mereka bertiga.
"Sip," jarinya membentuk poster "ok".
Amour, motor sport hitam kesayangannya telah menunggu di depan halaman. Memakai helm fullface-nya, menyalakan dan melajukan amour-nya dengan perlahan.
Dirasa telah cukup jauh dari rumah, gadis itu menaikkan laju kendaraannya.
10 menit lamanya, akhirnya ia sampai di sekolah. Sepi, hanya satu-dua motor yang terlihat. Serta penjaga sekolah yang tengah membersihkan halaman.
Jangan lupakan, di gerbang depan tadi sudah ada anggota osis lengkap dengan jaket kebesaran yang terlihat menyambut peserta didik baru.
Di koridor pun, lagi-lagi terlihat dua anggota yang masing-masing osis dan mpk yang berjalan dari arah yang berlawanan, terlihat terburu-buru seraya membawa stopmap.
Kedua ain-nya juga melihat siswi yang mengenakan seragam smp, lengkap dengan papan nama besar berwarna merah muda yang ia kenakan. Tipikal peserta didik baru.
Di kelas, pemandangan serupa juga terjadi. Mendapati kelasnya masih sepi penghuni tiap harinya.
Pagi ini hanya ada Relin dan lelaki asing bertubuh jangkung yang tengah mengitari kelas. Anehnya, ia tidak mengenakan batik, malahan memakai seragam osis dengan lambang sekolah yang melekat di samping lengannya, tampak berbeda. Entahlah, ia tidak mengenalnya dan tidak berniat mencari tau.
Ia baru saja masuk ke dalam kelas saat seseorang menarik tangannya secara tiba-tiba, lalu membawanya keluar kelas.
"Lo apa-apaan-"
"Eh, Cha. Anak baru yah? Kok di grup ga ada teh tumplek semalem?" bisik Relin padanya. Hm sesi teh sudah dimulai rupanya.
"Anak baru? Di kelas kita?" tanyanya seraya mengernyit bingung.
Gadis bernama Relin ini mengangguk. "Iya. Lo ga buka grup?"
"Banyak banget, males gue baca satu persatu. Ntar gue baca."
"Eh, anak baru ya? Bisa jadi sih," lanjutnya. Lalu ia melongok melalui jendela, sebentar untuk memastikan.
"Iya kali. Tanyain gih," balasnya dengan nada berbisik. Ia turun dan berlalu acuh. Membuat lawan bicaranya hanya mendengus kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iza & Icha
Fiksi RemajaIcha itu definisi eskimo rasa shaolin, dingin, beku, kaku, manly jadi satu padu. Hingga ia bertemu dengan cowok sehangat sinar mentari pagi nan bucin bernama Iza yang mungkin saja akan meluluhkan si eskimo. ©2019, thhalus.